Chereads / LOVELIST / Chapter 21 - Bab 21 : Dua puluh satu

Chapter 21 - Bab 21 : Dua puluh satu

Dengan mengumpulkan keberaniannya. Sekertaris Dita memberanikan diri untuk bertanya kepada Alex.

"T-tuan a-apakah say-a boleh bertanya," ucap sekertaris Dita dengan perasaan takutnya.

"Hem.. boleh. Silahkan," jawab Alex dengan wajah seperti biasanya.

"Apakah saya boleh tau tuan. Kenapa asisten Ana tidak masuk hari ini?" tanya

Tanya sekertaris Dita kepada Alex yang sedang membaca dokumen perusahaan.

Alex yang mendengar pertanyaan sekertarisnya. Ia menjadi berhenti membaca dokumen perusahaan.

"Di-a sedang sakit. Jadi saya memberikannya cuti," jawab Alex bohong yang diawali dengan perasaan gugup.

"Bagaimana anda bisa tau tuan kalau asisten Ana sedang sakit?" tanya

Sekertaris Dita lagi dengan wajah bingung.

Alex menjadi bingung ingin menjawab pertanyaan karyawannya itu bagaimana. hanya bisa memijat pelipis hidungnya sementara.

"Kemarin Malam Ana telfon saya. Ia bilang kalau ia sedang sakit. Jadi tidak bisa masuk kerja," jawab Alex bohong dengan memikirkan alasan yang tepat.

Sekertaris Dita yang mendengar jawaban tuannya itu. Ia hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan.

"Sekarang kembalilah ke ruang kerjamu dan kerjakan pekerjaan yang sudah aku berikan," lanjut Alex menyuruh sekertaris Dita pergi.

"Baik tuan saya permisi undur diri," ucap sekertaris Dita sambil membungkukkan badannya.

Alex hanya diam tidak berniat menjawab. Sedangkan sekertaris Dita langsung keluar dari ruangan tuannya itu kembali ke ruangannya.

Waktu berlalu begitu cepat. Sudah selama 5 jam Alex berkutat dengan tumpukan dokumen di ruangannya. Sampai seriusnya ia tidak ingat kalau ia belum makan siang.

"Uh.. perutku sakit sekali," ucap Alex merintih kesakitan sambil memegang perutnya.

Lalu Alex memanggil asisten Damian lewat interkom yang ada di atas meja kerjanya.

"Damian segeralah keruanganku sekarang!" perintah Alex dengan sedikit rintihan sakitnya.

Damian yang mendengar suara tuannya seperti kesakitan. Ia segera menuju ke ruangan Presdir dengan terburu-buru. dengan segera juga, ia mengetuk pintu keras-keras.

"Masuk" jawab lemah Alex dari dalam ruangannya.

Asisten Damian yang tidak mendengar suara tuannya. Segera ia menerobos masuk kedalam ruangan Presdir.

"Tuan!" ucap Damian dengan wajah tegangnya.

"Tuan anda kenapa?" tanya Damian dengan wajah khawatirnya sambil melangkahkan kakinya menuju kearah Alex.

"Aku tidak tau Damian tiba-tiba perutku sakit sekali," ucap Alex dengan rintih sakitnya.

"Mungkin anda belum makan siang tuan. Jadi perut anda sakit," tutur Damian kepada tuannya itu.

"Biar saya siapkan dulu makan siang anda tuan." lanjut Damian sambil berjalan keluar dari ruangan Alex dengan terburu-buru.

Alex tidak menjawab ia hanya bisa melihat asisten Damian keluar dengan terburu-buru dari ruangannya. Sedangkan ia masih menahan rasa sakit pada perutnya itu.

10 menit kemudian asisten Damian kembali dengan terburu-buru ke ruangan Presdir. Sampai lupa mengetok pintu terlebih dahulu.

"Ini tuan makan siang untuk anda," ucap asisten Damian dengan nafas yang tidak teratur.

Setelah itu asisten Damian menaruh paper bag berukuran sedang di atas meja kerja Alex. Bersamaan dengan menaruh obat untuk menghilangkan rasa sakit pada perut tuannya.

"Silahkan tuan, anda makan siang terlebih dahulu," lanjut asisten Damian sambil membungkukkan badannya.

Alex segera mengambil paper bag yang berisi makan siang di atas meja kerjanya itu. Lalu ia mengeluarkan makan siangnya untuk ia makan.

"Terima kasih sudah membantuku. Sekarang kamu bisa kembali ke ruanganmu!" Perintah Alex kepada asisten Damian yang masih dengan sifat dingin dan datarnya.

