Daniel terlihat merengut di depan meja kerjanya sambil melihat sebuah kartu undangan pernikahan. Wajahnya terlihat tidak enak dilihat, karena begitu ditekuk dan aura wajahnya sama persis seperti orang yang terlilit hutang miliyaran. Saking sedihnya, dia tidak sadar kalau dari tadi Aksa memperhatikannya begitu dia masuk ke dalam ruangannya.
"Kenapa kamu Niel?" tanya Aksa setelah selama sepuluh menit lebih dia memperhatikan wajah Daniel yang tidak berubah ekspresi mukanya itu.
"Pak," jawab Daniel menyadari kehadiran Aksa di dekatnya. Dia tidak berani memandang wajah Aksa.
"Ada apa dengan surat undangan itu?" tanya Aksa melihat Daniel hanya membolak-balik surat undangan itu dengan wajah yang bermuram durja.
"Bapak tega, kenapa bisa duluan Bapak yang nikah siiiihhh?" teriak Daniel pada akhirnya meluapkan kekecewaan dan kekesalannya.
"Oh jadi itu yang bikin muka kamu dari tadi kayak pakaian lecek?" tanya Aksa menahan tawanya.