Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Fukumi Haruta Next-Level!

🇮🇩KaitoKai
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.8k
Views
Synopsis
Fukumi Haruta adalah seorang anak jenius yang memiliki IQ 190 dan dipercaya sebagai rengkernasi Einstine. Dia meraih banyak penghargaan sejak dia berumur 6 tahun dan menciptakan banyak sekali inovasi dibidang teknologi dan sains. Semua orang yang mengetahui identitas nya pasti merasa kagum dan ingin menjadi dirinya. Namun saat dia berumur 9 tahun terjadi sebuah insiden yang membuat dia berhenti menjadi ilmuan muda dan mengubur dalam-dalam kepintaran yang dia miliki. Setelah itu Haruta menjalani hari-hari biasa tanpa memiliki teman dan selalu menyendiri. Suatu saat kemudian, dia bertemu dengan seorang gadis bernama Hiagi Rinna yang mengajak Haruta naik Level untuk bangkit seperti waktu dia kecil dan berhenti menyalahkan dirinya sendiri atas insiden yang pernah dia alami. Apakah dengan kedatangan Rinna dapat membuat Haruta kembali seperti semula?

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - LVL 0. Prolog

Setiap orang pasti merasakan yang namanya kegagalan. Ada yang bilang kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda, ada yang bilang kegagalan jalan menuju keberhasilan, dan ada juga yang bilang kegagalan awal mula keberhasilan.

Sebagai orang yang terlahir dengan kepintaran diatas rata-rata aku menyadari jika tanpa kepintaran aku bukanlah siapa-siapa. Dulu waktu kecil, aku meraih banyak penghargaan dibidang akademik sampai terjadi sesuatu yang menyadarkan ku bahwa…

Kepintaran tidak akan menyelamatkan Diriku.

Beberapa tahun setelahnya, aku memutuskan untuk menyembunyikan kepintaran ku dan berusaha terlihat seperti remaja dengan kemampuan akademi rata-rata. Aku juga memutuskan untuk menyendiri dan tidak memiliki teman karena takut mereka akan tahu akan kepintaran ku.

"Fukumi, Pak Harumi memanggil mu".

Aku beranjak dari meja dengan menggotong tasku untuk pergi ke ruang guru. Mungkin alasan aku dipanggil karena nilai merah yang kudapat disemua mata pelajaran saat ulangan tengah semester kemarin. Nilai merah yang kudapat bukan karena aku tidak mampu menjawab tapi aku sengaja karena ulangan semester akhir bulan Desember kemarin aku masuk ke 5 besar di sekolah. Waktu itu aku tidak sengaja mengerjakan semua soal dengan benar.

"Fukumi? Ada apa dengan dirimu? Bulan Desember kemarin kamu mengejutkan semua guru yang ada di sekolah ini dengan nilai sempurna."

Aku membuka tasku dan memperlihatkan sebuah kertas kecil yang berisikan jawaban dari semua soal diujian Semester bulan Desember.

"Aku mendapat bocoran dari seseorang lalu dalam 2 hari aku mengingat semua jawabannya. Karena itu aku mendapat nilai sempurna diujian Desember."

Mulut Pak Harumi menganga tidak percaya dengan kertas yang isinya penuh jawaban dari soal ujian bulan Desember. Aku memasang wajah datar namun sebenarnya aku tertawa terbahak-bahak dihatiku.

Maafkan aku Pak Harumi, ini semua demi keseimbangan nilai di sekolah ini dan demi diriku sendiri.

"Bapak tidak percaya kamu melakukan hal tidak terpuji seperti ini!" Dengan satu tarikan nafas, Pak Harumi Berucap "Kamu diskors selama 1 bulan! Lalu buat surat permintaan maaf atas kecurangan yang kamu buat!".

Sudah kuduga aku akan diskors. Tidak masalah dan aku tidak ambil pusing. Lumayan juga dapat liburan satu bulan di rumah… paling-paling Kakak yang marah karena aku diskors.

Setelah mendapat ceramah dan surat skorsing, aku pun pulang dengan perasaan lega. Sepertinya cuman aku saja yang lega karena mendapat skrosing. Yang penting aku dapat menjaga kepintaran yang ku kubur selama bertahun-tahun ini.

"Fukumi Haruta. Umur 16 tahun. Perjaka. Pecinta kucing. Membenci olahraga. Tinggi 171cm. Berat 61kg. IQ 91, tch data palsu. IQ sebenarnya… 190!!! WOAH! Kamu lebih jenius dibandingkan Einstine!".

