Kwa Tin Siong mengeluh di dalam hatinya. "Celaka," pikirnya. "Sekali ini aku dan sumoi menghadapi bencana."
Hal ini masih belum hebat. Lebih celakanya, anaknya pun ikut menghadapi bencana yang hebat pula. Siapa yang akan melindungi anaknya? Berpikir sampai di sini dia mencoba untuk menggunakan daya lain.
Tiba-tiba ia berseru keras. "Bukankah cuwi (tuan-tuan sekalian) ini anggota-anggota dari Pek-lian-pai? Ketahuilah, siauwte Kwa Tin Siong dari Hoa-san-pai tidak ada permusuhan dengan Pek-lian-pai, malah tadinya hendak menggabungkan diri."
Akan tetapi tiga orang lawannya tertawa dan seorang di antara mereka berkata mengejek, "Anak murid Hoa- san-pai mana ada harga masuk Pek-lian-pai? Kalau mau mengaku kalah barulah kami melepaskan dan boleh belajar lagi. Lihat kelak, kalau sudah pandai baru boleh masuk Pek-lian-pai!" tiga orang itu tertawa-tawa dan menyerang.