"Baik tuan. Saya permisi undur diri." pamit asisten Damian dengan di iringi membungkukkan badannya.

Lalu asisten Damian pergi dari ruangan tuannya itu. Sedangkan Alex yang melihat Damian sudah keluar dari ruangnya. Segera ia memakan makanan siang yang sudah di siapkan oleh Damian.

15 menit kemudian Alex sudah selesai memakan makan siangnya bersamaan dengan meminum obat untuk menghilangkan rasa sakit pada perutnya.

Lalu Alex kembali mengerjakan pekerjaannya yang belum tuntas.

"Ugh.. rasanya ngantuk sekali setelah meminum obatnya," ucap Alex setelah beberapa menit yang lalu meminum obatnya.

"Aku pulang saja sekarang. besok aku lanjutkan lagi," lanjut Alex sambil merapikan dokumen yang ada didepannya.

"Damian siapkan mobilku! aku ingin pulang sekarang," perintah Alex kepada asistennya itu lewat interkom.

Damian yang sedang berada dalam ruangannya itu. Yang mendengar suara tuannya segera ia membalasnya lewat interkom yang berada di atas meja kerjanya.

"Baik tuan." Ucap Damian di interkomnya.

Tidak butuh waktu terlalu lama. Hanya beberapa menit mobil yang di butuhkan oleh Alex sudah berada di depan lobby.

Lalu Damian melangkahkan kakinya menyusul tuannya yang masih berada di ruangannya.

Sesampainya Damian di depan ruangan bertuliskan ruangan presdir.  Lalu ia mengetuk pintu tersebut, hingga ada suara sahutan dari dalam ruangan.

"Masuk!" ucap Alex dari dalam ruangannya.

"Tuan, mobil anda sudah siap di bawah," ucap Damian sambil membungkukkan badannya di depan meja kerja Alex.

Alex yang mendengar penjelasan asistennya. Segera ia berdiri dari tempat duduknya dan bersiap untuk pulang ke rumahnya

*

*

***

Di tengah perjalanan pulang kerumahnya. Alex berbicara kepada asistennya itu.

"Damian kau urus kantor untuk hari ini. Aku ingin istirahat di rumah," perintah Alex kepada asisten Damian.

"Baik tuan." jawab Damian sambil fokus menyetir.

Setelah percakapan tadi suasana kembali menjadi hening. Asisten Damian yang ingin bertanya kepada tuannya itu menjadi tak berani.

"Selama jam kerja kemana ya asisten Ana? aku tidak melihatnya sama sekali" batin Damian dengan perasaan yang penasaran.

35 menit kemudian mobil yang di kendarai oleh asisten Damian telah sampai di rumah Alex. Lalu ia segera keluar dari mobil dan membukakan pintu jok mobil belakang untuk tuannya.

"Silahkan tuan," ucap Damian sambil menundukkan kepala dengan hormat.

"Hem.." jawab Alex dengan singkat.

"Kamu boleh kembali ke kantor sekarang," lanjut perintah Alex kepada Damian.

"Baik tuan. Saya permisi untuk undur diri." ucap Damian sambil membungkukkan badannya.

Alex tidak menjawab ucapan Damian. Ia segera melangkahkan kakinya menuju kearah pintu rumahnya.

Saat Alex ingin memegang gagang pintu rumahnya. Ia tepenjat kaget karena pintunya terbuka dari dalam.

"Loh.. kamu kok sudah pulang Lex?" tanya Mama Rita heran dengan kepulangan anaknya itu.

"Itu Ma, Alex lagi gak enak badan sedikit," jawab Alex sambil menggosok batang lehernya.

"Ohh.. ya sudah kamu istirahat sekarang. Dan minta bi Sumi buatkan teh herbal juga," tutur Mama Rita dengan wajah khawatirnya.

"Iya ma" jawab Alex.

"Mama mau kemana kok rapi amat?" lanjut tanya Alex kepada Mamanya.

"Mama mau ketemu sama temen Mama yang ada di sini. Biasalah acara sosialita," jelas Mama Rita.

"Oh.. apa mau Alex antar Ma?"

"Engga usah sayang. Mama di antar sama supir aja. Kan kamu lagi gak enak badan." jawab Mama Rita sambil mengelus bahu anaknya yang kekar.

"Ya sudah terserah Mama saja. Kalau gitu hati-hati ya di jalannya Ma," ucap Alex sambil memeluk mama Rita.

Mama Rita yang di peluk oleh anaknya lelakinya itu. Ia pun membalas pelukan tersebut.

"Badanmu sama seperti Papa mu Lex. Gagah dan kekar," ucap Mama Rita dengan tawa kecilnya yang masih dalam pelukan anak lelakinya.