Hari pemakaman.
Terlihat keluarga Wijaya sangat berduka kehilangan Hanita. Mereka tidak lagi bisa melihat senyumannya, tidak bisa lagi bersamanya dan tidak ada lagi yang membangunkan Naji serta Hanasi untuk berangkat sekolah dan memasakkan mereka sarapan serta bekal mereka disekolah.
Naji hanya diam menatap prosesi pemakaman sang adik tak ada tangis diwajahnya tidak menunjukan ekspresi apapun dan seperti seseorang yang kehilangan semangat hidup. Miwa yang melihat kekasihnya tanpa ekspresi menarik sang pacar dalam pelukannya dan menyuruhnya menangis karena ia tau saat ini Naji sangat terpukul sekaligus sedih kehilangan Hanita secara tiba-tiba.
"Menangislah, bila itu bisa membuatmu sedikit tenang!" ucap Miwa memeluk erat Naji.
Naji yang dipeluk oleh kekasihnya kaget tetapi setelah mendengar ucapan Miwa air matanya turun begitu saja.
"Hiks, kenapa Hanita pergi begitu cepat padahal beberapa hari lalu kita masih bercanda? Aku kakak yang tidak pecus menjaganya dan sekarang harus kehilangannya."
"Hei, maut dan jodoh tuhan yang menentukan kita tinggal menerimanya dan ini bukan salahmu mungkin Hanita lebih bahagia disana. Jangan menyalahkan dirimu aku mohon! Lebih baik kita doakan Hanita agar dia tenang dialam sana, ikhlaskan dia agar tidak menghalangi jalannya menuju surga!"
Naji membenarkan ucapan kekasihnya tetapi mengikhlaskan sang adik butuh waktu entah sampai kapan.
Risma tak henti-hentinya menangis melihat prosesi pemakaman dan Putra tak hentinya memeluk sang istri untuk menenangkannya.
"Hanita kenapa kau tinggalkan kaa-san begitu cepat padahal kita belum menikmati waktu bersama, hiks."
"Tenang sayang dan ikhlaskan anak kita. Aku juga kehilanganya tapi kalau kita tak mengikhlaskannya bisa menghambat menuju surga."
"Hiks, kenapa anak kita pergi begitu cepat?"
"Mungkin ini sudah takdir, kami-sama."
Risma memeluk sang suami sambil menatap prosesi pemakaman anaknya dengan air mata yang terus mengalir.
Hanasi sama halnya dengan sang ibu yang terus menangis melihat prosesi pemakaman sang kakak dan Sara senantiasa menenangkan sahabatnya dengan tak henti memberinya pelukan.
Nafi yang sudah tau pembunuh Hanita adalah Sakira merasa tidak percaya kalau temannya orang yang jahat. Makanya kemarin sang gadis minta maaf padanya ternyata ini maksudnya dan sekarang dia malah hilang entah kemana tanpa ada rasa bersalah dia tidak meninggalkan jejak sama sekali.
Shima yang berada disamping Nafi menepuk pundaknya untuk memberinya semangat karena mengetahui temannya menjadi pembunuh Hanita otomatis membuatnya syok. Sedangkan yang ditepuk pundaknya memberi senyuman tulus kepada sahabatnya dan dibalas senyuman tak kalah tulus dari sang sahabat.
Randi yang melihat prosesi pemakaman orang yang dicintainya hanya bisa menampilkan ekspresi datar seperti kehilangan separuh hidupnya dan tidak memiliki semangat hidup.
Randa yang melihat sang adik menampikkan ekspresi datar menepuk-nepuk pundaknya untuk memberi semangat tetapi yang diberi smangat hanya memasang ekspresi datar dan itu, membuatnya sedih karena sang adik yang dulu bisa berekspresi semenjak kenal Hanita sekarang kembali menjadi sosok yang datar atau malah semakin datar.
Taci ikut bersedih tau kematian Hanita dan Izami senantiasa ada disamping sang kekasih untuk memberi semangat sang pria.
Sam dan Sifa sebagai sahabat kedua orangtua Hanita tak berada jauh dari temannya dan kadang kala mereka memberi semangat dan menenangkan sahabat mereka yang pasti bersedih kehilangan salah satu anaknya. Tak bisa dipungkiri mereka ikut bersedih kehilangan anak dari sahabatnya tetapi mereka harus memberi semangat sahabatnya dan bukan malah larut dalam kesedihan.
Hari ini adalah hari duka bagi orang-orang yang menyayangi Hanita karena kehilangan seorang gadis yang baik sepertinya adalah kesedihan yang mengrogoti hati mereka. Kehilangan adalah sesuatu yang tidak diinginkan oleh semua orang dan jika merasakan kehilangan kesedihan serta rasa kehilangan senantiasa dirasakan orang yang ditinggalkan.
Beberapa saat kemudian prosesi pemakaman telah selesai dan pelayat berhamburkan pulang begitu pula dengan keluarga Wijaya yang pulang kerumah mereka.
Shima yang melihat Ina hanya diam saja dari prosesi pemakaman hingga pemakaman selesai mendekatinya untuk memberinya semangat.
"Ina."
Ina yang dipanggil oleh seseorang melihat sekilas orang tesebut dan kembali menatap makam sahabatnya layaknya patung.
