Daniel diam-diam memperhatikan bos-nya yang sedang terlihat fokus di meja kerjanya. Niatnya, Daniel ingin sedikit curhat padanya tentang rencananya yang akan menemui orang tua Intan.
Daniel sudah tahu latar belakang Intan, saat Aksa pernah memerintahkannya untuk mencari tahu informasi mengenai Intan. Dan rupanya Intan itu memang putri dari pengusaha sukses bernama Kevin Liu. Tentu saja bagi Daniel yang bukan siapa-siapa, mendekati keluarga Intan akan disalahartikan. Dia takut dicap mendekati Intan karena materi dan uang.
Daniel berusaha untuk membangun rasa percaya dirinya untuk mendekati orangtua Intan. Tapi tetap saja Daniel merasa jadi orang yang kecil di depan orang tuanya nanti.
Aksa sebenarnya dari tadi juga memperhatikan keresahan Daniel. Hanya saja dia menunggu Daniel untuk berbicara duluan padanya.
Beberapa kali dia melihat Daniel seperti sedang ragu untuk menelepon seseorang. Aksa melihat ekspresi wajah Daniel yang terlihat resah.
'Ah dasar Kudaniel, kenapa kau malah membuatku jadi khawatir. Apa harus aku turun tangan membantunya,' gumam Aksa dalam hati.
"Niel!" panggil Aksa kemudian.
"Iya Pak. Teleponlah, jangan ragu!"
Daniel tersenyum karena Aksa sepertinya tahu apa yang dia pikirkan dan dia butuhkan sekarang ini. Sebuah dukungan.
Kemudia, Daniel mencoba menelepon sekretaris dari Kevin Liu. Ayah dari Intan Dewi. Dia berencana untuk menemui Kevin Liu sore ini di kantornya.
"Ini dengan Daniel Chan yang kemarin menelepon." Suara Daniel terdengar lugas dan penuh percaya diri.
"Oh iya Bapak Daniel, ada yang bisa saya bantu?" jawab Sekretaris Kevin Liu.
"Bisakah saya bertemu dengan Bapak Kevin Liu, saya dari Hotel Mahesa?" tanya Daniel.
"Sebentar saya akan tanyakan dulu. Mohon tunggu ya Pak!"
Daniel kemudian menunggu dengan sabar sekretaris dari Kevin Liu itu. Beberapa menit kemudian terdengar suara sekretaris itu lagi.
"Bapak Daniel, beliau bisa ditemui Anda sore ini!"
"Bagaimana, apa bisa saya bertemu dengannya?" tanya Daniel cemas dengan jawabannya.
"Bisa Pak, Pak Kevin meminta Anda untuk langsung saja datang ke kantor jam lima sore ini sebelum beliau pulang ke rumah!"
"Oke terima kasih Mbak, saya akan datang tepat waktu," ucap Daniel dan setelah itu dia memutus sambungan teleponnya.
"Kenapa kamu, apa ada masalah?" tanya Aksa yang sudah berdiri di depan meja kerjanya.
"Ah enggak kok Pak, saya lagi buat janji ketemuan sama Pak Kevin Liu," jawab Daniel.
"Benarkah, bagus, bagus!" ucap Aksa bangga.
"Semoga berhasil," sambung Aksa sambil menepuk pundak Daniel.
"Terimakasih Pak, mudah-mudahan lamaran saya diterima ya Pak," kata Daniel.
"Aamiin. Semangaaat ya demi halalin Intan. Eh salah, kau kan sudah curi start buka kadonya," ralat Aksa kemudian meninggalkan Daniel yang terkekeh mendengar ucapan Aksa.
"Semoga saja Papanya Intan itu tidak galak dan tidak seperti orang kaya lain. Kalau tipe orang kaya Aksa kan jarang-jarang," gumam Daniel dalam hati.
*** *** ***
Sore harinya Daniel bersiap-siap untuk pergi kantor perusahaan Kevin Liu. Aksa yang sudah tahu tentang rencana Daniel. Memberinya semangat dan doa agar Daniel lancar menemui sang calon mertua.
Semakin dekat dengan gedung kantor Kevin Liu, hati Daniel semakin deg-degan tidak karuan. Padahal dia berusaha untuk tidak nerveous. Apakah hal semacam ini juga dirasakan oleh setiap lelaki yang ingin meminang wanita pujaannya. Daniel takut dan khawtir, kalau dia akan ditolak mentah-mentah oleh papanya Intan. Dan kalau itu terjadi, bagaimana dia bisa mempertanggungjawabkan kehamilan Intan.
Mobilnya sudah berhenti di tempat parkiran gedung perusahaan Pak Kevin Liu. Perasaan dan hati Daniel sudah tak keruan. Bayang-bayang wajah Kevin Liu yang marah-marah karena putrinya dihamili laki-laki macam Daniel sudah membuat Daniel bergidik ketakutan.
