Raka menggebrak meja, menandakan bagaimana puncak emosi pemuda itu yang tidak bisa di redakan namu tersulut begitu saja dengan mudahnya. Bahkan kini Karin juga merasa amat kesal karena sulit sekali meredakan emosi Raka dan mereka dengan mudah menyulut emosinya. Pemuda itu melotot dengan wajahnya yang total memerah, "Bapak bapak, dan ibu ibu sekalian. Sudah cukup saya melihat anda sekalian menghina teman saya hanya karena uang. Di sekolah ini rupanya hanya uang yang di hargai. Dan kekuasaan. Maka dari itu, saya akan melakukan perombakan dan pemecatan besar besaran pada sejumlah guru dan pengurus sekolah ini. Korupsi beratus ratus juga, penyuapan, perundungan, tindakan asusila di sekitar sekolah, diskriminasi, apa lagi hal yang dapat membuat emosi saya semakin naik hanya karena itu?"
"Nak Raka.. Sebaiknya dengarkan dulu..," Bu Rani mencoba untuk mengendalikan situasi, "Tolong beri kami, para guru, untuk kesempatan lagi dalam menjelaskan nak. Bu Rani mohon ya le?"