Aku tak tahu harus merasakan sedewasa ini, dengan segenap perasaan gundah, resah, dan juga marah. Untuk kekecewaan kali ini aku tak bisa lagi membendung air mataku yang kian deras meluncur keluar dari mataku.
Aku tak bisa lagi menahan kamu untuk tetap mencintaiku dan selalu ada untukku.
Selama ini, aku tak pernah sadar tentang salah diriku yang terlalu menganggap kamu. Tidak, ini sepenuhnya bukan salahmu, tapi kesalahan terbesarku karena telah mencintaimu.
Aku tak sadar, kata-kataku berulang secara perlahan yang membuat biji mataku hampir kering karena terus-terusan mengeluarkan air mata, sangat perih yang kini ku rasa.
Untuk patah hati ku yang kini berubah jadi resah.