Sebelum berangkat ke Berlin. Aksa mencoba memberi tahu Bayu kalau dia akan pergi menemui Mama dan Papa Tanu hari Rabu.
"Syukurlah kalau kau sudah mau menemui mereka. Oh ya Randy dan Gea juga sedang berada di sana. Sekarang Gea sudah sembuh dan dia sedang menjalani terapi terakhirnya di rumah sakit yang sama. Tengok dia juga. Dia sering sekali menanyakanmu dan juga Hana!" kata Bayu.
Gea adalah anak dari Bayu, sementara Randy adalah Sekretaris pribadi Bayu.
"Baiklah, kau sendiri kenapa tidak menemui mereka?" tanya Aksa.
"Aku sibuk, dan sedang banyak masalah di perusahan yang harus aku selesaikan."
"Oke," jawab Aksa hendak menutup teleponnya.
"Aksa ... aku harap kau bisa menerima dan memaafkan mereka!" ucap Bayu pelan.
Aksa hanya diam. Tapi karena dia tidak bisa menjawab dia hanya menekan tombol merah untuk mengakhiri percakapannya dengan Bayu di telepon. Setelah itu dia pun menarik napas dan menghela napas panjang seolah ada beban berat yang coba ia lepaskan. Kemudian termenung memikirkan semua.
"Pak, semua sudah siap, semua koper sudah di mobil, dan kita siap berangkat." Daniel pun memutus lamunan Aksa.
Kemudian Aksa beranjak dari duduknya dan melangkah menuju mobil yang siap mengantarnya ke bandara. Daniel dengan sigap kemudian membukakan pintu untuk Aksa dan mempersilakan Aksa untuk masuk ke dalam mobil. Setelah itu Daniel pun kemudian masuk ke mobil dan duduk di kursi depan sebelah dengan supir. Tak lama kemudian mobil pun mulai melaju meninggalkan rumah Aksa menuju bandara.
Sepanjang perjalanan Aksa nampak larut dalam pikirannya yang dalam. Daniel melihatnya dengan perasaan mengasihani. Mungkin Aksa sedang mempersiapkan mentalnya untuk bertemu lagi dengan ibunya.
Selama ini Aksa mencoba untuk menghindari mereka karena merasa marah dan kecewa luar biasa. Daniel menilai kalau Aksa adalah orang yang dibuat seperti sebuah tetes air di dalam piring. Sebuah tetes air yang apabila piring itu diputar putar, tetes air itu terlihat akan mengikuti kemana arah piring itu diputar. Tapi setelah piring itu berhenti di putar. Tetes air itu akan tetap kembali ke tempat semula.
Itulah Aksa, seorang yang tidak bisa keluar dari piring. Maksudnya dalam arti, Aksa tidak bisa keluar dari permasalahan keluarganya. Aksa ibarat tetesan air itu, piring adalah keluarganya, dan orang yang memutarkan piringnya adalah Nenek Sarah, dan ibunya Rika, secara bergantian selalu memegang penting peranan Aksa di dalam keluarganya. Dan Aksa tidak bisa serta merta bebas pergi kecuali piring itu pecah. Ya, jika keluarganya pecah berantakan, Aksa bisa pergi.
Tapi Aksa tidak mau itu. Dia tidak mau piring itu pecah. Karena kalau sampai pecah, dia tidak bisa mempunyai tempat dia tinggal.Dan saat ini piring yang sedang diputar adalah milik Neneknya.
****
Hampir lima belas jam lebih di perjalanan pesawat. Sampai di kota Berlin Jerman, Aksa dan Daniel menuju hotel terlebih dahulu. Karena mereka sampai malam hari dan tidak langsung menuju Charite University Of Medicine Berlin tempat di mana Papa Tanu di rawat. Dan rumah sementara yang ditempati mamanya di Berlin dengan Randy tidak begitu jauh dari rumah sakit itu. Namun Aksa tidak mau menginap di sana.Dia lebih baik menginap di hotel daripada tinggal di sana.
