"Kau menyembunyikan sesuatu dari ku Qionglin?"
Wenhua menatap Qionglin tajam, dia seakan tengah meneliti wanita itu, berbohong atau tidak. Karena menurut Wenhua, jika melihat Qionglin gugup itu tandanya dia sedang menyembunyikan sesuatu.
Qionglin pun menggeleng, tanda jika dia tidak menyembunyikan sesuatu. Hanya saja dia ingin menyelamatkan wanita itu dari Raja Iblis, karena Qionglin tidak ingin ada korban atau apapun. Entah itu manusia atau mungkin siluman seperti Qionglin.
Belum lagi Qionglin juga menceritakan jika wanita itu tengah mencari raganya, yang disembunyikan oleh Raja Iblis. Itu karena pernikahan paksaan yang mengakibatkan raga wanita itu disembunyikan. Dan dia juga tidak tahu raganya dimana.
"Dia menggunakan raga manusia, sedangkan raganya sendiri tidak tahu ada dimana." Terang Qionglin.
"Bagaimana bisa kau mempercayai begitu saja Qiong. Bukannya apa, tapi berpikirlah dua kali sebelum berbuat. Musuhmu bukan manusia, tapi siluman dan juga Iblis." Jelas Xianlun berharap jika wanita itu paham dan mengerti apa yang dia maksud. Sayangnya wanita itu tetap saja ngotot dan membiarkan wanita itu tinggal di rumah ini.
Qionglin menundukkan kepalanya, dia juga tidak tahu harus berbuat apa? Niat hati ingin membantu wanita itu agar terhindar dari masalahnya, dan sekarang Qionglin malah masuk ke masalah besar. Tapi kalau mengusir wanita itu, juga tidak mungkin.
Qionglin memilih pergi tanpa mengucap sepatah katapun. Dia pun menatap Bao Yu yang duduk di teras rumah, sambil mengayunkan kakinya. Karena rumah ini lebih tinggi dari tanah, jadi saat duduk pun kaki tidak akan tampak di tanah.
Melewati Bao Yu yang tengah termenung, Qionglin segera pergi dari rumah ini. Untuk pertama kalinya dia keluar dari rumah ini melewati gerbang rumah ini. Dan bersamaan dengan itu Liu tengah berdiri di depan gerbang ini sambil menunduk malu.
"Nona Qiong…." Ucapnya lirih.
"Hmm, Liu ada apa?"
"Nona ada hal yang ingin aku sampaikan, tapi bisa kita bicara sedikit menjauh dari rumahmu?"
Qionglin mengangguk dia tahu jika di balik pintu ini ada Wenhua dan juga Xianlun yang tengah menguping. Dua orang yang memiliki sikap yang sama. Qionglin berdoa jika mereka akan berjodoh dan menjadi keluarga yang bahagia.
Mereka memutuskan pergi ke sebuah kedai teh, Liu memesan dua cangkir teh hijau, yang sering kali dikonsumsi oleh rakyat disini.
"Sekarang katakan apa yang ingin kau katakan padaku?" Tanya Qionglin tanpa basa basi.
Liu mendadak bungkam, dia tidak tahu harus dari mana dia berbicara dengan Qionglin. Dan pada akhirnya Liu pun beralasan, jika dia akan berbicara saat kakaknya sudah datang.
"Apa Tuan Yongsheng ada disini?"
Liu mengangguk, "Iya dia ada disini, tapi belum datang, kita tunggu beliau dulu."
Tidak ada jawaban selain menganggukan kepalanya. Sambil menikmati teh, Qionglin menatap banyak penari diatas panggung kecil. Disana ada enam penari dengan salah satunya terlihat sangat cantik diantara mereka. Semua orang di kedai teh ini pun bersorak, dan bertepuk tangan saat penari itu mulai meletakkan tubuhnya.
Qionglin sangat menikmati pertunjukan itu. Berbeda dengan Liu yang entah kenapa lebih tertarik melihat Qionglin, dibanding harus melihat pertunjukan yang membosankan. Dia mengajar Qionglin kesini bukan tanpa sebab. Selain untuk membahas rumah barunya, Liu juga ingin memastikan jika wanita itu terlihat sangat nyaman tinggal di rumah barunya.
Tapi melihat hal tadi, Liu pun berpikir jika Qionglin sangat nyaman tinggal disana. Walaupun sejujurnya Liu masih ingin jika wanita itu menginap satu hari lagi di rumahnya.
Permainan kecapi pun selesai, Qionglin bertepuk tangan akan hal itu. Dia pun menoleh kan kepalanya untuk menatap Liu. Tapi yang ada pria itu malah terus menatap Qionglin, dan membuat wanita itu menunduk malu.
Entah kenapa ekspresi seperti itulah yang membuka Liu gemas sendiri.
"Apa Tuan Yongsheng sudah datang?" Ucap Qionglin lirih, sambil menatap sekeliling kedai teh ini
"Belum. Dia belum datang." Liu berharap jika kakaknya itu akan datang tanpa diundang. Atau mungkin mendengar suara hati Liu dan kakaknya itu akan datang.
