Saat Dirga sedang berbicara dengan Ilham, ibu Dirga sudah menyiapkan makanan di meja. Alana juga telah membantu di dapur, dan kini sibuk mengambil piring.
"Apakah kalian berdua sudah selesai berbicara? Keluarlah untuk mencuci tangan dan makan." Suara ibu Dirga terdengar dari dapur.
Begitu Ilham mendengar tentang makanan, dia tidak bisa menahannya. Dia tidak sabar untuk duduk di meja, mencium aroma makanan dari dapur, dan makan dengan lahap.
Hidangan disajikan satu demi satu, dan meja persegi besar itu penuh seketika. Ada daging, ikan, ayam, bebek, dan tempe. Untuk masakan vegetarian ada paprika hijau, irisan bawang putih, dan tomat. Setelah sekian lama, entah bagaimana ibu Dirga bisa membuat begitu banyak masakan. Ayam yang dimasak kuning itu digoreng hingga menjadi renyah. Kepalanya terangkat dan sayapnya membentang, seolah siap untuk terbang. Ada juga bebek panggang berwarna cokelat yang tampak berkilau dan lezat.
Ilham membentangkan serbet di pahanya, menggosok tangannya, dan siap untuk memulai menyantap semua ini.
"Cepat dimakan. Masakannya sebentar lagi akan dingin." Ketika ibu Dirga berbicara, Ilham segera mengambil kaki ayam dan memasukkannya ke dalam mangkuknya. Dia tidak memperlakukan dirinya sebagai orang luar. Ibu Dirga juga tidak keberatan. Dia terus menambahkan sayuran ke mangkuk Alana dan Ilham. Omong-omong, dia juga peduli dengan rencana masa depan Alana. "Alana, aku ingat kamu satu tahun lebih muda dari Dirga, kan? Artinya kamu sekarang berusia 17 tahun."
Alana mengambil sayuran hijau di mangkuk dengan sendoknya. Dia memasukkannya ke dalam mulutnya dan mengunyahnya. Dia mengangguk sambil berpikir. Ibu Dirga memberinya sepotong paha ayam lagi, "Aku pernah mendengar ibumu membicarakan ini sebelumnya, bukankah kamu berencana untuk pergi ke sekolah?"
"Aku berencana menjadi penyanyi di masa depan."
"Begitu rupanya." Ibu Dirga menghentikan sendoknya dan berkata dengan cemas, "Kudengar sangat susah menjadi seorang penyanyi. Kenapa kamu tidak menjadi seorang perempuan biasa saja dan terus memberi les piano?"
"Dirga pergi bekerja di luar saat dia berumur empat belas tahun. Dia mampu bertahan pada saat itu, dan aku pasti bisa." Alana mengangkat kepalanya, matanya penuh dengan tekad.
Di sela kesibukan Ilham untuk mengunyah makanan, sebenarnya dia telah memperhatikan percakapan antara ibu Dirga dan Alana. Pada saat ini, dia akhirnya menangkap kesempatan dan dia langsung mengutarakan pikirannya. "Sebenarnya, dari penampilanmu, kamu lebih cocok untuk menjadi seorang aktris. Kalau suka menyanyi, kamu bisa berakting dulu. Kalau sudah populer, tentu akan ada perusahaan yang buru-buru membantumu masuk ke dapur rekaman. Aku kenal banyak penyanyi seperti ini. Sekarang perkembangan lintas industri sangat populer."
Sebelum perkataan Ilham selesai, Dirga tiba-tiba mengambil sepotong daging dan memasukkannya ke dalam mulut Ilham. Dia berusaha mencegah kata-kata berikutnya keluar dari mulut Ilham.
Ilham mengunyah daging di mulutnya. Rasanya lezat dan aromanya sangat harum. Dia menelannya bulat-bulat dan menjilat bibirnya dengan lidahnya. Lalu dia bertanya pada Dirga, "Apa yang akan kamu berikan padaku sekarang?"
"Apa kamu masih tidak bisa menghentikan mulutmu bahkan ketika kamu makan pantat ayam?" tanya Dirga.
Ibu Dirga dan Alana sama-sama menutupi mulut mereka dan tertawa. Itu membuat Ilham merasa malu. Dirga menoleh untuk melihat Alana, dan bertanya dengan tegas, "Alana, apakah kamu benar-benar ingin menjadi penyanyi?" Alana menggigit bibirnya dengan ringan dan mengangguk dengan serius.
Dirga kemudian bertanya lagi, "Lalu apakah kamu pernah berpikir tentang bagaimana kamu bisa menjadi penyanyi?" Alana menggelengkan kepalanya, dia tidak terlalu memikirkannya.
"Hanya ada dua cara untuk menjadi penyanyi. Salah satunya adalah dengan menandatangani dapur rekaman secara langsung dan bekerja sama dengan perusahaan rekaman. Cara kedua adalah dengan mengikuti kontes menyanyi. Pada akhirnya, kamu dapat menandatangani kontrak dengan perusahaan rekaman. Jalur sebelumnya sulit untuk dilalui. Kesempatan seperti itu biasanya jarang ada. Mereka tidak akan menyerahkan kesempatan pada pendatang baru. Kamu bisa mencoba cara yang terakhir, mungkin aku dapat membantu sedikit." Dirga memberi ide.
