Tepat di hari pernikahannya, saat itu Diana yang masih berada didalam kamarnya. Dengan menggunakan gaun pengantin berwarna putih, terlihat sangat cantik, anggun, dan menawan.
Diana mendapat telepon dari asisten direktur, yang memberitahunya bahwa ia terpilih untuk menggantikan salah seorang pemeran yang sedang terlibat kasus hukum. Dan memberitahunya kapan jadwal syutingnya dimulai..
Saat itu Hendrik paman Diana mendengar percakapannya di telepon, dan setelah Diana mengakhiri telepon tersebut. Hendrik pun menghampiri Diana, "Telepon dari siapa Di?" Tanya Hendrik.
"Dari asisten direktur film 'Cinta sejati' om, katanya Lusa Diana sudah bisa syuting filmnya. Ternyata pernikahan ini membawa keberuntungan." Jawab Diana tersenyum bahagia.
"Syukurlah kalau memang begitu,tapi apakah kamu yakin untuk melanjutkan pernikahan ini?" Tanya Hendrik.
"Maksud om apa?" Diana yang merasa bingung dengan pertanyaan Hendrik pun bertanya balik kepadanya..
"Yah sekarang ini kan karir kamu baru akan dimulai, masa kamu mau merusaknya hanya karna pernikahan kamu ini sih. Kamu pasti tau dong, kalau fans-fans kamu tau nanti . Kalau kamu sudah menikah pasti popularitas kamu tidak akan naik, jadi mendingan kamu pikir-pikir lagi deh. Dari pada kamu nanti menyesal, pikirkan baik-baik. Cita-cita kamu atau pernikahan? Kalau menurut om sih, pernikahan itu bisa dilakukan setelah popularitas kamu naik nanti. Sedangkan kesempatan untuk kamu meraih cita-cita kamu ini, mungkin saja tidak akan datang lagi setelah kamu menikah nanti. Jadi lebih baik kamu pikir baik-baik, dan pilih mana yang terbaik untuk kamu." Ucap om Hendrik dan kemudian meninggalkan Diana didalam kamarnya dengan kebingungan dan kegelisahan yang merasuki pikirannya.
Diana pun mulai bingung, dia memikirkan kata-kata om Hendrik tadi.
"Benar apa yang dibilang om Hendrik tadi, tapi apa yang harus aku lakukan. Ini adalah hari pernikahan kami, dan tidak mungkin kalau aku membatalkannya." Ujar Diana pada dirinya sendiri.
Beberapa menit kemudian, Mama Rika mengetuk pintu kamar Diana.
"Tok...Tok...Tok!!" Terdengar suara ketukan pintu.
"Diana apakah kamu sudah siap sayang, mama masuk yah sayang?" Mama Rika membuka pintu dan masuk kedalam kamar Diana.
"Lho sayang, kenapa dibuka gaun pengantinnya? Make up di wajah kamu juga kenapa dihapus? Sayang kamu jangan main-main dong, ini sudah bukan waktunya untuk main-main lagi. Jangan permalukan papa dan mama, ayo cepat pakai lagi gaun kamu dan mama akan bantu kamu untuk menggunakan make up lagi." Ujar mama Rika.
"Ngga ma, setelah Diana pikir-pikir. Diana ingin pernikahan ini ditunda untuk beberapa bulan, karena Diana belum siap ma." Sahut Diana.
"Ditunda? Belum siap? maksud kamu apa sih sayang, bukannya dari awal kamu sudah sangat yakin dengan rencana pernikahan ini? Lalu kenapa sekarang kamu Berubah pikiran seperti ini? Apa sebenarnya yang telah terjadi sama kamu,Di?" Tanya mama Rika yang tidak tau harus berbuat apa.
Melihat Diana merubah pikirannya, membuat mama Rika kecewa dan takut. Bagaimana kalau suaminya Erik yang tidak lain adalah papanya Diana sampai tau, dia pasti akan sangat marah besar.
"Diana sayang, tolong ceritakan kepada mama. Apa yang sebenarnya membuat kamu merubah pikiran kamu seperti ini?" Tanya mama Rika lagi..
Diana menghela nafas panjang, dan setelah itu akhirnya ia menceritakan semuanya kepada mama Rika.
