Tak lama kemudian John membawa nampan yang berisi makanan dan minuman sesuai pesanannya.
~New Chaps~
Setelah itu mereka segera menyantap makanannya, tanpa mereka sadari sejak awal mereka menginjakkan kakinya dikantin ada empat orang gadis yang sedang memperhatikan mereka siapa lagi jika bukan geng Blue Bird.
"Kak apakah kau yakin akan memberi j***ng itu pelajaran?." Tanya Nanda.
"Iya kak, lihatlah sekarang dia bersama John, Gibran dan juga Adnan." Ujar Audi menimpali. " Aku tidak mau Adnan semakin membenci ku gara-gara mengetahui hal ini." Lanjutnya.
"Hey kenapa kalian jadi merasa ragu begitu? Tentu saja kita akan tetap melakukannya." Jawab Bella enteng.
"Dan kau kak, ada apa denganmu ? Kenapa kau merasa takut dengan adanya Adnan disana? Bilang saja karena kau takut kehilangan nya beres kan. " Cecar Dea pada Audi.
"Kau benar Dea, lagi pula aku yakin mereka pasti tidak peduli kepada si j***ng itu apalagi si muka datar." Ujar Bella.
"Tapi kak, John sangat peduli kepadanya bahkan waktu pagi saja dia membentak ku karena aku menyebutnya J***NG. " Cerocos Nanda sambil menekankan diakhir kata.
"Hey guys apa kalian lupa dengan motto geng kita? " Tanya Dea jengah.
"Tidak sama sekali. " Jawab Audi mewakili.
"Yaudah kalo gitu tunggu apa lagi? Masalah gebetan kalian suka atau tidak itu urusan belakangan." Ujar Bella memberi komando.
"Oke." Sahut mereka kompak.
Kemudian mereka pun berjalan mendekati meja dimana gadis mungil itu dan teman-temannya berada sesampainya didepan mereka, Geng BB pun memulai aksinya.
Dengan sengaja Nanda menumpahkan minumannya tepat dikepalanya Anna tentu saja hal ini mengundang perhatian dari seisi pengunjung kantin tersebut.
"Upss maaf sengaja." Ucap Nanda merasa tak bersalah.
"Nanda maksud kamu apa-apaan sih?!." Bukan Anna yang bertanya melainkan Bilqis sahabatnya.
"Kenapa kamu yang marah Bilqis, si j***ngnya juga diam saja?." Ujar Dea tak suka.
"Hey Dea kau bilang apa barusan?!." Tanya John marah bahkan wajahnya sudah merah padam dia tidak peduli memanggil seniornya tanpa menggunakan embel-embel.
Sedangkan gadis mungil itu sendiri masih syok karena diserang secara tiba-tiba yang bahkan tidak mengetahui kesalahannya dimana.
"Iya dia j***ng, kalau bukan j***ng mana mungkin dia mendekati semua pria, sok cantik, selalu tebar pesona, wajah hasil dari oplas saja bangga, cihh dasar j***ng murahan. " Cecar Audi dengan menekankan diakhir kata.
" Hey mengapa kau j***ng? Kenapa kau diam saja? Oh aku tahu kau pasti butuh perlindungan dari si muka datar ini kan? Hahaha kau berlindung kepada orang yang salah j***ng. " Ujar Bella sambil mendorong bahunya Anna.
"CUKUP MENYEBUTKU J***NG! ATAU SEMACAMNYA. APA SALAHKU KEPADA KALIAN HUH? AKU TIDAK MELAKUKAN SEPERTI YANG KALIAN SEMUA KATAKAN. KALIAN BAHKAN BARU MELIHATKU BELUM MENGENAL APALAGI MENGETAHUI SEMUA TENTANGKU TAPI KENAPA KALIAN SUDAH BERASUMSI SEPERTI ITU HUH?!. " Teriak Anna yang sudah berderai air mata.
"Sebutan itu memang pantas untukmu Anna, jika kau tidak melakukan semua itu lalu mengapa kau mendekati John, kak Rama, kak Adnan dan bahkan kau mengemis perhatian kepada kak Gibran huh? Itu semua karena semata-mata kau memang seorang b***h." Umpat Nanda.
PLAKKK
Suara tamparan yang cukup keras yang gadis agresif dapatkan dari seorang pria berkulit putih pucat ya siapa lagi jika bukan Gibran. Pria tersebut tidak merasa bersalah sedikitpun karena menurutnya orang seperti itu pantas mendapatkan nya dia tidak peduli menjadi pusat perhatian siswa siswi yang masih setia menjadi penontonnya. Sementara Nanda merasakan sangat perih di pipinya sedangkan Bella sebagai ketua dia tidak terima atas perlakuannya Gibran.
"Gibran!! Kenapa kau menampar nya huh? Apa salahnya?! " Tanya Bella geram.
"Kau! Kau sendiri tidak terima bukan melihat dia ditampar? Dan kau juga masih menanyakan dimana kesalahannya? Dengar baik baik Bella, aku tidak terima melihat perlakuan kalian kepada Anna, apa yang semua kalian katakan itu semuanya tidak benar sama sekali, selama ini aku diam kepadanya bukan berarti aku tidak peduli dengan keberadaan nya, selama ini aku selalu memperhatikan dia dari jauh. Aku fikir kemarin yang kalian bicarakan itu hanya sebuah lelucon ternyata dugaan ku salah." Ujar Gibran dingin.
"Oh ya yang seharusnya disebut J***ng itu kalian sendiri, kalian lebih pantas dengan sebutan itu karena kalian dengan percaya dirinya menobatkan mereka milik kalian padahal belum tentu orang-orang itu mau dengan wanita menye-menye seperti kalian. Apa kalian fikir dengan cara kalian melakukan ini kepada Anna mereka akan menjadi tertarik kepada kalian? Belum tentu juga kan, atau bahkan justru sebaliknya." Lanjutnya savage.
