Aksara menatap hamparan laut di hadapannya. Pikirannya melayang, menelusuri masa lalu. Kenangan kenangan indahnya. Bersama ibuk, bersama Mas Yudhis, Mas Abim, Arjuna, dan bersama abah. Ia memang tumbuh besar di Bandung. Namun Jogja tetaplah istimewa, baik namanya mau pun tata letak di hatinya. Jogja mempunyai tempat tersendiri di hati Aksara. Kota itu menyimpan berjuta kenangan. Indah memang dan sulit di lupakan. Namun kini, kenangan kenangan itu hanya akan membuat sesak di dada. Sakit sekali rasanya. Aksara sebenarnya tidak siap, tidak benar benar siap. Kembali ke Jogja adalah salah satu cara untuk membuka luka lamanya kembali. Luka yang belum kering sepenuhnya. Atau bahkan luka yang masih benar benar basah.