Semuanya serentak berteriak setelah terdiam beberapa saat. Ifa langsung menangis dipelukan Rizky. Emak Bella dan bunda Ulfa saling berpelukan dan menangis bersama. Alana juga ikutan menangis dalam pelukan Zayyan. Hanya Amir, Abdul, Shania dan Roni yang tetap tersenyum puas. Mission accomplished.
⭐⭐⭐⭐
"Kenapa kalian menangis? Ayo sekarang kita nonton liga Italia malam ini. Katanya mau nobar. Pak Amir pegang apa? Saya Juventus. Kalau kamu apa Ron? Zayyan pegang apa?" tanya Abdul sambil menyalakan tv. "Semoga pertandingannya belum terlalu lama berjalan ya."
"Abang dan pak Amir.. hiks.. kok tega banget sih.. hiks... misahin anak-anak. Hiks.. hiks.. apalagi sebentar lagi cucu-cucu kita akan lahir. Hiks.. hiks.. Ifa pasti akan sangat membutuhkan Iky.. Hiks.. hiks.." emak Bella menangis sambil mengomeli suaminya. "Gimana perasaan abang, kalau abang yang.. hiks.. hiks... mengalami hal begini. Huuaaa😭😭"
"Mas Amir, kalau mas Amir setega itu sama anak dan menantuku satu-satunya, itu artinya mas nggak sayang sama aku. Kalau mas sudah nggak sayang sama aku, nanti aku akan ikut Iky kalau dia pindah. Hiks.. hiks.. hiks.."
"Ky, sampai kapanpun gue nggak mau pisah sama elo. Gue harus jawab apa kalau anak-anak nanti menanyakan ayahnya. Nanti siapa yang bakal gue jambak-jambak kalau gue mau lahiran😭😭.. Nggak mungkin gue jambak bang Zayyan.. nanti Alana marah. Gue juga nggak mungkin ngejambak emak, karena itu bisa bikin gue durhaka. Hiks.. hiks.. elo harus tanggung jawab Ky. Ini hasil perbuatan lo😭😭" Ifa menangis histeris dalam pelukan Rizky. "Tadi elo bilang bakal tetap bertahan sama gue. Gimana kalau kejadiannya sudah begini? Kita berdua sudah tanda tangan surat cerai. Itu artinya kita bukan suami istri lagi." 😭😭
"Yang sabar ya sayang. Nanti kita ajukan banding ke pengadilan. Mereka pasti nggak akan langsung menyetujui permintaan ayah buat memisahkan kita." Rizky berusaha menenangkan Ifa yang masih histeris. Hati Alana ikut sedih melihat sahabatnya terpuruk. Namun ia pun tak mungkin membantah mertuanya.
"Stop.. stop.. stop... Apa-apaan sih kalian? Gimana kita bisa nobar kalau kalian nangis melulu." omel Abdul. "Malu tuh sama Shania dan Roni. Lagian urusan kayak gitu aja kalian nangisnya kayak ditinggal mati."
"Abang nih benar-benar ya. Kalau abang tetap kayak gini. Nanti Bella akan ajak Ifa pulang ke rumah baba. Biar abang tidur sendirian. Biar abang masak sendiri!" Kali ini emak Bella marah besar pada suaminya.
"Lho, lho.. kok jadi elo mau ninggalin gue sih, Bel? Salah gue apa? Gue kan melakukan ini buat kebaikan mereka." Abdul membela diri.
"Mas, aku juga nggak mau lagi tidur sama kamu. Aku akan ajak Iky pulang ke Magelang."
"Waduh, jangan gitu dong dek. Aku kan tak bisa tanpa kehadiranmu disisiku. Nanti siapa yang nyiapin bajuku, siapa yang masakin aku, siapa yang aku peluk? Jangan marah ya, dek." Amir mendekati Ulfa, yang langsung menghindarinya.
"Mas nggak usah dekat-dekat sama Ulfa."ucap Ulfa keras.
"Dek, mas lakukan itu untuk Iky dan Ifa. Demi kebaikan mereka. Tolonglah kamu ngertiin mas."
"Kebaikan apa yang ada dalam perceraian mas? Kebaikan apa yang ada dengan memisahkan anak-anak kita yang saling mencintai? Mas benar-benar jahat." Amir langsung menarik tubuh Ulfa ke dalam pelukannya. Dibiarkannya Ulfa memukul-mukul dadanya. Dihelanya nafas.
"Pak Abdul, kayaknya harus sekarang juga kita kasih tau mereka apa tujuan kita melakukan ini. Nggak usah menunggu Ifa melahirkan. Saya khawatir....
