Chereads / The Remarriage / Chapter 32 - Jebakan

Chapter 32 - Jebakan

Di sebuah bar klub malam yang penuh ramai sesak dengan para kaum muda mudi yang mencari hiburan tengah malam. Daniel nampak berbincang serius dengan laki-laki seusianya. Wajah teman bicaranya itu lumayan tampan. Pria keturunan Indo Jerman, tubuhnya tegap kekar dan atletis.

Daniel membisikkan sesuatu pada laki-laki itu. Dan laki-laki itu manggut-manggut pertanda paham dengan maksud dan ucapan dari bisikan Daniel. Lalu Daniel memberikan sebuah amplop berisi setumpuk uang.

"Oke, deal!" kata Daniel sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Sure, deal," jawab laki-laki itu membalas jabatan tangan Daniel. Kalau barusan dia telah menyetujui apa yang Daniel dan dia bicarakan.

Daniel kemudian meminum Tequila-nya sambil mengedarkan segala pandangannya ke berbagai penjuru. Sementara pria di sebelahnya sekaligus teman bicaranya sedang asyik menghitung jumlah uang di dalam amplop yang diberikan Daniel.

Daniel melirik jam yang melingkar di tangannya, sudah jam sebelas malam. Seharusnya dia sudah datang. Dan Daniel kemudian tersenyum puas saat orang yang dimaksud sudah datang. Kemudian Daniel menepuk temannya.

"Dia sudah datang, pokoknya kamu harus berhasil Martin!" ungkap Daniel kemudian dengan mengendap-endap pergi ke sebuah meja yang agak jauh dari meja bar agar bisa dengan leluasa memperhatikan kedua orang itu.

Orang yang ditunggu kemunculannya di bar oleh Daniel adalah Arabella. Menurut info yang dia dapat, kalau Arabella setiap malam Rabu akan pergi hang out ke klub malam ini. Biasanya dia sering bersama teman-teman komunitasnya. Tapi karena sudah diatur oleh seseorang makanya Arabella nampak pergi sendiri. Arabella kemudian berjalan menuju meja bar. Persis duduk di samping orang yang dipanggil Martin tadi oleh Daniel.

"Mas, minta Martini dengan es ya!" kata Arabella memesan minuman pada bartender bar itu.

Martin nampak tersenyum melihat Arabella yang sepertinya celingukan mencari-cari temannya yang juga belum datang. Arabella kemudian mengambil ponselnya dan mulai mengetikkan pesan untuk grup chat komunitas dugemnya itu.

Bartender kemudian meletakkan minuman pesanan Arabella di depannya. Sambil melirik kode dengan Martin yang dari tadi sudah siap.

"Mas, aku yang akan membayar minuman gadis cantik itu!" ucap Martin sambil mengasongkan gelasnya pada Arabella.

"Terimakasih, tapi kau tak perlu membayarnya," cibir Arabella sombong. Masih cuek Arabella kemudian masih fokus menatap layar ponselnya. Dia menggerutu kesal karena tidak ada satu pun temannya yang membalas, padahal jelas-jelas mereka membaca pesan yang dikirim Arabella ke grup. Kemudian Arabella menyambar minumannya sambil melirik pria yang tadi mau membayar minumannya. Dia juga terlihat kesal sama seperti dirinya.

"Dasar cewek brengsek, kenapa kau tega melakukan itu," gumam Martin tak jelas ucapannya di dengar Arabella. Yang jelas Arabella memperhatikan Martin yang sama juga sibuk dengan ponselnya.

"Seharusnya aku tidak membelikannya apartemen, sekarang dia malah asyik mengajak pria lain ke apartemen yang aku beli untuknya,"curhat colongan Martin pada Arabella.

Awalnya Arabella tidak mau menanggapi omongan satu arah dari Martin yang menceritakan keburukan kekasihnya itu. Dia hanya meliriknya dengan sinis. Tapi entah kenapa, dia menjadi pendengar setiap cerita yang dilontarkan Martin meski dia tidak merespon sepatah kata pun. Hanya saja Arabella sepertinya merasakan apa yang dialami Martin.

"Aku muak dengan perempuan yang hanya memanfaatkan materi dan tubuhku untuk kepuasannya saja saat dia butuh. Tapi setelah apa yang kuberikan padanya tidak bisa membeli kesetiaannya padaku."

