John Pov
Sekarang aku sedang makan dikantin dengan bang Gibran dan bang Adnan, aku menyantap makananku tak sampai habis karena aku sangat khawatir dengan keadaannya Anna, yang aku khawatirkan adalah bagaimana dia tidak makan karena tidak tahu letak kantinnya selain itu aku tidak tahu dia sudah mempunyai teman atau belum. Sampai aku baru menyadari bahwa bang Gibran sedang menatapku heran.
" Bang kenapa melihatku seperti itu ? " tanyaku.
" seharusnya aku yang bertanya seperti itu." Ucapnya datar. " kenapa kamu tidak menghabiskan makananmu ? " tanyanya.
" aku sudah kenyang bang." Jawabku terpaksa berbohong.
" aku tidak percaya, jangan bilang kamu memikirkan perempuan itu." Ucapnya sambil memicingkan matanya.
" sudahlah Gib, mungkin John memang sudah merasa kenyang." Ucap bang Adnan yang akhirnya menengahi.
" ck, yasudah." Decaknya kesal.
Dalam hatiku merasa lega akhirnya bang Gibran tidak mencurigaiku lagi meskipun dia terlihat kesal dengan ucapan yang dilontarkan oleh sahabatnya itu. Aku terus berdoa kepada Tuhan semoga Anna tidak seperti yang aku pikirkan karena aku takut jika nanti terjadi apa-apa padanya itu pasti karena kesalahanku yang telah meninggalkannya.
Author Pov
Dilain sisi Anna dan Bilqis baru sampai dikantin beruntung mereka menemukan satu meja kosong untuk mereka berdua. Setelah itu mereka segera memesan makanannya.
" Na kau mau pesan makanan apa ? " tanya Bilqis.
" samain aja deh." Sahut Anna singkat.
" Oke, kalau gitu tunggu disini sebentar ya." Ucap Bilqis.
Gadis mungil itu hanya menganggukkan kepalanya saja.
Kemudian gadis berjuluk chipmunk itu pun beranjak memesan makanan sedangkan Anna duduk sambil memikirkan rasa penasarannya terhadap sikapnya Gibran yang hanya bersikap dingin kepada kaum hawa pasti ada penyebab dibalik sikap saudara nya tersebut. Dia terhanyut dalam pikirannya sehingga tak menyadari kehadiran sahabatnya yang siap menyantapnya hidup hidup, Bilqis tak segan menyentil dahi sahabatnya tersebut.
" yak Bilqis kenapa kau menyentil keningku ? " tanya Anna dengan nada kesal dan meringis.
" makanya jadi orang jangan melamun mulu jadinya tak tahu kan dari tadi dipanggil sama aku." Celetuk Bilqis.
" hehe maaf, aku baru saja terhanyut dalam rasa penasaranku." Ucap Anna cengengesan.
" memangnya apa yang membuatmu penasaran ? " tanya Bilqis heran.
" tentang sikapnya bang Gibran yang bersikap dingin hanya kepada perempuan saja, aku yakin pasti ada penyebabnya." Jelas Anna menerawang.
" kau benar juga Na, tapi jika kau mencari tahu penyebabnya kurasa percuma saja pasalnya hampir tidak ada satu murid pun yang tahu tentang sikapnya tersebut." Ujar Bilqis.
" hmm tapi aku tetap penasaran dan ingin mencari tahu barang kali aja aku menemukan titik terangnya." Sahut Anna penuh percaya diri. " Bilqis sejujurnya aku merasa tidak nyaman dengan sikapnya bang Gibran yang sangat dingin bak kutub utara itu jangankan bertegur sapa, mendengar suara ku saja dia langsung membuang muka. Kamu mau kan bantu mencari tahu tentang penyebabnya ? " lanjutnya dengan wajah tertekuk.
" Iya Na aku akan membantumu, tapi tidak sekarang karena aku sudah lapar dan ini makananmu." Jawab Bilqis yang entah sejak kapan sudah menyantap makanannya.
" Makasih Bilqis kau memang sahabat terbaikku." Ucap Anna dengan gummy smilenya.
" bahkan hari ini kita baru bertemu dan menjadi sahabat Anna, kau sudah memanggilku dengan sebutan itu." Celetuk Bilqis.
" hmm memangnya kau tak mau ya jadi sahabat terbaik buatku ? " tanya Anna memelas.
" yak Anna aku tidak sejahat itu dan aku dengan senang hati untuk menjadi sahabat terbaikmu." Jelas Bilqis dengan tersenyum.
" Terima kasih Bilqis." Ucap Anna.
" Na kapan kau menyantap makananmu ? Lihat makananku sudah hampir habis tapi punyamu masih utuh." Sahut Bilqis menggerutu.
" Bil ternyata kau sangat cerewet tapi aku senang itu artinya kau peduli kepadaku." Jawab Anna yang akhirnya mulai menyantap makanannya.
Sedangkan Bilqis yang melihat kelakuan sahabatnya tersebut hanya menggelengkan kepalanya saja.
-://:-
Sekolah hari ini telah berakhir semua siswa siswi SMA 8 JAKARTA mengikuti pelajarannya sampai selesai, sekarang semuanya sudah bergegas untuk pulang kerumahnya masing-masing termasuk Anna dan John yang sedang berjalan menuju parkiran, sepertinya pria berlesung pipi itu masih khawatir dengan Anna terlihat sangat jelas dari raut wajahnya, apalagi jika bukan tentang masalah jam istirahat.
" Na tadi waktu istirahat kamu udah makan belum ? " tanya John khawatir.
" sudah bang, memangnya kenapa ? " Sahut Anna heran.