"Ya, kamu bisa berpartisipasi dalam kontes menyanyi. Semakin berpengaruh kontes itu, semakin mudah kamu untuk menjadi terkenal." Ilham tidak bisa menahan diri untuk tidak menyela.
"Tapi persaingannya sengit." Dirga sepertinya sengaja berdebat dengan Ilham. Dia menambahkan kalimat lain.
Alana sempat ragu-ragu. Ilham mengambil kesempatan ini untuk merekomendasikan kompetisi menyanyi "Idola Indonesia" di TV B. "Kompetisi ini diselenggarakan bersama oleh TV B dan Kemendikbud. Kompetisi ini juga telah diadakan selama dua musim dan hanya menerima peserta dari Indonesia."
"Apa kamu kenal Agnes Monica? Dia juara pertama kontes menyanyi itu. Untuk mengikuti kontes ini, selama kamu memenangkan hadiah, kamu bisa mendapatkan kontrak untuk menjadi penyanyi di label ternama. Kurasa kamu bisa mencobanya." Dirga juga turut mendukung. Alana melirik Dirga, masih berharap Dirga akan membantunya memutuskan.
Dirga ingat bahwa Alana bisa berpartisipasi dalam kontes menyanyi itu tahun depan. Namun, Alana belum pernah menerima pelatihan menyanyi yang intensif sebelumnya. Memang agak sulit untuk keluar dari persaingan yang kuat dengan lawan nantinya. Dirga tidak dapat menjamin bahwa Alana akan dapat masuk tiga besar dan memenangkan hadiah.
"Sebenarnya, memenangkan hadiah tidak sesulit yang kamu kira." Ilham melempar kacang ke mulutnya. Sambil mengunyah, dia berkata, "Selama ada persiapan yang cukup sebelum pertandingan, sudah pasti bisa masuk ke tiga besar."
Dirga memotongnya dengan tidak sabar, "Jangan hanya berbicara tentang hal yang tidak berguna, apa yang harus dia lakukan?"
"Siapkan lagu yang dijamin akan populer, lalu dapatkan pelatihan vokal untuk jangka waktu tertentu. Alana pasti bisa langsung menghancurkan kontestan lain selama kompetisi. Sesederhana itu." Ilham mengatakannya dengan ringan, tetapi Dirga tahu bahwa segala sesuatunya tidak sesederhana itu. Jika ada lagu yang dijamin bisa populer, tandatangani saja kontrak dengan perusahaan rekaman. Kenapa perlu mengikuti kontes menyanyi?
Dirga merasa terganggu dengan ide untuk membuat lagu populer, tetapi Alana lebih khawatir tentang pelatihan vokal. Kondisi keuangan keluarganya sangat pas-pasan, dan dia tidak dapat menghabiskan begitu banyak uang untuk mencari seseorang untuk melatih dirinya.
"Ini adalah tanggung jawabku. Selama kamu berjanji untuk membantuku dengan bersedia berakting di film karyaku di masa depan, aku akan menanggung semua biaya pelatihan." Ilham menepuk dadanya dan berjanji.
Dirga menatapnya dengan tatapan tajam seperti pisau. Ilham segera tahu bahwa dia telah mengatakan sesuatu yang salah, dan buru-buru mengangkat tangannya untuk memberitahu Dirga, "Ya, anggap saja seolah-olah aku tidak mengatakan apa-apa. Aku akan diam dan makan."
"Alana, jangan khawatir tentang pelatihannya. Aku akan membantumu." Dirga sudah memiliki rencana di dalam hatinya, tetapi Alana menggelengkan kepalanya. Dia berkata dengan sedih, "Kamu tidak bisa mengeluarkan uang untukku. Kurasa aku akan melupakan impianku ini."
"Gadis bodoh, uang ini hanya akan aku pinjamkan kepadamu dulu. Bukankah setelah kamu merilis lagu, kamu akan bisa mengembalikannya kepadaku?" Dirga tahu bahwa Alana memiliki sifat keras kepala, jadi dia harus mengubah kata-katanya.
"Tapi…" Alana masih ragu-ragu.
"Sudah, jangan pikirkan itu. Aku akan memberimu lagu sebelum kompetisi."
"Kamu akan menulis lagu?" Mata Alana membelalak, merasa sedikit sulit mempercayai Dirga.
"Tidak. Kamu tahu aku tidak tahu apa-apa tentang musik, tapi aku bisa membuat lirik." Dirga tersenyum percaya diri, "Salah satu penyanyi Jepang punya lagu indah berjudul Sunset. Aku akan membelinya agar aku punya hak untuk mengedit lagu itu. Lalu, kamu akan menyanyikannya dengan lirik yang berbeda. Aku sudah tahu judulnya nanti, yaitu Seribu Malam."