Mata Maylinda sedikit kabur, dia melihat cincin itu, bibirnya menegang. Hatinya sakit.
Dia mengangkat kepalanya dan menatapnya, "Apa ini?"
Bahasanya seperti ujung yang tajam, dia sakit, dia lebih sakit daripada dia. Dia hanya meraih tangan kecilnya seperti itu, perlahan dan dengan paksa menarik tangan kecilnya ke pipinya, cincin laki laki yang dingin menekan wajah kecilnya yang dingin.
Pada saat ini, Maylinda ingin menangis.
Suara Teguh sedikit serak, "Maylinda, aku masih menunggumu."
Kata kata ini, seperti mantra, berhasil mencegah Maylinda tertidur sepanjang malam.
Pada saat ini, dia menatapnya dengan bintang bintang kecil yang tak terhitung jumlahnya di matanya, tubuhnya menyusut, bibirnya menggigit, dan dia menatapnya dengan tak terbayangkan, seperti orang gila!
