Sensasi pedih bercampur nikmat tidak bisa Bella bedakan lagi. Bibirnya yang penuh luka dilumat dengan intim oleh bibir Vincent. Air mata bercucuran membanjiri pipinya, reaksi antara rasa sakit dan bahagia. Kini Ia telah bertemu dengan lelaki yang mencintainya, lelaki yang menerangi hidupnya, lelaki yang membuat hidupnya tidak lengang lagi.
Bella cepat-cepat mengambil napas saat Vincent melepaskannya sejenak. Sungguh malam yang paling indah, Ia bagai sedang berada di angkasa dibawa terbang oleh pangerannya. Lelaki brengsek yang dulu menyosor bibirnya di bawah lampu merah, malam kini membayar kelakuannya dengan pagutan indah di bawah kerlap-kerlip cahaya bintang yang bertebaran, di atas permadani angkasa. Nun jauh di bawah sana, hamparan kerlap-kerlip lampu di antara gelap malam tak mau kalah bersaing dengan langit, namun pada akhirnya keduanya bagai bersatu tanpa ujung batas.
"I love you, Vincent," ucap Bella.