"Ha hallo," ucap Bella dengan tangan gemetar saat mengangkat telepon.
"Bella…"
Terdengar suara teriakan di seberang sana. Bella terheran-heran ketika mendengar suara Alanis. Ia memejamkan mata dan bernapas lega setelah tahu bahwa yang menelpon bukan Vincent.
"Kau? Bagaimana bisa Kau menghubungi telepon rumahku?" ucapnya masih dengan gugup.
"Suamimu yang memberiku nomor teleponmu. Aku pakai telepon kantor, mumpung masih sepi," bisik Alanis.
"Sembarangan, Kau!"
"Bagaimana lagi, aku tidak punya telepon rumah dan aku tahu handphone-mu dipegang Vincent, sesekali memanfaatkan fasilitas kantor, hahaha," tanggap Alanis.
"Kau harus tetap berhati-hati siapa tahu teleponmu juga merekam percakapanmu di luar urusan pekerjaan, Nis," peringat Bella.
"Iya, iya, mantan sekretaris, aku mengerti," jawab Alanis dengan masih tertawa kecil. Bella pun menanggapinya dengan tawa getir.
"Oh, iya. Mengapa Vincent sampai mengambil handphone-mu?"