Membuka mata secara perlahan, dan menganggap semua ini hanya mimpi adalah hal tersulit yang dilakukan oleh Changyi. Dua hidup seperti seseorang yang tidak memiliki tujuan. Dia tidak tahu arah mana yang harus dia ambil. Kehilangan Qionglin bukanlah mau dia. Dia menginginkan wanita itu untuk selalu di sampingnya. Namun, takdir berkata lain. Peperangan yang berakhir dua bulan yang lalu telah merebut segalanya dari Changyi. Dia kehilangan sosok yang selalu dia jaga dengan baik.
"Changyi, bangun. Kita waktunya ke kantor."
Itu suara Huanran yang hampir setiap hari meneriaki nama Changyi, jika pria itu tak kunjung turun. Menatap jam dinding dikamar ini, Changyi tersenyum kecil. Hidupnya sangat berubah. Dia tahu siapa dirinya di masa lalu, di kehidupan jika dia sebenarnya bukanlah manusia. Tapi Changyi mencoba menyakinkan jika Changyi adalah manusia seutuhnya.
"Lima menit lagi." jawab Changyi dengan berteriak.