Dengan langkah yang lunglai karena lelah di perjalanan, Aksa sedikit menyeret langkah kakinya menuju lobby hotel. Sementara Daniel menyeret dua koper di belakangnya. Aksa kemudian menyuruh Daniel untuk segera mengambil kunci kamarnya yang sudah dipesan duluan oleh Daniel.
Sambil menunggu Daniel, Aksa kemudian melihat-lihat sekitar lobby hotel sebagai penghilang rasa bosan menunggu. Banyak tamu-tamu yang datang. Kebanyakan adalah turis luar negeri yang datang berlibur dan menginap di hotel ini. Kedua mata Aksa tiba-tiba stuck pada sebuah objek yang tak dia duga dan tak dia sangka bisa dia lihat di sini.
"Hana." seru Aksa tak percaya dan mengucek-ngucek kedua matanya berulang kali, kalau objek yang dia tangkap oleh kedua matanya adalah Hana Kaniana.
Seorang gadis Asia tampak datang sedang menarik koper dan menuju meja resepsionis dan sedang berjalan menuju ke arahnya.
Aksa buru-buru membalikkan badannya dan menarik tangan Daniel yang baru saja memegang kunci kamarnya. Tiba-tiba diseret dan ditarik Aksa Daniel jadi heran dan kaget campur bertanya-tanya.
"Ada apa Pak?" tanya Daniel kaget.
"Lihat itu!" sahut Aksa sambil celingukan di balik tubuh Daniel yang juga sama-sama tinggi. Aksa sengaja mengerutkan badannya agar tidak terlihat objek yang saat ini sedang melangkah santai menuju meja resepsionis.
Daniel kemudian mencoba melihat apa yang ditunjuk oleh Aksa. Daniel melihat seorang wanita Asia berparas cantik dan terlihat elegan sedang menarik kopernya.
"Kenapa Pak dengan orang itu?"
"GAWAT!"
"Gawat kenapa?" tanya Daniel tidak mengerti.
"Hana bisa marah besar kalau tahu kita ada disini, nanti dia pikir kita ini stalker yang sedang membuntutinya!"
"Hana, mana Pak, aku tidak li ...." Daniel langsung saja melihat Hana yang sedang menuju ke arah mereka sambil menenteng kunci yang baru dia dapatkan.
"Gawat dia kesini!" kata Daniel.
Karena tidak bisa berpikir panjang untuk menghindari Hana. Daniel kemudian memeluk Aksa ke dalam dadanya yang bidang. Lalu dia memakai kaca matanya yang hitam. Dan mulai berakting memeluk Aksa dengan sentuhan nakal di punggung Aksa. Wajah Aksa yang disembunyikan Daniel di dadanya mencoba melepaskan dirinya karena Daniel bertindak seolah dia sedang memeluk kekasihnya. Dan Aksa merasa jijik, ketika Daniel perlahan mengusap-usap punggungnya.
"Diamlah, sebentar lagi dia datang. Kalau Hana memergoki kita di sini, bisa-bisa dia malah pindah hotel. Kamu mau bertemu dengannya atau menghindarinya?" tanya Daniel.
"Untuk saat ini aku ingin menjauh dulu seperti kata Intan, aku tak mau membuat dia semakin membenciku!" bisik Aksa.
"Ya sudahlah. Aku pasrah." kata Aksa kemudian berusaha menyembunyikan wajahnya di dekapan Daniel. Perlahan dia mendengar suara langkah Hana semakin mendekat. Daniel semakin deg-degan karena Aksa bisa mendengar detak jantung Daniel yang kencang.
Sementara Hana datang mendekat melihat kedua laki-laki yang sedang berpelukan di tempat umum dan di depan lift. Hana merasa risih melihatnya.
