Chereads / Gizli / Chapter 2 - Gizli - I

Chapter 2 - Gizli - I

Beberapa tahun yang lalu....

"Kakak... kaka... tungguin Qi, Qi mau ikut."

"Gaboleh, Qi. Kamu dirumah aja, yah. Kaka janji, nanti kaka pasti balik lagi. Jadi, Qi tunggu kaka dirumah baik-baik, yah."

"Gak mau, Qi mau ikut kaka. Qi bosan dirumah, Qi mau jalan-jalan."

"Tapi, Qi. Kamu pasti ga dibolehin sama keluarga kamu."

"Pokoknya, Qi mau ikut. Titik gapake koma."

Bocah lelaki itu menghela napas, melihat kekeras kepalaan bocah perempuan yang berada dihadapannya itu.

Perdebatan itu dimulai dari dia ingin pergi pulang, namun ditahan oleh bocah perempuan yang akrab dipanggil Qi ini.

Qi bilang dia ingin ikut, namun pastinya keluarganya tidak akan pernah mengizinkannya untuk ikut. Tentu saja, untuk bermain dengan Qi saja perlu perjuangan.

Apalagi membawa Qi kerumah nya, itu sama saja menyerahkan nyawanya ke tangan mereka, secara sukarela.

Memang, keluarga Qi sangat overprotektif terhadap Qi. Karena Qi merupakan putri serta cucu perempuan satu-satunya keluarga Qi.

Jadi, wajar saja mereka begitu overprotektif terhadap Qi. Terlebih lagi, mereka merupakan keluarga terpandang, sudah pasti banyak musuh yang akan mengincar Qi.

Mereka begitu overprotektif sampai-sampai, Qi tidak memiliki teman. Setiap harinya, dia hanya bermain di dalam rumah besar nan mewah itu.

Qi hanya akan bermain bersama keluarganya dan juga beberapa pengasuhnya. Awalnya, Qi tidak mempermasalahkan itu semua. Asal, Qi bisa bermain dan apa yang inginkan terwujud.

Namun, seiring waktunya berjalan. Umur Qi pun kian bertambah, Qi mulai merasakan kesepian yang teramat sangat. Qi pada akhirnya, membujuk keluarganya, untuk membawanya dia bermain keluar.

Yah... seperti dugaan kalian. Keluarga tentu saja menolak mentah-mentah. Tapi, Qi tidak menyerah, dia terus merengek kepada keluarganya, agar dia diajak main keluar.

Karena tidak tega, keluarganya pun membawanya keluar. Walaupun hanya ke taman dekat rumah mereka saja, tetapi dengan hanya begitu saja Qi sudah sangat senang.

Saat pergi ke taman, Qi bertemu seorang bocah laki yang begitu pendiam pada awalnya. Karena Qi penasaran, dia menghampiri bocah lelaki itu dan menyapanya.

Tapi, bocah itu mengabaikannya. Lagi-lagi Qi tidak menyerah, dan terus mendekati bocah lelaki itu. Setelah beberapa waktu berjalan, usaha Qi tidaklah sia-sia.

Dia dan bocah lelaki itu menjadi teman yang sangat akrab. Walaupun umur mereka berbeda 2 tahun, tapi itu tidak menghalangi pertemanan mereka.

Qi pun mulai sering membawa teman lelakinya itu, kerumahnya. Membuat seluruh keluarganya, hampir mengamuk. Namun, melihat Qi yang sangat bahagia. Mereka jadi tidak tega.

Tapi, tetap saja disaat mereka bermain, mereka selalu diawasi setiap saat. Bukan... tapi setiap detik.

Kejadian itu terus terjadi, bocah lelaki itu pulang tanpa adanya hambatan. Sampai... masalah itu terjadi. Qi, merasa waktu nya bermain bersama temannya itu sangatlah dikit.

Jadi, saat bocah itu ingin pulang. Qi, berkata ingin ikut. Tentu saja, perkataannya itu membuat semua orang terkejut. Tak terkecuali si bocah lelaki.

Dan disinilah mereka sekarang, masih berdebat soal itu. Qi sangatlah keras kepala, dia bersikukuh untuk ikut. Walaupun sudah dilarang.

"Begini saja Qi, kaka janji akan kembali lagi besok. Kaka akan membawakan hadiah yang besar kepadamu, tapi sebagai gantinya. Kau tidak boleh ikut kaka untuk sekarang, bagaimana?"

Qi terlihat berpikir sangat keras, san itu sangat terlihat lucu di mata bocah lelaki itu. Setelah beberapa menit, Qi menampakkan ekspresi lucu itu. Akhirnya, Qi pun mengangguk.

Melihat itu, semuanya pun menghela napas lega. Tiba-tiba saja Qi mengulurkan jari kelingkingnya.

"Kaka janji ya, akan bawakan Qi hadiah yang besar."

