Chereads / The Remarriage / Chapter 47 - Anggota Baru

Chapter 47 - Anggota Baru

Agung terbatuk-batuk saat Aksa memberitahu kalau dia akan menikahi Hana secara resmi. Dia langsung menatap wajah Aksa yang terlihat tanpa beban mengucapkan itu semua.

"Beneran loe?" tanya Agung tak percaya.

"Ya beneran dong Bang , masa hoax," jawab Aksa dengan disusul tawa khasnya.

"Masalahnya Hananya bakalan mau lagi enggak sama kamu?" sahut Agung tidak yakin. Kedua bola matanya memandang Daniel dan Aksa bergantian. Lalu Agung menyeruput lagi kopinya.

"Ya mau lah, orang dianya nantangin aku kok?" kata Aksa membuat Agung kembali lagi terbatuk dan menyemburkan kopi panasnya ke arah wajah Aksa.

"Bang Goooor, apa-apaan sih, emangnya muka ku toilet apa?" teriak Aksa yang protes dengan Agung yang lebay sekali kagetnya. Sementara Daniel dia menutup mulutnya agar Aksa tidak melihat kalau dia menertawakannya.

"Ma-maaf Tung, habisnya omonganmu yang tadi itu, gue enggak percaya sama sekali," desis Agung sambil mengambil tisu dan mengelap wajah Aksa.

"Beneran kok Bang, bukannya Abang dulu pernah dukung aku untuk kembali lagi sama Hana," tagih Aksa.

"Iya juga sih Tung. Cuma kan kalau Abang sih terserah si Hana nya aja, apa dia masih mau sama eloe atau enggak," kata Bang Agung tidak tahu.

"Kalau enggak mau lagi sama aku, enggak mungkin kita wikwik di Berlin Bang," jawab Aksa polos membuat Daniel yang mendengarnya saja sampai melotot karena Aksa terlalu vulgar di depan abangnya Hana. Daniel menghela napas panjang merasa riskan dengan efek samping dari sebuah pengakuan Aksa.

"A-apa!" kata Bang Agung berdiri dari tempat duduknya. Daniel sudah waspada siap pasang badan jika Bang Gor mau memukuli bosnya. Biarlah badannya yang terkena pukulan.

Bang Agung menarik tubuh Aksa yang duduk agar berdiri, namun dari caranya dia menarik tubuh Aksa. Siapa pun yang melihat pasti akan mengira kalau Bang Agung akan memberikan pelajaran pada Aksa berupa bogem mentah dan tamparan.

Namun Aksa hanya pasrah saja tanpa melawan ketika tangan kekar Bang Agung menjamah tubuhnya dan menarik tubunya sampai dia berdiri.

"Jadi kamu udah ena ena lagi sama adik gua?"tanya Agung sambil mendekatkan wajah sangarnya ke depan wajah tampan Aksa. Saking dekat wajahnya Bang Agung dengan wajah Aksa. Orang lain pasti menyangka kalau Bang Gor mau mencium Aksa.

"I-iya Bang, ta-tapi kan, dia masih istri sah aku kan Bang, aku kan belum menceraikannya," jawab Aksa sambil melemparkan senyuman ala joker.

"Ciyeeeee .... akhirnya loe ....hahhaaa," Agung mengguncang-guncangkan tubuh Aksa seperti boneka. Wajah Agung nampak terlihat lucu karena menggoda habis-habisan Aksa.

"Eh ... i-itu ... iya-ya-ya ... akhirnya Bang." Aksa hanya cengengesan karena rupanya Agung hanya menggodanya sebagai antar lelaki.

Daniel yang menyaksikan itu semua hanya melongo dengan tingkah dua anak ajaib itu. Dia sempat membayangkan akan ada kejadian baku hantam di sini.

"Kapan loe mau menikahi Hana secara resmi?" tanya Agung.

"Makanya aku mau ngobrolin ini sama Abang, sebaiknya kapan aku dan Hana menikah?" tanya Aksa.

"Kalau itu sih harus diobrolin dulu sama Hana, kita bicarakan ini bersama-sama," jawab Agung.

"Baik Bang, pengennya mah cepet Bang, biar Hana sama aku kembali bersama," kata Aksa dengan wajah yang merah seperti kepiting rebus.

"Hana kayaknya masih sibuk deh. Apa loe udah sempet obrolin masalah ini?" tanya Agung pada Aksa sambil menurunkan lagi tubuh Aksa ke kursi. Daniel terlihat menarik napas lega.

"Udah Bang, tapi ya gitu ... dia masih sibuk dengan urusan karirnya." Aksa terlihat sedih.

