CERITA yang lalu gue pernah menceritakan jalanjalan waktu puasa dan bertemu dalbo. Mungkin
dapat lo baca di halaman selanjutnya. Ini juga
bercerita tentang jalan-jalan. Namun, bedanya ini
beneran malam ( di serial dalbo pagi ), dan bertemu
dengan makhluk kasar alias bukan setan.
Setiap bulan Ramadhan gue selalu
mengadakan acara kumpul bareng di salah satu
rumah temen. Acara itu kita namai bukber dan
saber. Karena hari itu kami melaksanakan buka
bersama dan lanjut sahur bersama. Jadi, kita nginap
di sana. Sebenarnya ini adalah kumpul grup kami. Bisa dibilang 4 serangkai. Karena beranggotakan 4
orang sahabat yang labil.
Waktu itu hari ke - 8 bulan Ramadhan tahun
2015. Rencana awal kumpul diadakan pukul 17.00.
Berhubung gue masih ngaji di salah satu pondok
dekat rumah, gue terlambat setengah jam. Tapi gue
bersyukur. Keterlambatan itu menjadi berkah, karena
baru nyampai gue langsung bisa nyantap makanan.
Masih hangat pula.
'Gimana besok jalan-jalan ya ?' kata Abi
temen gue sambil ngambil nasi dan sepotong ikan.
'Ndri ?' tanya gue.
'Iya'
'Bisa bangun gak pagi-pagi, haha' tanya
gue.
'Gini aja bro, jam 9 atau 10 malam ini aja kita
jalan-jalan' kata Sandi nyela.
'Maksud lo nanti malam ?' tanya gue ragu.
'Iyalah'
'Berani gak lo ?' tanya Abi menatap Sandi.
'Ya berani lah' jawab Sandi mantab.
'Lo aja suka takut, mau diajak jalan-jalan
malam, kejang-kejang di jalan gak tanggung jawab
gue.' sambut Andri.
'Hahaha' gue hanya tertawa melihat kutukutu ini berdialog.
@
Akhirnya dengan segala pertimbangan dan
antisipasi risiko yang akan terjadi. Jalan-jalan malam
dilaksanakan. Dengan pakaian lengkap di hiasai
sarung. Gue, Abi, Andri, dan si kunyuk Sandi siap
untuk ekspedisi malam. Pada mulanya kami ingin
membawa ponsel untuk merekam kejadian mistis
yang ada, tapi diurungkan. takutnya si sandi
kesurupan lalu ngilang. kasian orang tuanya.
Setelah keluar dari rumah Abi, kami berjalan
melewati kuburan. memang rumah Abi dekat
dengan kuburan. Jaraknya tak lebih dari 20 meter.
Jadi, dari lantai dua rumah Abi sudah kelihatan.'Rif, hati-hati loh ada putih-putih' kata Sandi
menakuti.
Karena gue ada di tengah, jadi tak terlalu
takut. Namun, si Andri coba iseng menggoda Sandi,
yang sebenernya paling takut di kelompok kami.
'San, denger-denger ya, kalau ada orang
yang menakut-nakuti bakal ditakuti duluan'
'Yang bener lo?' kata Sandi panik.
'Iya, gue baca di majalah prambon'
ucapnya sambil ngelirik gue tanda bohong.
Gue lihat Sandi mulai agak menengah dan
agak terlihat pucat. Gue rasa anak ini sudah
merasakan kata-katanya sendiri. Menakuti tapi
ketakutan sendiri. Dasar kunyuk.
@
Gang kecil setelah kuburan menjadi jalan
selanjutnya yang kita lalui, suasana cukup sepi dan
hening. Hanya suara sungai yang menjadi peramai
suasana.
'Ini gak salah lewat sini?' tanya gue'Gak, ini jalan tercepat' kata Abi.
'San.. hati-hati' kata Andri.
'Cukup.. Atau gue lari nih ?' kata Sandi
memecah suasana.
Sudah jalan 10 menit belum kunjung
menemui jalan keluar. Dengan segenap usaha dan
muter gang akhirnya ketemu gang yang lebih besar.
Kali ini kita berada di jalan besar. Ramai lalu lintas
membuat suasana mencekam hilang. Sandi yang
tadinya pucat ketakutan, kini kembali keasalnya.
Hitam dengan alis keatas kayak ngajak berantem.
'Lanjut kamana Bi? tanya Sandi.
'Kita lurus aja, nanti setelah pertigaan sana,
kita belok kekanan, lurus terus ada gang kecil. Nah,
kita nanti masuk kesitu' kata Abi sambil nunjuk
pertigaan yang jaraknya agak jauh itu.
'Gang gelap jalan ke rumah Mbak Ica kakak
kelas kita itu ?' tanya Andri.
'Betul' jawab Abi. Gue hanya manut apa
yang diinginkan mereka. Soalnya gue gak tahu jalan
dan tempat di desa Abi.Setelah sampai di depan gang yang dituju.
Gue melihat gang itu sangat gelap, walaupun di
hiasi beberapa tiang lampu, tapi 2 lampu 5 watt tak
cukup terang untuk gang ini. Langkah hati-hati dan
was-was tingkat tinggi kami gunakan.
'Guk-guk' gue dengar suara anjing yang
terlihat marah akan kehadiran kita. Sandi sebagai
pawang anjing tak takut dengan gonggongan itu.