" syukurlah kalau kamu sudah makan, hmm tapi kamu pergi kekantinnya dengan siapa ? Bukannya kamu belum mengetahui letak kantinnya ? " ucap John sambil bernafas lega.
" aku pergi dengan Bilqis sahabat baruku bang." Jelas Anna. " memangnya kenapa bang bertanya seperti itu ?" Lanjutnya.
" Abang khawatir sama kamu karena aku pikir kamu tidak pergi kekantin dengan Bilqis karena kamu belum tahu letaknya dan kamu akhirnya lebih memilih untuk tidak makan." Ujar John.
" Makasih abang sudah peduli kepadaku." Sahut Anna.
" Tidak masalah Na, itu sudah seharusnya karena kau saudaraku." Jawab John sambil tersenyum.
" hey cepat jalannya." Ucap Gibran datar yang entah kapan datangnya dan jangan lupakan death glarenya tertuju kepada gadis mungil itu.
Kemudian mereka pun mempercepat langkahnya sesampainya didepan mobil sport milik pria berkulit putih pucat itu mereka diminta untuk segera masuk kedalam mobil, merekapun menurut. Gibran pun segera melajukan mobilnya meninggalkan area parkiran kembali menuju rumahnya.
Pradipta Mansion
Tak membuang banyak waktu mobil Lamborghini Aventador tersebut terparkir didepan kediamannya. Kemudian ketiga makhluk berbeda jenis kelamin itu segera masuk kedalam rumahnya.
" kalian sudah pulang ? " tanya wanita paruh baya kepada mereka.
" Iya mah. " Sahut John sambil tersenyum.
" oh iya bagaimana sekolahmu Anna ? Apakah menyenangkan bisa satu sekolah dengan abang-abang mu ? " tanya Maria penasaran.
" Iya tan aku sangat senang." Sahut Anna sambil mengulas senyuman tulus.
" mulai sekarang jangan manggil tante lagi ya, panggil saja mamah dan papah." Perintah Maria.
" I_ya Mah. " Jawab Anna gugup.
Maria tersenyum sambil mengusap surai coklat keemasannya gadis mungil itu dengan sayang dan John pun ikut tersenyum senang sedangkan manusia es itu berdecih pelan namun masih terdengar oleh Maria.
" kamu kenapa ? " tanya Maria.
" aku tak apa mah." Jawab Gibran singkat namun ia menatap gadis mungil itu dengan tajam.
" Mah, Bang aku masuk kekamar dulu." Pamit Anna sambil tersenyum.
Maria dan John menganggukkan kepalanya saja, Anna berjalan kekamarnya dengan langkah sedikit tergesa karena dia sadar akan maksud tatapan dari Gibran yang begitu tajam membuatnya benar benar merasa tidak dianggap kehadirannya oleh pria berkulit putih susu tersebut. Sesampainya dikamar dia segera menutup pintu kamarnya lalu tak lupa menguncinya dan segera berganti pakaian setelah selesai dia segera mendudukkan dirinya ditepi king size nya.
" sebenci itukah bang Gibran kepadaku ? Lalu dimana kesalahanku ? Apakah hanya gara-gara aku seorang perempuan ? ." Tanya Anna pada dirinya sendiri.
" Bang Gibran selalu saja begitu dia selalu menatapku tajam dan itu membuatku merasa tak nyaman bahkan aku takut, apalagi waktu tante Maria memintaku memanggilnya mamah, sungguh itu sangat menyeramkan." Lanjutnya bermonolog diri.
Sedangkan dilain sisi seakan faham dengan sikap putra sulungnya Maria segera bertanya kepada sang empunya.
" kamu sebenarnya kenapa Gibran ? Kelihatannya kamu tak suka dengan keberadaannya Anna disini ? " tanya Maria tepat sasaran.
" Mamah benar aku tak suka dia ada disini." Sahut Gibran datar.
" lantas apa yang membuat abang tak menyukainya ? " tanya John penasaran.
" apa kau lupa dengan masa laluku John ah ? " tanya Gibrani dingin.
" tentu saja aku ingat bang, tapi menurutku Anna tidak seburuk yang kau kira dia gadis yang baik. Bukan begitu Mah? " bantah John.
" yang dikatakan adikmu itu benar Gib, tidak semua gadis bersifat seperti yang kamu pikirkan contohnya Anna dia baik, ramah, dan tulus menyayangi orang orang yang ada disekitarnya." Jelas Maria.
" kalian bahkan baru mengenalnya tapi sudah membelanya." Ucap Gibran sarkas.
" Bang apa kau lupa sejak kita masih kecil kita sudah mengenalnya karena hampir setiap tahun keluarga kita selalu berkunjung kerumahnya, bahkan kita sudah duduk dibangku SMP." Celetuk John.
Pria berkulit putih pucat itu terdiam dan akhirnya memilih beranjak begitu saja karena menurutnya berdebat tidak ada gunanya. Sedangkan Maria hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.
" Mamah jadi kasihan kepada Anna, karena dia tidak mengetahui apa-apa tentang abang mu itu." Ujar Maria.
" Iya mah, bahkan aku khawatir jika nanti bang Gibran tidak mempunyai pasangan akibat pemikirannya itu." Sahut John menimpali.
" Astaga jangan sampai terjadi, mamah harap gadis itu yang bisa mengembalikan sifat abang mu yang dulu." Ucap Maria.
" ya semoga saja." Jawab John sambil tersenyum. " yasudah kalau gitu aku kekamar dulu ya Mah." Lanjutnya.
Maria hanya menganggukkan kepalanya saja, hatinya merasa jengkel kepada sifatnya pria berkulit putih pucat itu yang semakin hari semakin dingin saja.