"Ibuk kangen abah?" tanya Aksara. Pemuda itu tengah duduk di rajang kamar ibuk. Duduk di hadapan sang empunya yang tengah memeluk potret abah. Ibuk tersenyum getir lalu mengangguk. Bohong jika ibuk tidak merindukan abah. Bohong jika ibuk baik baik saja. Bayang bayang kepergian abah masih jelas terasa. Bagaimana bisa ibuk lupa? Sosok abah masih membekas di hsti ibuk. Abah adalah sosok yang baik. Namun jika ingatan tentang abah kembali melintas kenapa rasanya sakit sekali? Kenapa rasanya tak rela terus melingkupi dada. Kenapa rasanya... Perih.. Sakit... Dan rindu. Rindu sekali. Sudah berbulan bulan namun rasanya.. Masih sulit untuk sekadar mengikhlaskan sosok abah pergi.