Bocah lelaki itu tersenyum, mengangguk, lalu menyambut jari kelingking Qi, dengan jari kelingkingnya.

"Tentu saja, aku janji."

Mata Qi pun berbinar-binar senang, bibirnya pun ikut tersenyum lebar.

Setelah itu semuanya pun menjadi gelap. Terlihat seorang anak perempuan mengerjapkan matanya. Dia mengerutkan dahinya, kala matanya terkena sinar matahari.

Gadis itu bangkit, dan duduk ditempat tidurnya. Dia menoleh ke sekitar, sambil menggaruk kepalanya yang bahkan tidak gatal sama sekali.

"Tadi itu... mimpi apa yah? Siapa bocah lelaki itu? Kenapa aku memanggilnya kaka?" gumam gadis itu, yang tak lain dan tak bukan adalah Qi.

Ya, dia adalah Queenza Agatha Seporado. Putri serta cucu perempuan satu-satunya keluarga Seporado, yang akrab dipanggil Qi oleh teman-temannya. Sedangkan keluarganya, memanggilnya dengan berbagai panggilan yang bahkan tidak ada hubungannya sama sekali dengan namanya.

Qi adalah sosok yang sangat ceria, ramah, dan juga hiperaktif. Dia hidup dengan bergelimang harta dan juga kasih sayang. Meski begitu, Qi tidaklah sombong. Dia tetap rendah hati kesemua orang. Dia ramah pada semua orang, tanpa melihat dari status.

Saat ini, Qi sudah berusia 10 tahun.

Oke, balik keadaan sekarang.

Qi baru saja terbangun dari tidurnya, karena mimpinya itu. Dia merasa sangat bingung, kenapa bisa dia bermimpi seperti itu?

"Hm... sudahlah, sepertinya aku terlalu lelah." Qi melihat kearah jam dinding dibelakangnya, dan seketika Qi terkejut.

"ASTAGFIRULLAH! AKU TERLAMBAT! MAMA, BIBI! KENAPA TIDAK MEMBANGUNKANKU?"

Suara Qi, seketika menggelar ke seluruh penjuru rumah. Mama, papa, ke-5 abang Qi, beserta pengasuh Qi yang sudah merawat Qi dari kecil, berlari panik ke kamar Qi.

"Kenapa Queen? Ada apa?"

"Iya, angel. Kamu kenapa?"

"Betul, princess. Ada apa?"

"Anak kesayangan mama, kenapa teriak pagi-pagi begini?"

"Iya, princessnya Papa, kenapa?"

"Ada apa, Non?"

Mereka semua bertanya kepada Qi secara serentak, hanya 2 orang saja yang hanya terlihat panik, namun terlihat paling santai.

Qi yang sedang bergerak panik, melihat kearah pintu kamarnya. Dimana, seluruh anggota keluarganya beserta bibinya, menyapanya khawatir.

"Kenapa ga bangunin aku? Aku jadi telat kesekolah, kan. Aduh, gimana nih, pasti kena hukum deh sama guru." gerutu Qi.

Seketika semuanya menghela napas lega, mereka kira terjadi sesuatu kepada Qi. Ternyata karena, tidak dibangunkan saja.

Mereka diam sejenak, berpandangan satu sama lain, sebelum menahan tawa.

Merasa tidak ada jawaban, Qi menolehkan kepalanya lagi. Qi mengernyitkan dahinya, karena merasa ada yang aneh dari tingkah laku mereka.

Seperti mereka menahan tawa, dan lagi dia tersadar. Kenapa anggota keluarganya lengkap? Apa mereka tidak pergi bekerja dan bersekolah? Bukankah sudah jam segini?

"Kok kalian diam saja sih? Dan lagi, kok kaka-kaka dan ayah tidak pergi? Kenapa masih dirumah? Apa kalian juga terlambat sepertiku?" Pertanyaan polos beruntun meluncur begitu saja, dari mulut mungil Qi.

Mendengar pertanyaan polos dari Qi itu, mereka tidak bisa merasa tidak bisa menahan tawanya lagi. Seketika tawa menggelegar, terdengar dirumah itu.

Qi yang melihatnya merasa sangat bingung, dengan situasi yang terjadi sekarang.

"Hahahahaha, aduh-aduh Queen. Hari ini kan hari minggu, kenapa kamu panik begitu sih?"

"Hahahah, iya ngel. Kamu ini ada-ada saja, ngapain kita pergi kalau hari ini hari weekend."

"Hahaha, lucu banget sih kamu princess."

"Aduh, putri mama ini, lucu sekali."

"Aduh, Non. Perut bibi sakit."

Qi semakin merasa bingung dengan apa yang terjadi, dia berpikir sejenak untuk mencerna keadaannya sekarang.

Seketika dia berteriak.

"APA?!"