Aksa membiarkan Hana terlelap di dekapannya dengan posisi masih belum memakai apa-apa. Walau sebenarnya dia lelah, tapi dia tidak ingin terlelap juga. Dia takut kalau ini adalah sebuah mimpi. Aksa masih tidak percaya kalau Hana sekarang berada dalam pelukannya.
Hana nampak mengosok-gosok hidungnya langsung ke dada Aksa yang rata. Aksa tersenyum melihat Hana melakukan hal itu lagi. Itulah kebiasaan Hana kalau tidur bersamanya.
Aksa kemudian mengusap pipi Hana dengan sayang. Berharap kalau yang sedang dalam pelukannya sekarang adalah benar Hana.
Cup
Aksa kembali mengecup bibir Hana. Hatinya merasa bahagia melebihi apa pun. Bersama dan menyatu seperti ini dengan Hana lagi adalah sesuatu hal yang sering dia impikan dan khayalkan selama ini.
"Aku tidak mau kehilangan kamu lagi," bisik Aksa lembut di telinga Hana.
Karena merasa geli sesuatu menggelitik telinganya. Tubuh Hana menggeliat lucu di dekapan Aksa dan mengerjapkan kedua matanya.
Hana melihat Aksa sedang menatapnya tanpa berkedip.
"Kamu tidak tidur?" tanya Hana dengan suara lirih. Suaranya habis karena terlalu diekspos Aksa sejam yang lalu.
"Aku takut kalau aku bangun nanti, kamu malah hilang," kata Aksa menggenggam tangan Hana.
Hana hanya tersenyum menanggapinya. Kemudian dia mendekatkan tubuhnya dan memeluk tubuh Aksa.
"Badanku cape dan remuk." Hana membalikkan badannya membelakangi Aksa. Aksa kemudian memeluk tubuh Hana dari belakang dengan mesra.
"Sayang, nanti kapan-kapan aku mau ajak Shanum main," bisik Aksa.
"Darimana kakak tahu si Shanum?" tanya Hana heran.
"Aku sering ke rumah Bang Gor, ketemu Mbak Merry sama Shanum di sana."
"Bener?" tanya Hana antusias lalu membalikkan lagi badannya ke hadapan Aksa.
"Iya, lucu banget deh dia, kelakuannya mirip kamu," cerita Aksa.
"Iya, aku sering video call sama dia."
"Tau enggak dia ngomong apa sama aku."
"Ngomong apa dia Kak?"
"Om Aksa pasti kesepian tidur nya enggak sama tante Hana."
"Pffffhhh ... masa dia ngomong begitu?" tanya Hana tidak percaya.
"Sumpah aku enggak bohong."
"Terus kamu jawab apa?"
"Bukan jawab sih, cuma nanya, Shanum ngomong kayak gitu dari mana, siapa yang ngajarin?" ucap Aksa.
"Terus dia jawab apa?" tanya Hana lebih lanjut.
"Dia jawab denger dari Papanya, katanya dia denger Papanya teleponan sama mamanya bilang begitu."
"Aduuh Shanum memang orangnya pinter kalau meniru."
"Yang, ayo kita bikin keponakan buat Bang Agung!" ajak Aksa mulai on lagi.
"Enggak mau, aku masih punya kontrak film Kak."
"Apaaaaa ....," teriak Aksa kecewa.
"Aku takut kayak Baby A kita dulu," jawab Hana sedih.
Aksa kemudian memeluk Hana sambil meminta maaf atas kejadian dulu itu yang menyebabkan mereka kehilangan Baby R.
"Ya sudah kita tidur lagi, besok aku mau ajak kamu ketemu dengan Gea."
"Apa, Gea, memangnya ...."
"Dia ada di Berlin Sayang."
"O-ya, aku belum tanya, kamu ke Berlin mau bertemu dengan mamamu ya?"
"Iya."
"Kamu sudah memaafkannya Kak?" tanya Hana.
"Iya sudah, aku sudah memaafkannya."
"Syukurlah, aku senang mendengarnya." Hana tersenyum lega.
"Kamu rupanya selama ini berhubungan dengan Mamaku. Dan Mama tidak memberitahuku kalau kau pergi ke LA."
"Mungkin baru sekarang waktunya yang tepat untuk Kakak tahu. Aku yang melarang Mamamu untuk memberitahumu."
