"Saudaraku yang baik. Aku salah, dan aku tidak akan berani melakukannya lagi lain kali. Maukah kau mengampuni aku?" Lia belajar dengan sopan.
Suara menghina Mail datang dari kamar mandi: "Hentikan, kau tidak tulus sama sekali. Jika aku berteriak seperti kamu, aku 100% yakin kamu tidak akan membukakan pintu untukku."
Lia merosot ini, orang ini sebenarnya lebih sulit untuk dilayani daripada dirinya sendiri!
"Oke! Kalau begitu aku akan meneleponmu lagi! Terakhir kali, aku tidak memiliki kesabaran untuk memberimu demonstrasi." Untuk membujuk Mail ke umpan, Lia harus berteriak lagi.
Mail duduk di atas westafel dengan rokok terselip diantara jari telunjuk dan jari tengahnya, dengan mulutnya ia membuat cincin asap sambil mendengarkan raungan Lia dengan santai dan nyaman. Menarik sekali. Gadis itu meneriaki orang-orang dengan nada seperti itu, membuat telinga orang sakit dan merasa bersalah.