"Sakit Alan" Berli meringis saat plester yang ada di pipinya itu ditarik oleh Alan, padahal Alan menariknya sangat perlahan dan hati-hati.
"Jangan berlebihan Lian"
"Tapi, kamu kan nggak ikut ngerasain," balas Berlian dengan cepat dan kesal.
Alan menggelengkan kepalanya, melihat luka tersebut "kamu bahkan mampu bertengkar saling menjambak, tapi kenapa merengek kalau diobati"
Pemuda itu mengambil antiseptik di dalam tasnya, dia yakin jika Berli tidak bisa mengobati lukanya dengan benar, jadi dia menyiapkan obat untuk dibawanya.
Berli mempoutkan bibirnya "itu lain lagi ceritanya .. Ah... Alan pelan-pelan"
Alan tak menanggapi, dia terlalu serius mengobati luka Berli yang ada dibeberapa tempat, meski tidak akan terlihat diawal tapi nanti akan meninggalkan bekas goresan jika tidak segera diobati.
"kamu harusnya tadi ngalah aja, kenapa semakin melawan. Lihat lukamu sebanyak ini, kayaknya habis ini kamu udah gak cantik lagi deh"