Tiba-tiba ada seorang wanita berpakaian jaket hoodie membawa sebuah map berkas yang berisikan data pribadi ku sepertinya.

"Ehem! Apakah kamu tau namanya privasi? Lalu siapa kamu?," Tanyaku dengan nada yang sedikit kasar.

Wanita itu membuka tudung kepala yang menutupi rambutnya. "Salam Kenal Haruta, namaku Hiagi Rinna. Aku adalah calon muridmu."

Sepertinya dia orang gila yang habis kabur dari rumah sakit dan tidak sengaja menemukan berkas yang isinya data pribadiku. Aku harus menghadapi nya dengan lembut lalu bertanya di rumah sakit mana dia berasal.

"Jika kamu mengira aku orang gila maka hentikanlah. Aku bukanlah orang gila yang habis kabur dirumah sakit dan tidak sengaja menemukan berkas yang isinya data pribadimu!".

Dia hampir membaca semua isi kepalaku. Apa dia esper? Aku pernah mendengar dari seorang psikolog jika orang gila memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang normal.

"Dan jika kamu berpikir aku adalah salah satu dari sekian banyak nya orang gila yang memiliki kemampuan spesial maka hentikan! Aku orang normal dan masih waras!".

Mana ada orang gila yang mengaku dirinya gila. Aku buang-buang waktu saja meladeni dia, lebih baik aku pulang dan pergi tidur. Aku berjalan melewatinya dan seolah-olah tidak melihatnya lagi.

"7 tahun lalu Fukaruta, seorang anak jenius yang dipercaya sebagai rengkernasi Einstine memutuskan untuk berhenti menjadi ilmuan cilik karena ibunya bunuh diri saat mengetahui Fukaruta berhasil menciptakan sebuah robot yang memiliki A.I secerdas manusia, bahkan melebihi manusia."

Aku membalikkan wajahku dan melihat kearahnya. Kemudian aku mendekati nya lalu menarik jaketnya sampai dia terangkat.

"Siapa kau?!".

Dia tersenyum dan kemudian dia memegang pipiku. "Maafkan aku, tapi ini satu-satunya cara agar kamu bisa serius menanggapi ku."

Aku melepaskan tanganku dari jaketnya. "Apa yang kamu mau?".

Wanita itu memberikanku sebuah kertas yang berisikan nama-nama orang yang memiliki kekurangan dibidang akademik, termasuk wanita bernama Hiagi Rinna ini.

"Apa maksudmu memberiku secarik kertas yang berisikan orang-orang bodoh ini?".

Hiagi tersenyum lalu mendatangiku. "Kami memang bodoh tapi—".

Hiagi dengan cepat menyikap kakiku hingga membuatku terjatuh kemudian dia mengunci tanganku dengan teknik bela diri yang belum pernah kulihat sebelumnya! Ah sial! Mentang-mentang aku lemah dibidang olahraga!

"Tapi kami memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang seperti mu Haruta."

Aku menepuk kaki Hiagi untuk mengatakan kalau aku menyerah. Hiagi tersenyum lalu melepaskan tanganku dari kunciannya.

"Sekali lagi aku perkenalkan, namaku Hiagi Rinna. Aku jenius dibidang bela diri dan aku sudah mencipta jenis bela diri baru yang ku namakan…" Hiagi salto dengan seolah-olah menendang udara lalu berucap, "Kungwondo."

"Ppft!".

Si-Sial! Nama apa i-itu?!! Kungwondo?! Kung-Fu dan Takewondo?! Hahahaha! Sungguh nama yang menggelikan!

"Tertawa saja sebanyak kamu mau. Tapi dengan Kungwondo aku berhasil menjadi atlet nasional perwakilan Jepang!".

Baiklah kalau itu tidak dapat ku tertawakan karena itu sebuah prestasi yang tidak bisa diraih oleh semua orang.

Aku kembali mengambil secarik kertas itu yang sudah lumayan kotor karena terjatuh tadi saat aku dikunci oleh Hiagi.

"Aku bisa menebak permintaan mu, tapi apa untungnya untukku?".

Hiagi kembali membuka map berkas yang dia bawa dan memberikanku lagi sebuah kertas yang berisikan kasus 7 tahun lalu.

