Mail baru saja marah, dan Dimas benar-benar melupakan kaki tangannya.
Memalingkan kepalanya dan melihat komplotannya yang berdiri di depan papan tulis, yang terakhir menatapnya dengan cemas, dan segera memberikan tampilan lega. Yang terakhir menghela nafas, ekspresinya membaik.
"Itu bagus. Agar tidak menyia-nyiakan waktu berharga orang tuamu, ayo kita mulai memeriksa tiketnya sekarang!" Kata Kepala Sekolah dengan suara keras.
Dimas mendengus pelan, mendekati kotak suara, dan mulai membaca ulang tiket satu per satu.
Setiap bab yang ia baca, ia akan menunjukkannya kepada Mail, dan guru di papan tulis ada di sana untuk membuat statistik.
Faktanya, semua orang penasaran. Para orang tua yang hadir juga bertanya-tanya apakah ada kegiatan tersembunyi.
Waktu berlalu setiap menit, suara masih seimbang, dan tidak banyak perbedaan.
Di akhir pembacaan, keduanya memiliki jumlah suara yang persis sama, dan Dimas masih memegang yang terakhir di tangannya. Kali ini lagi, siapa yang terakhir?