"Ina aku tau kau sangat terpukul kehilangan sahabatmu begitu pula kami yang juga kehilangan Hanita tetapi kau harus ikhlas melepaskannya agar tidak menghambat jalannya!"
Ina yang mendengar suara Shima langsung meneteskan air matanya yang sudah ia tahan dari tadi.
"Hiks, kenapa aku harus kehilangan sahabatku secepat ini? Sahabat macam apa aku yang tidak dapat menjaga sahabatnya sendiri. Masih pantaskah aku dibilang sahabat."
"Aku tau kau sangat sedih tetapi jangan salahkan dirimu karena ini bukan salahmu dan pasti diatas sana Hanita tersenyum karena memiliki sahabat sepertimu!"
"Hiks, aku sangat menyayangi Hanita kenapa dia meninggalkan begitu saja?"
Shima menarik sang gadis dalam pelukannya dan yang dipeluk membalas pelukan tersebut sambil menangis dalam pelukan sang pria.
Randa yang melihat Ina dipeluk oleh Shima tersenyum karena orang yang menyukainya ada yang menenangkan karena saat ini dia harus ada disamping sang adik untuk memberinya semangat.
Tempat pemakaman hanya menyisahkan Randi, Randa, Ina dan Shima para pelayat yang lainnya sudah kembali kerumah masing-masing meninggalkan mereka berempat yang masih dipemakaman.
Mereka menatap makam Hanita menampilkan dua ekspresi yaitu sedih dan datar. Ekspresi sedih ditampilkan oleh Ina, Shima serta Randa sedangkan datar senantiasa menghiasi wajah Randi.
Beberapa saat kemudian Shima menangkap Ina yang pingsan karena syok sekaligus bersedih Ia segera membawanya kerumah sakit agar diperiksa oleh dokter.
Randa yang melihat itu, tampak khawatir tetapi saat ini ia juga harus memberi semangat sang adik yang hanya memasang wajah datar dari tadi.
Walaupun Randi hanya memasang wajah datar tetapi ia juga peka terhadap sekitar dan tau kalau kakaknya khawatir dengan keadaan Ina yang tadi pingsan. Ia membuka suaranya.
"Pergilah kak, aku tau kau khawatir dengan Ina! Aku disini baik-baik saja dan kau tidak perlu khawatir."
"Kau yakin?"
"Ya.
"Baiklah, aku pergi dulu!"
"Hn."
Randa pergi meninggalkan adiknya sendiri dipemakaman Hanita dan mengejar Shima yang membawa Ina kerumah sakit.
Randi yang ditinggal kakaknya berjalan mendekati makam orang yang dicintainya. Setelah sampai ia duduk disamping makam Hanita dan kembali membuka suaranya.
"Hei, Hanita kau tau walaupun aku sudah membunuh orang yang telah membunuhmu tetapi hatiku tetap tidak puas dan masih kehilanganmu. Aku sungguh mencintaimu dan sangat-sangat mencintaimu, kenapa kau pergi begitu cepat disaat aku belum tau kau mencintaiku atau tidak."
Randi sangat kehilangan Hanita karena baru kali ini ia mencintai seorang wanita begitu dalam dan saat dia akan berjuang membuat orang yang dicintainya membalas cintanya tapi takdir memisahkannya dengan maut yang menimpa Hanita.
"Kau tau kehilanganmu adalah suatu kesedihan mendalam bagiku dan aku tidak memiliki semangat hidup kembali karena ini pertama kali mencintai seseorang begitu dalam."
Kehilangan orang yang dicintainya begitu dalam adalah hal menyakitkan bagi Randi.
"Sakit sekali sehilanganmu, Hanita. Hah, tetapi semoga sakit ini akan hilang bila seiring berjalannya waktu walau aku tidak yakin akan hal ini. Selamat tinggal Hanita, semoga kau tenang disurga sana!" ucap Randi sambil berdiri dari duduknya dan meninggalkan lokasi pemakaman.
Randi meninggalkan lokasi pemakaman dan menuju kemobilnya. Setelah sampai dimobilnya ia masuk kedalam mobil tersebut dan melajukannya tanpa tau arah akan kemana. Dia melajukan mobilnya dengan ekspresi datar dan tidak fokus sama sekali hingga dia tidak menyadari jurang didepannya dan terjun begitu saja dan mobilnya langsung meledak. Otomatis Randi yang belum sempat keluar dari mobil terbakar bersama mobil tersebut dan sebelum mobil itu terbakar ia sempat tersenyum karena bisa bersatu dengan Hanita disurga.
End....
Hiks, gak nyangka RH bakal berakhir sad ending dan pemeran utama sama-sama meninggal. Jujur pas nulis art 49 dan 50 aku nangis dan gak rela mereka mati tapi gimana lagi ide keluarnya begitu dan otomatis aku ngikut aja.
Terimakasih untuk kalian yang mau membaca cerita gajeku, maaf harus berakhir sedih. Maaf juga kalau alurnya cepet karena dari awal rencanaku cuma 50 chap dan ini juga cerita pertamaku yang ampe 50 chap biasanya 20 chap aja dah males banget baru ini yang 50 chap.
Pokoknya makasih dan maaf, bye2
Terimakasih
17/02/21
By:Miwa