Daniel menguap lebar saat Aksa masuk ke dalam mobilnya.
"Pak, memangnya perlu banget gitu malam malam begini Bapak ke Seoul?" tanya Daniel dengan nada yang sedikit kesal.
"Ya. Aku tidak bisa menunggu lama. Karena aku tidak mau terjadi sesuatu pada mereka berdua."
"Bagaimana dengan Hana. Apa dia juga mengizinkan Bapak untuk pergi?" tanya Daniel.
Aksa terdiam karena memang Hana sebenarnya tidak mengizinkannya pergi. Malah dia sempat bertengkar dengannya.
"Bapak diam berarti memang Hana tidak mengizinkan Bapak pergi ke Seoul, iya 'kan?" tanya Daniel.
"Sudahlah kau jangan banyak tanya Daniel. Antarkan aku saja ke bandara!" ucap Aksa tidak mau berbicara banyak pada Daniel.
Daniel hanya bisa cemberut sambil mengemudikan mobilnya. Dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Aksa saat ini. Apakah karena kepalanya yang terbentur itu membuat hati dia menjadi sekeras batu.