Yah jelas aja, selain memiliki anjing di rumah. Wajah
Sandi kayak bull dog ( sejenis anjing dengan muka
garang ). Mungkin anjing tadi kalau melihat Sandi
kayak melihat saudara jauhnya.
'Tenang, gue atasi' gayanya sok cool.
'Hati-hati San' kata Andri kawatir.
Selang beberapa saat, anjing itu diam dan
terlihat jinak di depan Sandi. Mungkin dugaan gue
yang tadi ada benarnya.
'Udah-udah jinak kok, sini Rif takut amat' seru
Sandi.
'Beneran gak papa woi ' tanyaku yang jarak
tempatnya agak jauh dari Sandi.
'Bener, lo sini aja. Abi sama Andri aja gak
takut' meskipun sekilas dilihat wajah mereka pucat
sama seperti melihat Sandi ketakutan tadi.
Setelah mendengar kata Sandi, gue coba
mendekati mereka. Termasuk anjing samping Sandi.
'GUK-GUK GUK-GUK' tepat setelah gue
mendekat, anjing itu menggonggong sejadi-jadinya.
Membuat gue takut dan lari terbirit-birit dengan
sandal putus sebelah.
'Aaaaaaahhhhh...' teriak gue. Sambil lari,
gue tengok kebelakang Abi dan Andri ikut lari
seakan-akan melampiaskan ketakutan mereka. Tapi
tak seheboh gue. Sebenarnya anjingnya gak
bahaya juga sih. Meskipun anjingnya ngejar gak
mungkin bisa kena. Soalnya masih di rantai.
@
Sejujurnya gue masih trauma dengan yang
namanya anjing. Dulu gue pernah dikejar waktu lagi
main sepeda. Tanpa sebab, tiba-tiba dikejar gitu aja.
namun, hal itu mengajarkan gue satu hal. Kalau ada anjing jangan langsung lari, takutnya anjing ngira
kita ngajak dia balapan.
Karena jalan tadi sudah memberikan sedikit
trauma mental untuk gue. Kami berempat sepakat
mengambil jalan lain. Tak jauh dari gang tadi,
jaraknya sekitar 50 meter ada gang yang cukup
gelap. Mungkin lebih gelap dari gang tadi.
Sebagai anggota paling ganteng, gue
memimpin ekspedisi aneh ini untuk divisi gang ini.
Waspada dan berhati-hati selalu gue ucapkan untuk
teman-teman.
'Kawan waspadalah - waspadalah' kata gue
mantab kayak Bang napi.
'Buat?' kata Andri.
'Takutnya nanti anjing tadi nelvon temannya,
trus kita dikroyok habis-habisan di sini. Emang lo mau
jadi santapan sahur mereka?' jawab gue sambil
tepuk dada.
'Gak segitunya juga' sahut Abi.
'Eh-eh dia siapa bro ?' kata Sandi sambil
menunjuk sebuah pohon besar dekat gang.
'Orang gila bro, itu orang yang sering gue
temui di perempatan jalan' jawab Andri. Kali ini gue
mulai was-was. Jangan-jangan dia adalah titisan
anjing tadi yang siap menergap kami.
'HOOOII DIA GERAK!!!' seru gue.
'Apaan sih fak lu, dia ngupil goblok!' kata
Sandi nyahut.
Beberapa langkah melewati pohon besar itu,
gue dikagetkan dengan gerakan menggertak.
'Haah' kata orang gila itu sambil
menggertakkan kakinya ke tanah.
'Mata lo' kata Andri sok berani.
'Haaaa....' seru orang gila itu sambil berlari
mengejar kami berempat. Gue hanya bisa berlari
sambil teriak sendiri kayak anak kecil.
'Mama... Tolooong'
udah sangat
memalukan.
Pengejaran berhenti ketika sudah sampai di
pertigaan jalan raya. Di sana cukup ramai
mengarah ke sepi. 'Gue heran deh, kita sial banget sih hari ini?'
kata gue sambil berjalan menelusuri jalan.
'Tep' lampu jalan dekat kami tiba-tiba mati.
'Tep' lampu itu hidup lagi.
'Bi gimana ini ada yang ngerjain kita apa
gimana ini?' kata gue panik, sambil menoleh kearah
Abi.
'Gak bro, kata temen-temen desa, di sini
emang angker ' jawabnya sambil tolah-toleh kanankiri.
'What? kenapa lo ngajak kami lewat sini ??'
kata gue.
'Biar asik aja'
'Mata lu asik, senam jantung gue' sambut
gue kesal.
'Haa haa gue capek bro.. Jangan lari lagi'
kata Andri ngos-ngosan.
Sandi hanya menggerutu takut ada kunti
nempel di punggungnya. Lalu gue hanya jalan
santai menikmati jalanan angker ini.Selepas itu kita sampai di rumah Abi. Kita bisa
melampiaskan semua perasaan takut kita di
rumahnya lantai dua. Malam itu menjadi malam
yang tak terlupakan di bulan puasa. malam yang
sangat aneh dikejar dua anjing beda sepesies. Yang
satu anjing beneran yang satu titisan anjing yang
bakal jadi anjing jadi-jadian. Kukira lebih sopan, dari
pada menjadi babi ngepet terus ngambil duit orangorang tak bersalah
"Jangan lari ketika ada
anjing, nanti dikira ngajak
balapan"