"Anjing bangsat!". Umpat pemuda ber-name tag Jeka Nalendra saat suara sirine mobil polisi menyeruak di indera pendengarannya. Si panglima tempur langsung menatap lawan-nya dengan tatapan bengis kemudian berdecih.
"Anak-anak sekolah elit emang cupu! Beraninya ngadu ke polisi". Umpat pemuda itu sekali lagi sambil mendaratkan sebuah bogem mentah kearah sang lawan yang katanya pentolan dari sekolah elit yang mencari gara-gara dengan sekolahnya.
"Bos lari! Polisi udah nyemprot gas air mata. Sebagian pada ketangkep". Lapor antek-antek Jeka dengan wajah panik.
"Bangsat!". Setelah menendang tungkai kaki lawannya yang telah limbung, lelaki yang disebut Bos oleh para antek-anteknya itu berlari secepat kilat menghindari kejaran polisi.
Jeka Nalendra, pemuda yang belum berusia tujuh belas tahun itu duduk di kelas 11 IPS 2. Pentolan yang ditakuti seisi sekolah, julukannya panglima tempur. Hobinya tawuran, harga diri dijunjung tinggi. Satu kawannya dihina, berarti sama saja menghina dirinya. Meski dijuluki Bangsat Boy, tapi tak dipungkiri jika dirinya memiliki wajah tampan bak Arjuna. Bahkan gadis-gadis di sekolah dibuat bertekuk lutut, namun faktanya si panglima tempur sedang gagal move on. Sekalinya si panglima tempur jatuh cinta pada seorang gadis, dirinya malah dicampakkan. Meski bangsat, tapi Jeka anti memainkan hati wanita. Nakal hanya sekedar doyan tawuran.
Sementara itu dari jarak duaratus meter, seorang gadis tertunduk lesu di dalam mobil bersama Papa-nya. Si Papa sedang mengomel lantaran jalanan macet, ini pasti gara-gara tawuran begitulah batin si Papa. Unaya Salsabila gadis yang hendak berusia tujuh belas tahun tanggal tiga puluh Mei ini dibuat bad mood lantaran Papa-nya hendak mengenalkan dirinya dengan calon Ibu tiri. Papa dan Mama Unaya sudah bercerai sejak dua tahun lalu dengan alasan ketidak cocokan. Entah sudah berapa kali Papa mengajak Unaya untuk bertemu calon Ibu tiri-nya, gadis itu berharap Papa dan Mama-nya bisa rujuk tapi percuma saja toh Mama-nya sudah menikah lagi.
"Anak-anak jaman sekarang ya, sok jagoan! Berantem pake senjata tajam tapi kalau ada polisi langsung kabur!". Omel Papa lagi entah yang keberapa kali. Unaya bahkan tidak berminat sama sekali untuk menanggapi omelan Papa-nya, gadis itu hanya menatap kearah depan dengan mata memicing.
"Kayak gak asing". Gumam gadis itu saat melihat sosok pentolan sekolah-nya, si Bangsat Boy. Pemuda itu berlari cepat sekali meski sesekali kena umpat pengguna jalan lantaran tak sengaja menyenggol bahkan membuat baret mobil mereka. Unaya tahu siapa itu Jeka, sudah dibilang jika Jeka ini pentolan sekolah yang terkenalnya sampai ke planet Venus. Namun Unaya sama sekali tidak berminat untuk mencari gara-gara maupun ter-notice oleh pemuda itu. Bisa gawat, yang ada nanti ia menjadi bahan gosip gadis-gadis sekolah yang naksir berat dengan Jeka.
Prang!
"Shit!". Umpat Jeka saat ia dilempar batu entah oleh siapa. Beruntung pemuda itu bisa menghindar dan batu sebesar kepalan tangan itu justru mengenai kaca mobil Papa Unaya.
"Kamu gak apa-apa nak?". Tanya Papa Unaya dengan panik pada putrinya. Meski kaget setengah mati, tapi Unaya meng-iya kan apa kata Papa-nya. Gadis itu menatap ke depan dimana Jeka juga tengah memperhatikannya. Sedetik kemudian pemuda itu tersenyum miring dan pergi begitu saja.
"Apaan sih tuh cowok!". Gerutu Unaya tanpa sadar.
"Cowok? Cowok siapa?". Tanya Papa sambil celingak-celinguk. Baru juga Papa hendak mengomeli pemuda yang membuat kaca mobilnya pecah, eh sudah kabur aja!
"Gak kok Pa. Cowok yang tadi berdiri di depan mobil kita itu anak sekolah Una. Pentolan sekolah". Bisik Unaya saat menyebutkan kata pentolan sekolah. Kemacetan sedikit terurai dan Papa mulai melajukan mobil-nya perlahan.
"Pentolan sekolah? Jangan bergaul sama anak kayak dia Una. Jadi apa kamu nanti". Komentar Papa Unaya.
"Tanpa Papa minta-pun Una juga gak mau berurusan sama dia Pa, apalagi bergaul. Bayangin dong musuhnya ada di mana-mana". Sahut Unaya sambil bergidik ngeri. Papa terkekeh melihat reaksi Unaya yang begitu menggemaskan.
Sementara itu Jeka dan antek-anteknya kembali ke sekolah. Meski sekolah sudah sepi, namun ada satpam yang masih setia berada di pos. Pemuda itu bersandar di samping mobil Jeep-nya sambil menghisap rokok, penampilan kucel dan penuh luka justru membuat kharisma-nya semakin terpancar.
"Cewek rambutnya item, panjang, gelombang, pipi chubby, mata se-gedhe kacang polong. Ada yang tahu dia siapa?". Tanya si leader tiba-tiba membuat yang diajak bicara hanya bisa saling pandang.
"Mohon maaf Bos, ciri-cirinya gak ada yang lebih spesifik lagi? Terlalu banyak cewek di dunia ini". Sahut salah satu pemuda yang memiliki model rambut seperti Sasuke, Jimi namanya. Si leader tersenyum tipis sebelum mengatakan sesuatu.
"Gak nyangka gue, cewek yang muka-nya polos bisa juga jadi sugar baby". Kata Jeka yang masih ingat betul interaksi antara gadis chubby yang ia lihat tadi bersama dengan seorang pria paruh baya.
"Ha?". Yang lain hanya bisa mangap karena tidak paham dengan arah pembicaraan Bos mereka.
"Hah-Heh-Hoh! Buruan cabut! Gerah gue!". Bentak Jeka sambil masuk kedalam mobil Jeep-nya. Yang lain langsung kalang-kabut mencari motor mereka dan bersiap mengawal si Bos pulang ke rumah.
--Bangsat Boys--