"Apa maksud kamu Diana?" Tanya papa Erik dengan suara yang sedikit membentak, dan terdengar lantang.
Diana dan mama Rika yang mendengar suara papa Erik dari arah pintu pun menoleh secara bersamaan, mama Rika langsung berusaha untuk mendekati papa Erik dan berusaha untuk menenangkannya.
"Pa, sabar pa. Diana hanya sedang bingung saat ini, kita tidak perlu memarahinya. Hanya perlu menasehatinya untuk membuatnya mengerti, tak perlu menggunakan emosi. Ingatlah kesehatan jantung papa. Dan lagi pula tamu-tamu undangan sudah ada beberapa yang datang, tidak enak kalau sampai mereka dengar..." Suara mama Rika terdengar sangat lembut dan berusaha membujuk suaminya itu supaya tidak memarahi anaknya..
"Biar saja mereka dengar, Papa tidak peduli." Sahut papa Erik dengan emosi.
Papa Erik pun menghampiri Diana yang sebenarnya merasa takut, namun karena tekadnya yang sudah bulat ia pun berusaha untuk tetap tenang menghadapi kemarahan ayahnya..
"Apa yang kamu inginkan sebenarnya? Papa sudah memberikan semua yang kamu mau, bahkan pernikahan ini pun, kamu yang menginginkannya. Sejak awal kami tidak pernah memaksa kamu untuk menikah muda, tapi kamu selalu berusaha meyakinkan kami. Bahwa kamu sudah benar-benar siap. Lalu kenapa sekarang kamu bilang, kalau kamu belum siap dan ingin menundanya? Hanya karena kamu ingin mengejar cita-cita bodoh itu. Apakah kamu sedang berusaha untuk mempermalukan kami, sebagai orang tuamu?" Kata-kata papa Erik terdengar sangat mengerikan bagi Diana, bahkan papa Erik berbicara tanpa jeda..
"Maafkan Diana pa, Diana tidak bermaksud untuk mempermalukan papa dan mama. Tapi sungguh Diana tidak bisa melakukan pernikahan ini." Kata Diana dengan gugupnya, air mata di pipinya pun mengalir.
"Kalau kamu tidak ingin mempermalukan kami, cepat pakai gaun pengantinmu lagi." Tegas papa Erik..
"Tidak pa, Diana mohon. Diana tidak bisa melakukan pernikahan ini sekarang pa, Diana ingin mengejar cita-cita Diana dulu." pinta Diana.
Kali ini papa Erik tidak berkata apa-apa, tapi ia mengangkat tangan kanannya. Dan kemudian "PLAAK!" Papa Erik menampar wajah Diana..
"Papa cukup pa, jangan lakukan ini lagi. Walau bagaimanapun, Diana anak kita satu-satunya." Ujar mama Rika yang berlari menghampiri Diana dan memeluk Diana setelah papa Erik menampar wajahnya..
"Iya memang dia anak kita satu-satunya, tapi bagi papa lebih baik tidak memiliki anak. Dari pada harus memiliki anak yang mempermalukan orang tuanya di hari pernikahannya seperti dia, mau ditaruh dimana muka papa ma. Semua undangan sudah kita sebar, dan semua persiapan pernikahan sudah kita uruskan, belum lagi rekan-rekan bisnis papa yang sudah papa undang. Apa yang akan papa katakan kepada mereka? Dan keluarga Candra, bagaimana kita menjelaskan semuanya kepada mereka? Papa malu ma, papa benar-benar malu." Ujar papa Erik dengan penuh kekecewaan..
"Mama tau perasaan dan kegelisahan papa saat ini, begitu juga mama merasakan hal yang sama seperti yang papa rasakan. Tapi apa salahnya kalau kita memberikan kesempatan kepada Diana untuk mewujudkan cita-citanya, dia anak kita satu-satunya pa. Lagi pula Diana hanya ingin menunda pernikahannya, setelah karirnya sudah mulai naik. Dia akan melakukan pernikahan ini, kita hanya perlu untuk meyakinkan Dinda dan Wijaya. Bahwa anak kita Diana, memerlukan waktu sedikit lagi untuk menikah dengan anak mereka. Lagi pula Candra dan Diana saling mencintai, pasti mereka akan berusaha untuk mengerti situasi ini." Rayu mama Rika, berharap papa Erik bisa menerima penjelasannya...