"Aaaah.... Ikiiiiy... perut gue sakit banget." Tiba-tiba Ifa berteriak sambil memegang perutnya. "Ikiiiiy... buruan sini lo!! Elo harus tanggung jawab... elo nggak boleh ninggalin gue!" Ifa mengomel-omel sambil mencengkeram erat tangan Iky yang hanya mampu meringis menahan sakit karena tangannya dicengkeram Ifa.
"Sabar sayang.. sabaaar... Ingat apa kata Encing Husna. Atur nafas kamu seperti yang diajarkan di kelas yoga." Rizky mengelus-elus pinggang Ifa.
"Gimana gue tau caranya bernafas yang diajarin di kelas yoga? Gue kan nggak ikutan. Kelas yoga itu kan harus ditemenin sama suami, sementara saat itu kita lagi musuhan. Jadi please ya jangan nyuruh hal-hal yang gue nggak bisa." bentak Ifa galak. Bisa kebayang kan, nggak mau melahirkan aja galak. Gimana pas melahirkan. Super duper galak.
Ifa masih terus berteriak kesakitan dan ngomel-ngomel saat terjadi kontraksi. Tangan dan lengan Rizky mulai baret-baret karena Ifa belum sempat memotong kukunya. Karena Ifa diperkirakan baru akan melahirkan sebulan lagi. Bahkan Ifa belum sempat menyiapkan tas yang akan dibawa ke rumah sakit akibat dia terlalu sibuk memikirkan permasalahannya dengan Rizky.
Semua orang heboh akibat Ifa yang tiba-tiba mau melahirkan. Emak Bella dan bunda Ulfa sibuk mempersiapkan tas yang akan dibawa. Alana dan Rizky sibuk menenangkan Ifa. Roni dan Shania hanya menatap bingung tak tahu harus berbuat apa. Abdul dan Amir sibuk berdebat akan menggunakan mobil apa untuk membawa Ifa ke rumah sakit. Masing-masing ingin menggunakan mobilnya. Sementara itu Zayyan sibuk merekam saat-saat Ifa kesakitan dan ngomel-ngomel. Rekaman tersebut suatu saat akan digunakan untuk membuka aib Ifa dihadapan anak-anaknya kelak. Ih, iseng banget ya.😄🤣
"STOP!! IFA NGGAK MAU LAHIRAN SEKARANG. IFA MAU TAHAN SAMPAI BULAN DEPAN." jerit Ifa.
"Kenapa sayang? Kalau kontraksi kamu sudah sering itu artinya sudah mulai pembukaan. Barusan encing Husna nyuruh kita segera ke rumah sakit." Rizky heran dengan ucapan Ifa.
"Nggak Ky. Gue nggak mau melahirkan sekarang. Kalau gue melahirkan sekarang, itu artinya gue harus merelakan elo menikah dengan dia dalam waktu dekat. Lo dengar sendiri kan apa kata ayah tadi." ucap Ifa lemah di sela-sela rasa sakit yang menderanya. "Gue mau bertahan sedikit lebih lama, biar gue bisa lebih lama sama elo."
"Ya Allah, sayang. Di saat-saat kayak gini kamu masih sempat mikirin hal kayak gitu." Hati Rizky teriris saat mendengar perkataan Ifa.
"Please Ky, jangan ke rumah sakit. Gue nggak mau melahirkan seka... aaaaaannngh... Kiiiiy... sakit bangheeeeet.... Ky.. ky.. kok gue ngompol sih... ?! Ini celana gue basah Ky.." Ifa mulai terisak panik.
"Ky, air ketuban Ifa mulai pecah. Kita harus segera ke rumah sakit agar tidak membahayakan bayi-bayinya." ucap emak Bella. Ia mengelus kepala Ifa dengan sayang. Ingin rasanya ia mengambil rasa sakit yang Ifa rasakan saat ini.
"Ifa nggak mau melahirkan sekarang, mak." Rizky menjelaskan dengan perasaan bingung.
"Kenapa Ky? Tasnya sudah siap, mobil juga sudah siap." tanya bunda Ulfa tak mengerti dengan keinginan Ifa.
"Bun, Ifa nggak mau Iky menikah dengan Shania. Bunda dengarkan apa kata ayah tadi.?"
"AMIR MUMTAZ!!" suara emak Bella menggelegar memanggil besannya. Amir dan Abdul tergesa-gesa menghampiri emak Bella. Tidak biasanya kembaran Park Shin Hye memanggil besannya hanya nama saja.
"Ada apa sayang?" tanya Abdul dengan pandangan heran. "Kenapa gitu manggil besannya?"
"AMIR MUNTAZ, LO LIAT APA YANG LO LAKUKAN KE ANAK GUE! ANAK GUE NGGAK MAU DIBAWA KE RUMAH SAKIT KARENA DIA NGGAK MAU RENCANA LO MENIKAHKAN RIZKY DAN SHANIA SEMAKIN CEPAT TERWUJUD! LO MAU CUCU-CUCU KITA MATI?" tanya emak Bella dengan geram.
