"Ini sangat bagus." Revan berfoto di cermin. Istrinya itu memiliki selera yang bagus dan ukuran bajunya pas. Revan merasa sangat nyaman.
Sudut mulut Asisten Rian bergerak-gerak, dan dia bergumam: "Anda telah mengatakannya lebih dari selusin kali dalam satu malam."
Revan berdehem karena malu, duduk kembali di meja dengan wajah tegas, dan kembali ke bos yang dingin dan mulia: " Pilih seorang gadis dengan keterampilan yang baik dan suruh dia melamar pekerjaan di Wijaya Group. "
Dia telah memutuskan untuk mengambil tindakan terhadap Farhan, khawatir bahwa Farhan akan menyakiti istrinya, jadi Revan harus membuat rencana ke depan.
"Bukankah tidak apa-apa bagi tuan muda mengirim seseorang kesana?" Asisten Rian bingung, mengapa harus repot-repot begitu saja.
Revan menyipitkan matanya dan berkata, "Dia akan merasa tidak nyaman."
Asisten Rian: "..."