Tepukan di pipi Qionglin yang lembut membuat wanita itu membuka kedua matanya perlahan. Matanya mengerjap beberapa kali untuk menetralkan pandangannya. Hal pertama yang dia lihat adalah Changyi yang duduk di sampingnya, dengan membawa semangkuk bubur ayam untuknya.
"Makan dulu, nanti tidur lagi." katanya.
Qionglin mnggeleng, pasalnya lidahnya terlalu pahit untuk makan. Tenggorokannya juga seolah menolak makanan yang masuk. Qionglin hanya bisa minum saja untuk mengisi perutnya.
"Nggak boleh. Kalau lo nggak makan, lo nggak mungkin sembuh. Lo mau disini terus apa??"
Tentu saja Qionglin tidak ingin. Dia juga ingin sembuh dan pergi dari sini, dia cukup ngeri jika harus tinggal di rumah ini berdua dengan Changyi. Selain mereka ini berbeda jenis, tempat ini juga jauh dari kata kota. Rumah yang tinggal di pinggiran hutan dengan dinding kaca. Melihat luar rumah saja Qionglin bisa. Dia bukannya takut hewan buas, lebih takut pada setan dan juga manusia yang memiliki hati jahat.