"Lho, kenapa jadi begini?"
"Lo tanya kenapa? Tanya sama diri lo sendiri kenapa bisa jadi begini. Lo liat tuh akibat ulah elo dan bang Abdul." Emak Bella sudah tidak mempedulikan lagi tata krama berbahasa.
"Mas, tadi kamu bilang Shania tetap akan menikah setelah Ifa melahirkan...." ucap bunda Ulfa khawatir.
"Oalaaaaah... itu thoooo..... Shania memang akan menikah sesuai tanggal bila Ifa melahirkan tepat waktu. Tapi bukan sama Rizky. Shania akan menikah dengan Roni." Amir tergelak akibat kesalahpahaman itu. Namun ia segera menutup mulutnya saat matanya bertatapan dengan emak Bella yang sudah siap menerkamnya. Seperti induk singa melindungi anaknya.
"Jadi... Iky nggak akan menikah dengan Shania?" tanya bunda Ulfa tak percaya. "Lalu..."
"Ikiiiiiiiy.... sakiiit..." terdengar lagi jerit kesakitan Ifa.
"Ky, buruan bawa Ifa pakai mobil ayah. Pak Edi sudah siap. Kita nyusul pakai mobil pak Abdul," perintah Amir. Ifa menggeleng-geleng menolak ke rumah sakit. "Ifa sayang, ayah janji Iky nggak akan menikah dengan Shania. Sekarang kamu ke rumah sakit ya. Supaya kamu bisa segera melahirkan anak-anakmu."
"Tapi tadi ayah bilang...."
"Nanti ayah jelaskan setelah kondisimu membaik. Sekarang kamu dan Iky ke rumah sakit ya. Ky, buruan berangkat." perintah Amir yang langsung dituruti oleh Rizky.
⭐⭐⭐⭐
"Ky.. sakit.." Rintih Ifa. "Kayaknya Allah lagi menghukum gue karena sudah jahat sama elo."
"Ssshhh... jangan mikir yang aneh-aneh. Yang sabar ya sayang. Perjuangan lo melahirkan anak-anak kita itu salah satu ladang pahala, bukan hukuman dari Allah. Rasa sakit yang lo rasakan itu menggugurkan dosa-dosa kecil lo." bujuk Rizky.
Saat ini mereka sudah di ruang bersalin. Mereka sedang menunggu dokter dan perawat mempersiapkan segalanya. Termasuk mempersiapkan tim dokter apabila diperlukan tindakan.
"Tapi sakit banget Ky... elo enak ngomong kayak gitu. Tapi elo kan nggak merasakan sakitnya. Aaah...." Air mata Ifa mulai menetes menahan sakit. "Ini lebih sakit dibandingkan saat gue mau mens."
"Kalau kamu nggak kuat, dicesar aja ya Fa," bujuk Husna. "Biar prosesnya lebih cepat."
"Nggak mau Cing. Ifa pengen melahirkan normal. Itu akan membuat Ifa komplit sebagai seorang wanita dan ibu. Walaupun Ifa harus..... aaaah..." Ifa menolak tawaran Husna. Rizky memandang iba kepasa istrinya yang sedang berjuang menahan rasa sakit.
"Okelah. Sekarang biar Encing periksa dulu sudah bukaan berapa ya." Husna langsung memeriksa Ifa. "Sabar ya sayang, baru bukaan 7. Nanti kalau sudah bukaan 9 - 10 kita bisa mulai proses persalinan."
"Sus, itu ibu Ifa disuruh minum air teh manisnya. Biar lebih tenang dan bertenaga saat nanti mengedan," perintah Husna kepada perawat.
"Baik dok."
"Sayang, kamu tetap komplit sebagai wanita walau melahirkan dengan cara cesar. Aku nggak tega melihat kamu kesakitan begini." bisik Rizky sambil membelai rambut Ifa. Sesekali ia menciumi wajah Ifa.
"Nggak Ky. Gue pengen merasakan bagaimana perjuangan emak dan bunda saat melahirkan gue dan elo. Kalaupun taruhannya nyawa, insyaa Allah gue siap. Katanya wanita yang meninggal saat melahirkan pahalanya seperti pahala mati syahid." Balas Ifa dengan suara pelan. Sesekali ia masih mengernyitkan wajahnya tanda kontraksi datang lagi.
"Jangan ngomongin mati. Kan kamu mau terus bareng aku. Kalau kamu mati, nanti aku sama siapa Fa. Kamu tahu kan kalau aku nggak bisa hidup tanpa dirimu."