Masih dengan alasan yang sama Liu pun bertanya pada Qionglin, tentang resep yang dia berikan beberapa hari lalu. Dia masih bingung dengan bahan yang ditulis oleh Qionglin. Bahan yang mungkin tidak pernah Liu temui sejak dulu sampai sekarang. Tumbuhan pun Liu sudah mencarinya, dan sama sekali tidak menemukannya.
"Kalau tidak salah itu resep cacar kan? Penyakit yang sangat mematikan."
"Iya, aku bahkan tidak paham dengan resep itu."
Qionglin menjelaskan jika di dalam resep, cuka sangat berpengaruh dalam hal ini. Cuka mampu menekan penyakit itu, agar cepat kering dan sembuh. Setidaknya jika terkena cacar, obat yang mengandung cuka akan membuat orang itu merasa lebih enakan. Karena cacar adalah penyakit yang berbahaya dan mematikan.
Ciri-cirinya pun muncul ruam merah di sekujur tubuh, bibir yang mengering, suhu badan yang tinggi dan orang yang terkena cacar akan merasa jika tubuhnya melemah. Makanya penyakit itu tidak bisa disepelekan sedikit pun.
"Mengerikan." Kekeh Qionglin menatap Liu yang tersenyum miring.
Mereka pun akhirnya menikmati secangkir teh dengan berdiam diri. Sampai akhirnya Yongsheng datang bersama dengan teman-temannya, dan langsung bergabung dengan Liu dan juga Qionglin.
"Ah Nona Qionglin, senang bertemu denganmu lagi." Yongsheng langsung mengenalkan Qionglin, sebagai calon adik iparnya. Yang dimaksud Qionglin adalah calon pendamping hidup Liu.
Qionglin tersenyum, "Iya Tuan Yongsheng senang bertemu denganmu. Kata Liu ada hal yang ingin kau bahas denganku, ada apa? Apa semuanya baik-baik saja?"
Yongsheng melongo dia pun menatap Liu dengan bingung. Perasaan tidak ada hal penting yang ingin dibahas bersama dengan Qionglin. Kecuali jika Liu berbohong atas hal ini, dia hanya ingin mengajar Qionglin pergi tapi dengan alasan dirinya.
Seakan tahu sesuatu Yongsheng pun tertawa kecil, dan mengakui jika apa yang dikatakan Liu itu benar. Yongsheng mengeluh atas kematian tahanan kerajaan yang kehilangan jantungnya. Bahkan saat hilang pun, tak ada satupun yang tahu pelakunya, semua tersusun rapi dan tidak ada jejak sama sekali.
"Aku sempat berpikir jika itu semua bukan ulah manusia. Tapi aku juga tidak percaya siluman." Ucap Yongsheng bingung. "Dan pengadilan mengutusku untuk mencari pelakunya siapa, apa itu tidak berat sedangkan buktinya saja tidak ada." Ujarnya
"Ya itu sangat berat. Dan tidak mungkin juga itu ulah manusia."
Yongsheng membenarkan ucapan Qionglin. Tapi walaupun itu ulah siluman, harusnya Yongsheng tahu atau mungkin ciri-cirinya siluman itu.
Dan entah kenapa mendengar hal itu Qionglin pun tertawa kecil. Dirinya ini siluman, tapi Yongsheng juga sama sekali tidak tahu jika Qionglin bukan manusia.
Sekaligus makan siang Qionglin pun sesekali menatap ke arah Liu, pria itu hanya diam saja sambil menatapnya terus. Entah perasaan Qionglin, atau memang Pria itu menatapnya terus sejak tadi.
Wanita itu memilih menunduk sambil menikmati malam siangnya. Dan tak sengaja saat mengambil teko yang berisi teh. Tangan Qionglin dan juga yang Liu bersentuhan satu sama lain. Mereka pun saling pandang beberapa detik, sebelum Liu menjauhkan tangannya dari tangan Qionglin. Dan menuangkan teh itu di cangkir mereka berdua yang telah kosong.
Anak muda mengakui kalau cinta saja terlalu banyak drama. Ucap Yongsheng dalam hati.
"Maafkan aku Nona Qionglin, aku tidak tahu--" Ucap Liu ragu dan lirih. Berharap hanya Qionglin saja yang mendengarkan.
"Tidak apa-apa Liu."
Disini yang terlalu banyak bicara adalah Yongsheng, lebih tepatnya mendengar keluhan pria itu tentang pekerjaanya. Sedangkan Qionglin dan Liu hanya menyimak sambil curi-curi pandang. Kalau tidak Liu yang melirik Qionglin. Ya wanita itu yang melirik ke arah Qionglin.
Qionglin menunduk dengan pipi yang bersemu merah. Entah apa yang terjadi padanya, tapi Qionglin merasa jika dirinya saat ini tengah bahagia. Tapi apa yang membuat dia bahagia?
-LoveMyDestiny-