"Orang seperti itu seharusnya memang diberi pelajaran. Tidak pantas untuk kita cintai dan tidak pantas untuk dipertahankan," kata Arabella dengan nada sarkas.

"Apa kau tahu rasanya dimanfaatkan oleh seseorang?" tanya Martin.

"Aku tahu, dan itu menyebalkan. Aku ingin balas dendam sama orang yang hanya manfaatin aku doang," jawab Arabella.

"Berarti kita punya nasib yang sama ya, boleh ku tahu siapa namamu?" tanya Martin.

"Apa pentingnya namaku," ujar Arabella masih jual mahal.

"Aku Martin, kalau kau tidak mau memberi tahu namamu, bagaimana kalau aku panggil Sweety saja, kau cantik dan manis," kata Martin sambil mendekatkan tubuhnya pada Arabella.

Arabella mengusap rambutnya ke belakang telinganya untuk memperlihatkan garis leher Arabella yang seksi dan mulus. Dia merasa kalau Martin tertarik denganya. Maka Arabella tak perlu bosan malam ini karena teman-temannya yang tidak datang. Padahal suasana hatinya saat ini butuh hiburan karena kejadian tadi siang di Hotel. Arabella butuh hiburan yang bisa mengobati rasa jengkelnya pada Aksa yang sudah bertindak semena-mena padanya.

Martin makin menjadi menggoda Arabella yang sudah mau masuk jebakannya. Martin kemudian menyentuh rambut Arabella dengan jarinya. Tapi jarinya bersambung pada leher Arabella dan belahan dada Arabella yang malam itu sangat terekspos nakal membuat mata Martin tak berkedip memandang gundukan di belahan dada gaun yang dipakai Arabella.

Martin kemudian membisikkan sesuatu ke telinga Arabella. Dasar Arabella wanita yang memang bisa ditebak seperti apa. Martin sangat piawai menggoda Arabella. Sebentar saja kedua bibir mereka saling berpautan mesra. Membuat Daniel dari kejauhan tersenyum puas. Perlahan Daniel pun berjalan keluar klub melalui jalur pintu belakang agar tidak berpas-pasan dan mencegah Arabella melihatnya.

Sambil meraih ponsel di saku celananya. Dengan santai Daniel kemudian menghubungi Aksa yang sudah siap di suatu tempat.

"Dia sudah memakan umpannya Pak, tinggal siap eksekusi," ucap Daniel kemudian masuk ke dalam mobilnya.

"Baik Pak."

Daniel tidak langsung menyalakan mesin mobilmya. Dia masih menunggu beberapa saat lagi. Dan tak lama dari pintu keluar klub itu, keluarlah dua orang tadi. Martin menarik mesra tangan Arabella untuk masuk ke dalam mobilnya. Lalu mereka berdua melajukan mobilnya dan diikuti oleh mobil Daniel di belakangnya.

"Habis kau malam ini Miss Bikes," seringai Daniel.

****

Keesokan harinya seperti biasa Aksa dijemput oleh Daniel di rumahnya. Pagi itu aura Aksa terlihat beda dari biasanya. Senyuman tiga jari menghiasi wajah Aksa dari dalam rumah sampai teras rumah.

"Aura wajah Bapak hari ini terlihat cerah dan lebih glowing," ungkap Daniel memuji.

"Woyadong ...hari ini adalah hari yang paling kutunggu-tunggu, sehingga wajahku berseri-seri menambah level ketampananku," kata Aksa langsung disambut ekspresi mual Daniel mendengar kenarsisan Aksa.

"Awas Pak, nanti gigi Bapak kering tuh dari tadi terbuka terus,"goda Daniel.

"Asli meski gigi sampai kering jangan sampai tandus aja ... setandus hati seseorang yang sedang menunggu kabar pujaan hati.. eeaa ... Hahahaa."

Mendengar Aksa menyinggung dirinya, Daniel hanya bisa manyun tanpa membalas ejekan bosnya.

"Kau sudah siapkan videonya kan Niel?" tanya Aksa.

"Tentu saja Pak, dah siap tayang."

"Siip," ucap Aksa sambil terkekeh jahat.

Aksa kemudian masuk ke dalam pintu mobil dan Daniel pun masuk juga.

Keduanya nampak sekali terlihat puas dan senang karena rencana mereka berhasil.

Bersambung ..