"Iya, yang penting sekarang kamu enggak akan ninggalin aku lagi kan Yang?" tanya Aksa.
"Tergantung."
"Kok tergantung sih?" tanya Aksa.
"Kalau kamu masih ada hubungan dengan Arabella, aku tidak mau menjadi istrimu lagi."
"Aku sama dia cuma tunangan , dan sebentar lagi aku akan memutuskan pertunanganku dengannya."
"Benarkah? Kok aku enggak yakin kamu bisa." Hana kemudian kembali membalikkan badannya dan membelakangi Aksa.
"Aku janji padamu Sayang." Kata Aksa sambil mengecup puncak kepala Hana. Dan perlahan menggerayangi tubuh Hana lagi. Meminta jatah yang kesekian kalinya malam ini.
"Kak, kita tidur aja ya, nanti kita teruskan lagi besok pagi. Aku lelah." Hana menolak Aksa.
"Iya sayang, maaf, tidurlah!" kata Aksa sambil memeluk Hana dari belakang.
*** ***
Intan menatap wajah Daniel yang terlihat kelelahan di samping tubuhnya. Rasa malu dan sesal terpancar dari wajahnya. Betapa murahnya dia sampai berakhir di ranjang dengan seorang laki-laki yang belum begitu dia kenal. Semua itu gara-gara pengaruh obat itu. Dia tidak bisa berpikir jernih saat dia menyerahkan selaput daranya untuk Daniel.
"Dia begitu tampan, tapi tetap saja kau seorang laki-laki asing," batin Intan.
"Aku sudah gila karena wajah mu itu sampai aku menyerahkan darah kesucianku padamu."
Intan kemudian melepaskan tangan Daniel yang masih menempel di dadanya secara perlahan. Lalu dia bangun dan memungut kembali pakaiannya yang tercecer di lantai. Memakainya kembali sambil melihat Daniel yang polos tanpa benang di ranjangnya.
"Kau orang pertama kalinya yang mengambil, tapi sayang ini adalah one night stand. Cinta satu malam yang indah!" seru Intan kemudian mengecup pelan kening Daniel sebagai salam perpisahan. Tatapan Intan penuh dengan kabut penyesalan mendalam.
Tanpa membuat gaduh, Intan kemudian meninggalkan Daniel dan keluar kamarnya.
Jam 4 pagi ...
Intan membuka pintu kamarnya dan segera masuk. Langsung menuju kamar mandi dan mengguyur seluruh badannya dengan air hangat.
Intan kemudian menangis sambil duduk dengan guyuran air hangat di shower. Dia menangis pilu.
"Maafkan aku Shane, aku sudah menyerahkan kesucianku pada orang asing. Aku harus bagaimana sekarang, harusnya itu milikmu?" isak Intan menyesal.
Intan merasa bersalah pada Shane. Orang yang sangat dia cintai. Tapi Shane sudah tidak ada. Intan menyesal karena bukan Shane yang pertama kali menyentuhnya. Dia menyesal kenapa semasa hidup Shane, mereka tidak melakukannya. Padahal mereka saling mencintai.
Tapi sekarang yang terjadi, justru Intan melakukan itu hanya karena sebuah gairah bukan cinta. Itulah yang membuat Intan menyesalinya. Sesuatu yang berharga, begitu mudah dia lepaskan hanya karena perasaan dan gairah sesaat akibat obat sialan dari wanita yang bernama Arabella itu.
Intan jadi teringat Aksa, dirinya saja seorang wanita tidak tahan dengan obat itu. Apalagi seorang laki-laki seperti Aksa. Laki-laki yang pernah bercinta sebelumnya apa dia sanggup menahannya. Apa dia mencari pelampiasan sama seperti dirinya. Intan menjadi teringat Hana. Buru-buru Intan menyelesaikan mandinya. Memakai handuk dan langsung mencari ponselnya untuk menghubungi Hana.
Bersambung ...
===Catatan Author ===
Hayyoo siapa yang membaca sub judulnya sambil nyanyi?????
Hihihi
Sudah saatnya Author menagih vote PS, review bintang lima agar novel ini setidaknya menyala dan bersinar. Wkwkwkwkwk.
Jangan lupa untuk memberikan komentar seru,gokil dan juga krisarnya untuk novel ini.
Gomawo-yo Chinggul! ^.^