"Kenapa kamu di sini?"
"Bolehkah aku masuk?" Wanita yang lebih tua berkata dengan cukup sopan.
Mata Irma berkedip. Di Jakarta atau di negara lain, dia belum pernah bisa berhadapan langsung dengan keluarga Cokroaminoto, belum lagi putranya yang digunakan sebagai kartu as-nya sekarang hilang, dan dia bahkan lebih takut untuk menghadapinya.
"Yah ... Tentu saja."
Pengawal Misty membuka jalan untuknya agar bisa masuk ke dalam. Dia membawa tas tangan edisi terbatas dan berjalan dengan agresif melewati Irma dan masuk ke ruang tamu. Irma menggertakkan gigi, menutup pintu, dan mengikuti jejaknya.
"Apa kamu tahu apa yang aku lakukan hari ini?" Misty duduk di sofa dengan puas, dengan menyilangkan kaki, mengulurkan tangan dan melepas kacamata hitamnya, menatap Irma dengan mata dingin.
Irma berpura-pura bodoh "Bagaimana aku bisa tahu?"