Fengying bangun dan terengah-engah. Pandangannya menyelisik sekitar, tetapi ia masih berada di tempat yang sama. Ia merasa heran dengan mimpi yang barusan saja dialaminya.
"Pendekar hebat..., Pulau Es..., tapi mengapa Pulai Es itu tidak seperti yang kukenali?" gumam Fengying.
Tiba-tiba ia kembali terhenyak tatkala mendengar suara tanpa wujud yang terdengar jelas di telinganya.
"Mimpi itu adalah bagian dari ilmu yang kau pelajari di dalam goa. Dan perlu kau ketahui, mimpi itu belum berakhir. Kau akan menyerap kekuatan para pendekar dalam mimpi-mimpi yang akan hadir dalam beberapa terakhir. Dan sekarang, terlelaplah...."
Mendadak Fengying terhuyung, matanya terasa berat lalu kembali terlelap....
***
"Lima warna membutakan mata…!" Terdengar suara berat dan parau membaca doa.
"Lima warna membutakan mata…!" Menyusul suara nyaring tinggi, suara kanak-kanak yang berusaha keras menirukan nada suara pertama.
"Lima bunyi menulikan telinga…!" Suara parau itu terdengar lagi.