"Cih, kenapa ada pasangan mesum di sini?" kata Hana menggunakan bahasa Indonesia. Dia pikir kedua orang Asia itu bukan berasal dari Indonesia. Sementara telinga Aksa panas mendengarnya.
"Hana kamarku nomor 1506. Kita bersebra ....." Suara Intan terhenti saat dia melihat pemandangan mesum di hadapannya.
"Ya ampun, kalian ini sungguh tak tahu malu berpelukan di sini. Padahal tinggal berapa lantai lagi kalian sudah sampai di kamar hotel," kata Intan jijik melihat dua laki-laki itu. Dia juga sama sekali tidak ngeh kalau salah satu dari mereka adalah Aksa. Dan Intan juga tidak tahu kalau Daniel adalah sekretarisnya Aksa.
Aksa tak tahan lagi dengan situasi tak menyenangkan ini. Dia berusaha melepaskan diri Daniel. Tapi Daniel berusaha untuk tidak melepaskan pelukannya.
"Easy baby. Ich liebe dich." Daniel malah mengucapkan kata cinta dalam bahasa Jerman, dan malah membuat Intan menjadi mau muntah melihatnya. Hana dan Intan kemudian langsung masuk pintu lift begitu liftnya terbuka. Mereka tidak mau melihat pemandangan yang menjijikkan berikutnya. Mereka berasumsi setelah itu pasti mereka akan berciuman. Di negara ini, mungkin sudah hal yang wajar untuk pasangan sejenis. Hana dan Intan pun buru-buru menekan tombol lift mereka.
Setelah merasa aman, Daniel kemudian melepaskan Aksa yang dari tadi memang sudah berontak ingin melepaskan diri.
"Niel, apa sih yang tadi kamu lakukan.Aku jadi aneh dan jijik tahu!" seru Aksa mengibas-ngibaskan tubuhnya seolah dia membersihkan sesuatu yang kotor dari tubuhnya.
"Darurat Pak, sorry terpaksa. Soalnya kalau mereka tahu kita ada di sini, bisa berabe kan?" tanya Daniel sama juga mengibas-ngibaskan tubuhnya yang sudah berpelukan dan menempel pada Aksa.
"Cih, merinding aku gila. Ich Liebe dich. Dih cih ...." kata Aksa meludah. Daniel pun ketawa ketiwi melihat Aksa yang shock karena peristiwa "adu pedangnya" tadi.
"Wait a minute, tadi apa dia bilang, kamar 1506 ... itu artinya kita satu lantai kamar hotel kita Niel!" pekik Aksa.
"Astaga."Pekik Daniel.
"Alhamdulillah!"
"Lho kok?" tanya Daniel heran.
"Seneng rasanya berdekatan kamar dengan Hana. Meski tidak berdekatan fisik, kamarnya pun boleh!" sambut Aksa nakal.
"Awas jangan sampai kau berbuat tidak-tidak, Manajer dan bodyguardnya Intan lho."
"Hemmm ...."
Aksa kemudian segera menyuruh Daniel untuk membawa koper mereka ke depan pintu lift.
"Besok aku akan tahu di balik Intan menjadi Manajer Hana."
"Pak, apa tidak merasa aneh. Kenapa mereka berdua juga bisa ada di sini?" tanya Daniel.
"Iya juga, apa mereka sedang syuting di sini atau sedang berlibur, aku tahu dari Kyle kalau mereka sedang promo film di berbagai kota dan negara."
"Kok aku jadi curigation sama mereka Ka. Apa mereka ada hubungannya dengan Ibu Rika yang sedang berada di sini."
Aksa mengangkat kedua alisnya pertanda dia juga cukup sangat penasaran campur merasa aneh dengan kehadiran dua orang itu berada di Berlin dan berada di hotel yang sama dengan mereka.
Bersambung ...
===Studio Author===
Gaess jangan pelit untuk review vote PS jika kalian suka dengan karya ini. Terus dukung karya author ini dan karya-karya Author yang lainnya.
Terimakasih ^.^