Dengan pengerahan tenaga dan memilih jurus-jurus terampuh, Kwat Lin menyerang lagi. Akan tetapi setiap kali selesai menyerang satu jurus, dia lantas menjerit lirih karena benar saja, dia selalu dikalahkan oleh jurusnya sendiri. Jurus itu digerakkan oleh Han Ti Ong sedemikian aneh dan sempurnanya, demikian cepat dan mengandung tenaga mukjijat sehingga biar pun dia mengenal jurusnya sendiri, dia tidak sempat lagi mengelak atau menangkis!
Setelah sepuluh kali dia terkena sentuhan ujung batu atau usapan tangan kiri lawan yang lihai ini dia menjadi yakin, lalu menjatuhkan diri berlutut. "Saya menerima penawaran Paduka!"
Ha Ti Ong memegang kedua pundaknya dan mengangkatnya bangun berdiri. Mereka berdiri berhadapan dan saling pandang. Wajah raja itu berseri melihat betapa wajah Kwat Lin menjadi merah sekali dan ada kedukaan hebat tersembunyi di balik kemerahan wajah karena malu itu.