"Iya Gib kau benar sekali bahkan hanya mendengar namanya pun aku sudah jijik, apalagi jika sampai berkencan." Sahut Adnan menimpali sambil bergidik ngeri dan melirik Audi sekilas.
"Kau benar-benar pria yang berhati seperti es Gibran bisanya berkata kasar kepada lawan jenis seharusnya seorang pria tidak pernah melakukan itu. " Ujar Dea tak suka.
"Kak Dea, kau sendiri tidak terima kan? Lantas kenapa geng alaymu melakukan itu kepada Anna?!." Tanya Bilqis tak suka.
"Hey kau jangan ikut campur ini bukan urusan mu!." Sentak Nanda meskipun pipinya perih dia masih tidak mau mengalah.
"Tentu saja itu urusanku karena Anna adalah sahabatku!." Jawab Bilqis geram.
Audi sempat melayangkan tangannya untuk menampar Bilqis sedangkan gadis berpipi chubby tersebut sudah menutup matanya namun dengan sigap Adnan menahannya.
Tap!
"Jika kau berani menyentuhnya akan berurusan dengan ku." Ujar Adnan tegas.
Gadis bersurai burgundy sebahu itu menggelengkan kepalanya dengan cepat dia tidak percaya melihat bahkan mendengar ucapan dengan mata kepalanya sendiri dari pria bervisual tampan yang telah dinobatkan sebagai miliknya tersebut telah membela orang lain, dengan spontan dia berlari sambil menangis. Sedangkan Adnan sendiri tidak peduli dan terlihat Bilqis sudah membuka matanya kembali.
"Apa yang kau lakukan Adnan? Kenapa kau membuatnya menangis?." Tanya Dea tak suka.
"Aku tidak melakukan apapun, dianya saja yang terbawa perasaan." Sahut Adnan acuh.
"Mungkin dia tidak terima melihat bang Adnan telah membela Bilqis." Ujar John santai.
"Yaudah kalian nunggu apa lagi? Cepat sana pergi. " Ucap Gibran datar.
"Kau mengusir kita kak Gibran? " Tanya Nanda.
"Tentu saja." Jawab John.
"Kalian hanya bisa menyakiti perasaan wanita khususnya kau Gibran, hatimu sedingin es batu pantas saja tidak ada yang mau berkencan dengan mu." Sindir Bella.
"Itu bukan urusan mu, lagi pula aku hanya menginginkan wanita yang tulus dan mau menerima ku apa adanya bukan wanita yang bisanya memeras harta layaknya seorang b***h." Balas Gibran sarkas.
Bella merasa tertohok dengan ucapan pria berkulit putih pucat itu, kemudian akhirnya mereka pun memutuskan untuk segera menyusul Audi.
"Yuk guys lebih baik kita cabut aja, tak ada gunanya kita berdebat dengan mereka." Ujar Bella. Sementara itu Nanda dan Dea menganggukkan kepalanya saja.
Mereka berjalan dengan sengaja menabrakkan bahunya kepada gadis mungil itu. Semua pengunjung kantin tersebut kembali melanjutkan aktivitas nya begitu juga dengan Anna dan teman-temannya.
"Na, apa kau baik baik saja?." Tanya Bilqis khawatir.
"Iya Bil, hanya saja aku tidak tahu mengapa mereka tiba-tiba melakukan itu kepada ku." Jelas Anna.
"Sudah selesai kan tugasnya? Waktu istirahat ku terbuang hanya gara-gara melindungi gadis cengeng seperti mu." Sela Gibran datar.
"Abang kok bicaranya seperti itu sih? Atau jangan-jangan sebenarnya abang tidak ikhlas melindungi Anna?." Cecar John tak terima.
"Kalau sudah tahu, kenapa bertanya?." Sahut Gibran acuh.
"Abang tuh benar-benar kelewatan!." Umpat John naik pitam.
Pria berlesung pipi itu hendak melayangkan sebuah bogeman mentah kepada Gibran, namun dengan sigap Anna menghentikannya.
"Bang John jangan lakukan itu!." Sergah Anna. "Lagi pula ucapan bang Gibran memang benar kok, aku gadis cengeng baru dapat serangan begitu saja sudah menangis apalagi jika sampai dibully." Sambungnya disertai dengan senyuman palsu.
"Kau dengar John? Dia sendiri yang mengakuinya, kenapa kau marah kepadaku hanya karena dia?." Tanya Gibran sarkas. "Ayo Nan, kita kembali ke kelas. " Sambungnya sambil menarik paksa sahabatnya.
Sebenarnya hati gadis mungil itu merasa teriris mendengar ucapan dari Gibran, dia fikir pria berkulit putih pucat itu ikhlas menolong nya selain itu hubungan antar keluarganya akan segera membaik tapi ternyata dugaannya salah. Sementara itu John tak habis fikir terhadap sifat saudara kandungnya yang masih bersikap seperti itu, sedangkan Bilqis merasa tak tega melihat nasib sahabatnya.
"Na yang sabar ya, aku yakin suatu saat nanti kak Gibran berubah dan menyesali perbuatannya. " Ujar Bilqis.
"Iya." Sahut Anna singkat. "Oh iya bang John, jangan marah sama bang Gibran ya, karena bagaimanapun juga dia kakak kandung mu. " Sambungnya.
"Iya tidak akan. " Jawab John sambil tersenyum tipis. "Padahal hatimu sangat baik Na, tapi kenapa bang Gibran selalu berasumsi sebaliknya? " Sambungnya dalam hati.