Bang Agung memarkirkan mobilnya cepat-cepat di lahan parkir tempat tugasnya. Dia buru-buru berjalan masuk ke dalam gedung kantornya itu. Dengan langkah tergesa-gesa dia menuju lantai tempat divisi dia bertugas.
Di jalan menuju ke sana, banyak rekan-rekan kerjanya yang menyapanya. Bang Agung hanya membalasnya dengan senyuman singkat. Dan sedikit terlihat raut sedih dan kecewa dari teman-teman Bang Agung. Mungkin Agung yang biasa mereka temui adalah orang yang ramah dan kocak.
Kali ini Agung terlihat serius dan wajahnya penuh dengan kegelisahan akhir-akhir ini. Dan semuanya juga sudah tahu, kalau adiknya menjadi korban kekerasan dan penyerangan di hari pernikahannya. Dan itu pasti yang membuat Agung drastis menjadi orang yang tidak bisa diajak bercanda.
Langkah Agung terhenti di sebuah pintu ruangan. Dan dia memeriksa ponselnya terlebih dahulu sebelum dia masuk. Karena ponselnya berdering. Dan itu adalah nomor Hana.
"Halo Bang!"