Karena bagaimana juga, yang memarahinya adalah ayahnya, dan dia tahu betapa ibunya amat mencinta ayahnya dan ibunya akan ikut bersedih kalau ayahnya marah-marah, Cin Han akhirnya bangkit dari tempat duduknya dengan lesu. Dia lalu menuju ke belakang gedung yang besar itu, memasuki taman keluarga yang indah dan cukup luas. Di tengah taman itu terdapat sebuah pondok tempat istirahat dan dia sela lu ke sana kalau hatinya sedang gundah. Juga di dekat pondok terdapat lapangan rumput yang luas di mana dia sering berlatih silat.
Dari jauh dia sudah melihat dua orang adiknya sedang berlatih silat. Wajah tampan yang tadinya agak muram karena memikirkan perselisihannya dengan ayahnya itu tiba-tiba menjadi cerah, berseri-seri dan Cin Han mempercepat langkahnya. Dia amat menyayang dua orang adik tirinya, teman bermainnya sejak kecil. Juga mereka berdua amat sayang kepadanya.