Freya melamun, di menggenggam barang yang selama ini di carinya.
"Freya." Devan menyembulkan kepalanya dari ambang pintu, dia melihat Freya yang terlihat sedih. "Kamu kenapa?" cowok itu menutup pintu, dia berjalan dan duduk di kasur sebelah adiknya.
"Kak." Freya berucap lirih.
Devan menautkan kesepuluh jarinya, dia menatap Freya dengan serius.
"Apa Freya harus nyerah?"
"Selama ini kamu emang salah, tapi Kakak ga nyalahin kamu juga. Karena semua manusia tidak luput dari kesalahan yang di perbuatnya." Devan berdiri, dia melanjutkan. "Karena Kakak juga pernah ada di posisi kamu."
Freya menautkan alis. "Maksud Kakak?"
Devan melirik, dia menghela napas gusar. "Hanya berbeda cara."
Freya tidak mengerti.
Cowok itu mendesah, hatinya mendadak sakit lagi. "Ah, ini tidak harus di bahas lagi. Kakak sudah mengikhlaskan, dan membiarkan keadaan menjadi lebih tenang."
Kakaknya pernah ada di posisi Freya?