Jelita Wiratama mendongak dan melihat bahwa gambar Dewa yang dilihatnya adalah Kaisar legendaris, tetapi potret Dewa itu memiliki janggut putih dan mata besar, sosok kekar dan aura yang agung.
Dengan sepasang mata yang tajam, Jelita Wiratama hanya merasakan kejutan di kepalanya, seolah-olah sumber kekuatan mentalnya telah disentuh secara elektrik, kemudian dia merasa lembut dan semakin lembut seperti seolah-olah sedang berjalan di atas awan. Dia memandangi perasaan lembut itu lalu melihat bahwa lautan luas di otaknya telah hilang, digantikan oleh gambar bergerak, dan gunung, sungai, tumbuhan, hewan, dan bahkan manusia secara bertahap muncul di gambar... Kemajuan masyarakat dan perubahan sejarah mengalir perlahan di benaknya.
Sejarah kehormatan dan aib bangsa Indonesia, serta suka, duka, dan kegembiraan dari keturunan orang-orang zaman dahulu semuanya terlihat.