Sin Liong maklum bahwa membantah kehendak sumoi-nya ini percuma, hanya akan menimbulkan pertentangan saja. Maka diam-diam dia mengambil keputusan untuk selalu mendamping sumoi-nya, selain menjaga keselamatan dara ini, juga kalau perlu mencegah sepak terjangnya yang terdorong oleh nafsu dan dendam. Betapa pun juga, setelah Pulau Es dibasmi oleh badai, dara ini kehilangan ayah-bunda, tiada sanak kadang, tiada handai taulan dan dialah satu-satunya orang yang patut melindunginya, sebagai suheng-nya. Ataukah sebagai calon suami? Sin Liong tidak mengerti dan tidak berani memutuskan. Biarlah hal perjodohan itu diserahkan kepada keadaan kelak.