"Aku tau kamu sudah mengalami masa-masa berat selama 7 tahun ini dan kamu tetap menyesali semua perbuatan mu, tapi Ibumu pasti tidak mau kamu menjadi seperti inilah sekarang," ucap Hiagi.

Aku membaca kertas itu yang berisikan tentang seorang wanita bunuh diri karena depresi berat akibat tekanan masalah keluarga. Jika saja saat itu aku mengikuti apa perkataan ibu maka…

"Kamu harus naik level, Haruta."

"Hah?".

Hiagi tersenyum lalu mendekatiku. "Sebelum bertemu denganmu, aku mengunjungi makam Ibumu untuk meminta izin membantu naik ¹level dan pergi ke ²stage kehidupan yang selanjutnya."

Aku semakin tidak mengerti tujuan ini anak. Apa sih maunya?!

"Jika kamu terus menyalahkan diri dan membuang kemampuan yang kamu miliki maka kamu tidak akan pernah pergi ke stage kehidupan yang selanjutnya. Kamu akan terus terjebak distage diawal yang bernama 'PENYESALAN',!".

… "Memangnya kenapa? Apakah itu masalah untukmu? Apakah itu akan membuatmu tidak dapat tidur siang dan malam?".

Hiagi memukul perutku. "Kita diberi kutukan oleh tuhan dan kita harus memanfaatkan nya. Aku juga pernah diposisi mu dan aku diselamatkan oleh seseorang sehingga aku bisa berada distage kehidupan yang bernama 'Kebahagian',".

Dia memukul sangat keras hingga aku terbatuk. Aku terduduk sebentar dan menahan rasa sakit sehabis dipukul olehnya.

"Kembali ke pertanyaan mu tadi. Apa untungnya kamu membantu kami? Keuntungannya adalah kami akan membantumu naik level dan pergi ke stage kehidupan yang selanjutnya" Hiagi membantuku berdiri dan kemudian dia berucap, "Sekarang kami membutuhkan mu dan kamu membutuhkan kami."

Kemudian Hiagi pergi menjauhi dengan perlahan. Dia melambaikan tangannya lalu berteriak, "Aku menunggumu Haruta dan aku yakin kamu akan pasti datang ditempat yang sudah aku tulis di kertas itu!".

Hiagi pergi dan menghilang dari penglihatan ku. Aku masih memegang dua kertas yang dia berikan dan salah satunya ada sebuah alamat yang sepertinya aku mengenal alamat itu.

Aku melihat kertas yang berisikan nama-nama orang yang memiliki kekurangan dibidang akademik namun memiliki kelebihan diluar bidang akademik.

1. Hiagi Rinna

Umur : 16 Tahun

Tanggal Lahir : 27 April

Perempuan

Keahlian : Bela Diri

Title : Atlet Nasional

2. Shinonome Hanabi

Umur : 16 Tahun

Tanggal Lahir : 12 Desember

Perempuan

Keahlian : Menari

Title : Penari Dunia

3. Kurogane Chitanda

Umur : 15 Tahun

Tanggal Lahir : 28 Februari

Perempuan

Keahlian : Menyanyi

Title : Diva

4. Igasaki Shunsuke

Umur : 16 Tahun

Tanggal Lahir : 2 Mei

Laki-laki

Keahlian : Hacker

Title : Hacker Profesional

5. Murata Nanami

Umur : 17 Tahun

Tanggal Lahir : 19 Juli

Perempuan

Keahlian : Penulis

Title : Sastrawan Jenius

Waw… mereka memiliki title nya masing-masing. Aku tidak patut menertawakan mereka tadi, aku pantas mendapatkan pukulan dan kuncian dari Hiagi.

Apakah aku haru naik level seperti yang dikatakan Hiagi?

***

Aku sudah dirumah dan sedang memasak makan malam. Selagi masak aku terus memikirkan perkataan Hiagi yang mengatakan aku harus naik level.

Aku sudah hidup dengan penyesalan selama 7 tahun terakhir. Aku terus menyalahkan diriku atas kematian Ibuku sampai aku mengubur kepintaran yang kumiliki.

Tidak ada satupun yang menyalahkan ku atas kematian Ibu, bahkan Kakak sekalipun…

"Akhirnya pulang!".

Baru saja disebut langsung muncul. "Kakak mabuk?".

"Cuman kelelahan! Haru! Bawakan kakak segelas susu."