"Ah, lebay lo Ky," jawab Ifa sambil mengelus pipi Rizky. "Maaf ya gue sudah jahat sama elo. Maaf kalau gue belum bisa jadi istri yang baik buat elo. Kalau nanti gue meninggal, gue ikhlas kok kalau elo kawin lagi."
"Ssst.. jangan ngomong gitu sayang. Kamu bikin aku sedih." Ifa menyusut air mata di sudut mata Rizky. "Nanti tolong urus anak-anak dengan baik ya Ky."
"Nggak Fa, aku nggak akan bisa mengurus mereka sendirian. Kamu tau kan kalau aku nggak bisa memberikan ASI untuk mereka. Anak-anak kita membutuhkan kamu, ibu mereka."
Ya ampuun.. author kok ikutan baper ya 🥺
Setelah dua jam melawan rasa sakit yang bertubi-tubi, akhirnya tibalah saatnya Ifa melahirkan.
"Fa, kamu dengarkan aba-aba dari Ncing Husna ya. Kalau Ncing nggak nyuruh kamu mengedan, maka jangan mengedan. Atur nafas kamu. Sekarang sudah bukaan 9, kita bisa coba proses persalinan. Kamu siap Fa?"
"Tunggu Ncing. Ifa mau ketemu emak. Boleh emak menemani Ifa disini?" pinta Ifa dengan nafas terengah karena menahan sakit.
Tak lama, emak Bella sudah masuk ruang bersalin. Ia langsung menghambur memeluk Ifa.
"Mak, Ifa mau minta maaf kalau selama ini Ifa sering bikin emak kesal. Ifa baru tau gimana perjuangan emak menghadirkan Ifa ke dunia. Makasih ya mak, buat semua kasih sayang emak." ucap Ifa terputus-putus karena kontraksi terus terjadi.
"Iya Pah, emak pasti maafin. Elo tuh anak yang baik kok walau kadang ngeselin. Emak juga mau makasih sama elo karena sudah mau menuruti keinginan emak, untuk menikah dengan Rizky." Emak mencium kening Ifa penuh kasih sayang. "Emak akan menemani elo melahirkan. Boleh kan Hus?" Husna mengangguk.
"Oke Ifa, siap ya. Saat Ncing menyuruh kamu mengedan, maka kamu harus mengedan sekuat tenaga ya. Bismillaahirrahmaanirrahiim, atur nafas. Siap? Yak tekaaan." Ifa mengikuti aba-aba yang Husna berikan. Tanpa sadar Ifa benar-benar menjambak kepala Rizky. Bukan suatu hal mudah melahirkan normal. Apalagi kalau pertama kali melahirkan. Rizky hanya bisa meringis saat kulit kepalanya terasa panas dan sakit akibat dijambak. Akhirnya setelah beberapa kali mengedan, lahirlah anak pertama mereka dengan tangisannya yang melengking.
"Cewek, Fa. Cantik kayak elo Fa."
"Alhamdulillah." Semua bersyukur.
"Oke siap-siap lagi, Fa. Insyaa Allah yang kedua dan ketiga akan lebih mudah karena kakak mereka sudah membuka jalan. Bismillaahirrahmaanirrahiim, tarik nafas dalam-dalam dan tekaaaan!!" Ifa menekan sekuat tenaga tanpa suara, hanya tangannya terus menjambak rambut Rizky. Setelah tiga kali mengedan lahirlah anak kedua mereka.
"Alhamdulillah laki-laki, Fa, Ky. Ganteng kayak bang Abdul." Rizky masih meringis menahan sakit karena Ifa belum melepaskan pegangannya di kepala Rizky .
"Gimana Fa? Sudah siap mengeluarkan yang ketiga?" Ifa memandang Rizky dengan perasaan bersalah karena sekali lagi harus menjambak rambutnya. Rizky berusaha tersenyum walau kepalanya mulai terasa nyut-nyutan akibat jambakan Ifa.
"Siap Ncing."
"Oke. Bismillaahirrahmaanirrahiim... tarik nafas dan tekaaan." Tidak sampai 5 menit, anak ketiga mereka lahir.
"Alhamdulillah sudah lahir semua. Yang ketiga laki-laki seperti ayahnya Iky. Selamat ya Ifa, Iky atas kelahiran putra putri kalian. Alhamdulillah semuanya sehat dan sempurna tidak kekurangan satu jaripun." Ifa akhirnya melepaskan tangannya dari rambut Rizky. Air mata kebahagiaan mengalir menggantikan air mata kesakitan. Tiba-tiba... bruk. Rizky pingsan!😱🤣
"Ikiiiiy....." Hanya itu yang terakhir Iky dengar lalu semuanya gelap.
⭐⭐⭐⭐