Memasuki loby gedung itu, seluruh tubuh Daniel sudah berubah menjadi dingin. Dia merasa kalau tubuhnya sekarang sedang di benua Antartika, begitu dingin dan membuatnya menggigil kedinginan. Rasa takut dan ngeri sudah ada di pelupuk mata Daniel. Namun wajah Intan yang membuat dirinya mencoba memantapkan lagi langkah kakinya menuju pintu lift. Menekan tombol nomor 15 untuk sampai di lantai kantor dari Pak Kevin Liu. Seorang pengusaha yang bergerak di bidang importir barang-barang mewah, salah satunya adalah mobil mewah produksi luar negeri.
Ting.
Pintu lift terbuka dan Daniel pun tiba di lantai 15. Daniel kemudian disambut oleh seorang wanita cantik, mungkin dia adalah sekretaris Pak Kevin Liu.
"Selamat sore saya Daniel Chan yang tadi menelepon," ucap Daniel begitu dia sampai di meja sekretaris Kevin Liu.
"Bapak Daniel, Anda sudah ditunggu Pak Kevin Liu di ruangannya," sambut sekretaris cantik itu. Dan mengarahkan Daniel untuk segera masuk ke dalam ruangan Kevin Liu.
Daniel kemudian masuk ke dalam ruangan kerja Kevin Liu. Di dalam ruangan sana, Daniel melihat seorang laki-laki separuh baya sedang terlihat fokus dengan beberapa dokumen di meja kerjanya.
"Pak Presdir, yang mau bertemu dengan Bapak sudah datang," kata sekretaris itu pada Kevin Liu.
Daniel kemudian memberi hormat dan sapa pada Kevin Liu. Untuk itu, segera Kevin Liu menghentikan pekerjaannya dan mempersilakan Daniel untuk duduk dulu di sofa. Hingga pada akhirnya Daniel enggan duduk sebelum Kevin Liu menghampirinya. Jadi karena itu Daniel hanya berdiri mematung sampai akhirnya Kevin Liu menyelesaikannya buru-buru. Kemudian menghampiri Daniel dan membuat dia menjadi gugup.
"Duduklah!" kata Kevin Liu mempersilakan Daniel duduk di sofa yang biasa dia menyambut para tamu dan kliennya di kantor.
"Terimakasih Pak," sahut Daniel kemudian duduk di sofa di ruangan itu.
"Ada perlu apa ini, sekretaris Presdir dari Hotel Mahesa datang menemuiku?" tanya Kevin Liu.
"Bukan masalah bisnis sebenarnya Pak, ini adalah masalah pribadi." Daniel sedikit gugup saat mengatakan itu.
"Masalah pribadi, apa itu?" tanya Kevin Liu cukup kaget dengan ucapan Daniel.
Daniel mengusap keringat dingin di dahinya menggunakan sapu tangan yang dia bawa.
"Maaf sebelumnya kalau kedatanganku hari ini cukup membuat Bapak kaget, karena ini tiba-tiba sekali," kata Daniel mulai berbasa basi sebelum dia mengungkapkan tujuan kedatangannya untuk menemui Kevin Liu.
"Iya, katakan saja!" sahut Kevin Liu.
"Aku datang ke sini secara resmi ingin meminang putri Bapak yang bernama Intan," kata Daniel penuh dengan kepercayadirian, namun memang sedikit bergetar.
"Apa? Meminang?" tanya Kevin Liu benar-benar terkejut.
Daniel mengusap keringat dinginnya lagi yang keluar dari wajahnya. Hal ini membuat dirinya sangat tidak nyaman. Dia takut kalau dia akan dimarahi.
Wajah Kevin Liu terlihat terkejut mendengar pernyataan Daniel. Siapa orang yang sudah berani melamar putrinya langsung padanya. Dan seketika itu juga Kevin Liu langsung menatap Daniel dari bawah sampai atas.
Daniel hampir pingsan dibuatnya. Baru pertama kali ini dia melamar seorang gadis langsung pada orangtuanya. Dan itu pun tidak diketahui gadis yang akan dia lamar.
*Bersambung
Para pembaca yang baik. Mulai chapter selanjutnya akan Author kunci ya. Bagi yang tetap mau baca gratis bisa dengan cara memberi Vote Power Stone dan akan mendapatkan vocher baca.
Mulai bulan depan The Remarriage juga akan membuka Privilege atau Hak Istimewa. Pembaca bisa membaca bab-bab Istimewa jika membeli Hak Istimewa. Tenang saja tier pertama hanya butuh 1 koin saja. Kalau penasaran ingin membaca bab-bab yang lebih banyak tinggal cek daftar paket tier-nya nanti.
Terimakasih. ^.^