"Loe tetep mendukung Hana kan, apa pun yang dia lakukan, loe harus dukung!" kata Agung.

"Tentu saja Bang, cuma ya gitu ... enggak rela aja gitu, nanti dia banyak penggemar laki-laki gimana?" tanya Aksa khawatir.

"Asal kalian saling percaya saja, pasti enggak bakalan ada masalah," kata Agung memberikan nasihat.

"Bang Gor ..." Tiba-tiba Daniel menyela obrolan mereka. Mukanya merah dan tangannya memegang pinggangnya sementara kakinya saling melilit dan dia sedikit meringis.

"Eh kenapa loe Bun?"tanya Agung tanya.

"Eh ...anu ... aku kebelet pipis!" Daniel yang sudah tak kuat menahan beban kandung kemihnya itu.

"Ya udah sana, kamar mandinya di belakang, lurus aja loe sana ...." kata Agung belum selesai bicara, Daniel sudah keburu melesat pergi ke dalam. Sampai dia tidak sempat bertanya kenapa Agung memanggilnya dengan Bun. Apakah dia salah bicara.

"Bang ... namanya bukan Bun," kata Aksa mengingatkan, karena tadi Agung sempat memanggil dia Bun.

"Iya gue tahu, namanya Daniel San kan?" tanya Agung.

"Addeeuuh Bang ini suka sekali mengganti nama orang, udah suka salah nyebut namaku Aksa Barbisa mulu, sekarang giliran Daniel. Da-niel -Chan!" kata Aksa sengaja mengeja nama Daniel dengan jelas supaya Agung tidak salah lagi menyebut nama.

"Iya-ya, pokoknya itu lah!" kata Agung cuek.

Mereka kembali mengobrol masalah rencana pernikahannya dengan Hana. Dan akhirnya setelah beberapa lama Daniel kembali dengan wajah pucat dan mulutnya ditutup.

"Kenapa kamu Niel?" tanya Aksa yang heran.

"Aku mual lagi Pak, tadi di dapur aku nyium susu anak kecil tadi," jawab Daniel dengan ekspresi wajah yang masih mual.

"Astaga ... loe masih aja ngidamnya sampe parah begini?"ujar Aksa membuat Agung pun menjadi heran.

"Kamu ngidam. Kok bisa?" tanya Agung memandang takjub manusia tampan sekretaris adik iparnya itu.

"Iya Bang," jawab Daniel dengan muka yang sayu karena menahan mual.

"Istri loe hamil berapa bulan?" tanya Agung kepo. Dia takjub karena hal itu pernah juga Aksa alami. Sindrom ngidam simpatik.

"Eng ... itu ... entahlah ... enam minggu lebih mungkin" jawab Daniel sambil melipat-lipat jarinya seolah menghitung.

"Oh begitu ... selamat ya Bun!" kata Agung.

Daniel mengernyitkan dahinya pertanda dia merasa ada yang aneh dengan Bang Agung.

"Maksud Abang Bun apa? panggilan Bunda, mungkin seharusnya Yah, Ayah, calon ayah," timpal Daniel meralat omongan Agung.

"Lho kata siapa aku mau manggil Bun itu Bunda, emangnya kamu mau dikirain lekong?" tanya Agung.

"Nah terus tadi, abang manggil-manggil Bun ke aku itu apa?" tanya Daniel heran.

"Bukan Bunda, tapi Bun untuk Babun," jawab Agung kemudian melihat wajah Daniel yang sedang menutup mulutnya itu karena mual.

Sementara Aksa hanya tertawa terpingkal disusul oleh suara tawa Bang Agung.

"Dengan ini berarti bertambahlah keluarga primata kita, dengan anggota baru Babun," gumam Aksa dalam hati. Dia melirik Agung yang sedang menertawakan Daniel. Entah kenapa Aksa merasa kalau Agung sangat ramah dan perhatian pada Daniel. Baru pertama dia udah dapat panggilan sayang pula dari Bang Gor. Baboon.

Bersambung ...

= = = Studio Imajinasi Author ===

Author : Maaf ya updatenya cuma satu bab dan dikit, karena authornya sibuk halu oppa Korea. ^.^ lain.

Bang Gor : Serbu aja author nya, marahin abis, kalau perlu terrooor sampe authornya tidak bisa tiduur!

Author : Bang Gor belum pernah ngerasain keliipan sendal ya?"

Bang Gor : Kabuuuuuuuuuuurrrr ...Jangan lupa vote dan komen gaeess!

Jangan lupa untuk ikut membaca karya "RahasiaPutri Vanetta"