"Gibran."
Lelaki itu diam dan hanya menatap bosan. Dia selalu saja mengalah setiap ucapan yang selalu terdengar risih di telinganya.
"Apa lagi?" tanya Gibran ketus, dia sangat merasa ingin muntah jika Risma tersenyum di hadapannya.
"Aku mau buah, suapin."
Dengan tangan yang malas, Gibran berusaha untuk memaksakan mengambil buah apel dan mengupasnya terlebih dulu. Sangat merasa di susahkan Gibran ingin sekali tenggelam di air terdalam.
"Kamu terus nemenin aku, ya? Gimana keadaan kantor kamu?" tanya Risma yang sudah terbangun dari tidurnya. Beberapa jam lalu, di saat Gibran selalu saja meracau kini Risma mendadak sumringah, walaupun kepalanya masih di rasa sangat menusuk.
"Baik."
Risma mengangguk. Dia belum mengatahui hal yang serius mengenai dirinya sendiri. Pihak dokter maupun Gibran belum memberitahunya karena Gibran yang meminta, bukan berarti Gibran akan kabur dari pertanggung jawaban. Gibran hanya tidak ingin Risma mengamuk dan akan menyalahkannya.