Aku mengambil cangkir, membuka kulkas, dan menuangkan susu lalu memberikannya kepada Kakak.

"Makasih!" Dia meminum susu itu dalam satu tegukan lalu berucap, "Kamu sudah bertemu dengan Rinna?".

"Hah? Jadi dia suruhan Kakak?!".

Kakak berdiri lalu menghadapi ku. "Bisa dibilang iya tapi bisa dibilang tidak juga. Haru… kamu terlalu menyalahkan dirimu selama 7 tahun ini."

Aku memalingkan wajahku. "Tentu saja itu salahku Kak! Jika saja… jika saja aku menyempurnakan robot itu maka Ibu tidak akan mati mengenaskan!".

Ibu sebenarnya tidak bunuh diri tapi dia terbunuh karena melindungi ku dari robot yang ku ciptakan hilang kendali.

"Haru, dengarkan aku. Kakak tidak ingin melihatmu seperti ini terus. Dirimu yang dulu bercita-cita menjadi ilmuan hebat sangat membuat hatiku dan hati Ibu senang. Namun dirimu yang sekarang membuat hatiku sedih, begitu juga hati Ibu yang sedang mengawasi kita dialam sana."

Kemudian Kakak memelukku dengan erat. Saat dia memelukku aku merasakan jika baju belakangku basah.

"Haru… Kakak sangat menyayangi mu dan Kakak tidak ingin melihat kamu menderita karena masa lalu. Kamu harus bertemu dengan mereka! Kamu harus berubah Haru."

Aku mengelus kepala Kakak dan memeluknya erat juga. "Baiklah."

Setelah itu kami makan malam bersama dan seperti biasanya aku mendengar Kakak bercerita bagaimana mengesalkan nya laki-laki dikantor tempat dia bekerja. Kakak memang cantik jadi banyak yang mengejar-ngejar dia.

Sehabis makan, aku mandi dan berbaring dikamar. Aku memegang foto Ibu dan Kakak yang sedang melihat keranjang bayi.

"Baiklah, aku akan naik level besok."

—Besoknya!

Pukul 9:00 AM. Aku sudah berdiri ditempat yang sesuai dengan alamat yang diberikan Hiagi. Kemarin saat melihat alamat nya aku menyadari jika alamat ini tidak asing bagiku dan ternyata benar, memang tidak asing bagiku.

"Pagi Haruta. Wajahmu buruk sekali ya?".

"Yoo! Pagi Hiagi! Bolehkah aku bertanya?!".

"Iya. Silahkan."

"Kenapa kamu menyuruhku ke gedung sekolah yang dibuat oleh Ibuku?!".

"Hahahaha! Aku lupa bilang jika gedung sekolah ini sudah dipinjamkan kepadaku!".

"Siapa yang meminjamkannya kepadamu?! Seiingat ku gedung ini sudah dijual!".

"Tentu saja kakakmu!".

SUDAH KUDUGA!

Pantas saja setiap kutanya kemana uang penjualan gedung sekolahnya kemana dia selalu mengalihkan pembicaraan!

"Oi Haruta! Kelas mau dimulai loh!".

"Hah?! Kelas apa mak—".

Tentu saja. Seharusnya aku sudah tau sejak aku membaca kertas data mereka berlima.

Sekarang aku bersda dikelas yang berisikan 5 orang dengan seragam sekolah yang berbeda-beda.

Sepertinya aku harus...

"Salam kenal! Aku Hanabi! Panggil saja Hana ya Haruta!".

Menjadi…

"Aku Chitanda. Aku benci formalitas jika seumuran, jadi santai saja Haruta."

Guru….

"Shunsuke. Kita sama-sama berbatang jadi aku harap kita akrab."

Bagi mereka.

"Mohon bantuannya Haruta! Aku Nanami!".

Jika menjadi guru untuk mereka aku bisa naik level maka tidak masalah!

"Baiklah! Pelajaran akan dimulai! Aku bukanlah orang yang ramah dan aku akan membentak siapapun yang tidak mengerti pembelajaran ku! Jika kalian keberatan maka keluar dari kelas dan merengek lah kepada orang tua kalian! Mengerti?!".

Mulai hari ini aku akan menjadi guru bagi mereka berlima.

"Mengerti! Pak Haruta!".

Dan mulai hari ini juga aku akan naik level dan pergi ke stage selanjutnya!