Tutttttt-------!
Gagal ...
Aku gagal ...
Aku tidak dapat menyelamatkannya ...
Lu Xiang terjatuh lemas ketika mendengar suara dari Elektrokardiograf (EKG). yang kini hanya menampilkan garis lurus di layar monitornya. Tangannya gemetar, air matanya turun. Segala fikiran Lu Xiang terfokus pada dirinya sendiri yang tak mampu menyelamatkan orang yang ia cintai.
Lu Xiang merasa dirinya telah menjadi sampah mulai saat ini.
Lu Xiang dikenal karena bakat hebatnya dalam dunia medis dan bahkan mendapatkan julukan anak ajaib atau elixir hidup. Sudah banyak nyawa yang telah ia selamatkan dengan kemampuannya, tapi ternyata takdir menulis nasib kejam untuknya.
Di saat ia telah berhasil menyelamatkan ribuan nyawa, di saat yang sama ia juga gagal menyelamatkan satu nyawa dan itu adalah nyawa tunangannya sendiri.
Padahal mereka berjanji akan melaksanakan pernikahan dua hari lagi, namun kecelakaan tak terelakan terjadi sehingga tunangannya menjadi korban dan mendapatkan luka yang sangat serius juga kehilangan banyak darah, terlebih penanganannya juga telat karena mobil tunangannya yang ditabrak truk kontainer besar itu terlempar ke sisi jurang.
Kepergian kekasihnya membuat Lu Xiang merasa dirinya diseret kedalam jurang yang dalam dan ia merasa tenggelam dan tak dapat lagi kembali.
Lu Xiang akhirnya mengundurkan diri menjadi dokter setelah mencoba bertahan selama tujuh tahun setelah kepergian kekasihnya. Hidupnya terasa hampa. Bahkan ketika ia sudah mencoba membuka lembaran baru dan menjalin hubungan dengan pria lain, tapi hatinya ternyata tetap terjebak di masa lalu. Sayangnya waktu tidak dapat di ulang.
Duka terus menyelimuti Lu Xiang sehingga ia tak lagi merasakan suka. Terlebih ia merasa telah gagal dan menjadi dokter sampah. Jadi apa lagi gunanya ia hidup?.
Lu Xiang meminum satu botol penuh pil tidur dan terlelap untuk selamanya.
"Seandainya saja aku memiliki kemampuan dewa penyembuh yang bahkan bisa menghidupkan orang mati ..."
Itu adalah harapan Lu Xiang sebelum ia mengakhiri hidupnya.
***
Musim Dingin, tahun 1142.
Salju turun menyelimuti seluruh area menjadi putih bersih termasuk paviliun angin dan ombak yang akan menjadi saksi bisu jika salju yang putih di tahun ini sebenarnya telah berubah menjadi merah.
"Cepat bawakan obat ini untuk jendral Yue"
"Apa?"
"Jia-Sheng!. Kenapa kau hanya melamun!. Cepat bawakan obat ini untuk jendral Yue yang ada di sel tahanannya!" Teriak seorang pria berperawakan kurus namun terlihat sangat sehat.
"Ah, baik guru!!" Jia-Sheng mengambil kantung berisi bubuk obat dan pergi berlari menuju penjara jendral Yue.
Setelah sampai di depan penjara, Jia-Sheng berhenti dan mulai sadar akan sesuatu.
"Tunggu. Apa yang terjadi padaku?. Kenapa aku berlari ke tempat ini?. Dan apa yang ku bawa ini?. Obat?. Baunya terasa aneh ..." gumam Jia-Sheng. Ia mencium bau yang menguar dari kantung kain kecil yang ia bawa itu dan mencium bau yang sangat kuat dan menyengat sampai membuatnya kembali tersadarkan akan sesuatu.
"Obat ... obat ... obat?!"
Jia-Sheng baru saja memutar ingatan kehidupannya yang sebelumnya sebagai seorang dokter muda ternama bernama Lu Xiang dan kini ia harus hidup menjadi Huang Jia-Sheng, satu-satunya murid perempuan dari tabib istana Wang Weiyi yang akan mati dibunuh gurunya sendiri. Namun itu adalah timeline pertama di cerita novel.
Timeline kedua, Jia-Sheng akan mati di tangan Yue Fei yang telah terlahir kembali untuk balas dendam pada mereka yang telah membuatnya mati secara tak terhormat. Kanselir Qin Hui, istrinya nyonya Wang, lalu tabib istana Wang Weiyi dan muridnya yang ikut terlibat yakni Huang Jia-Sheng.
Kanselir Qin Hui dan istrinya itu bersekongkol untuk membunuh jendral Yue menggunakan racun yang dibuat oleh Wang Weiyi. Namun jauh sebelum dibunuh, jendral Yue di dalam sel tahanannya juga telah disiksa dengan berbagai cara salah satunya menggunakan obat-obatan unik buatan Wang Weiyi yang bisa dikatakan sebagai racun. Semua itu untuk memaksa jendral Yue mengaku atas perbuatan yang tidak pernah ia lakukan.
Semua orang tau jika jendral Yue Fei adalah orang berprestasi yang telah melindungi kekaisaran Song dengan kesetiaannya yang tinggi. Namun ketika di penjara, Jendral Yue harus dipaksa mencopot kesetiaannya dan dipaksa untuk mengatakan jika ia adalah pemberontak dan berniat mengkhianati kepercayaan kaisar Gao Zhong.
Di Timeline kedua, Yue Fei yang telah terlahir kembali dan diberi kesempatan untuk mengulang kehidupannya itu berniat untuk menyingkirkan kanselir Qin Hui dan semua anak buahnya dari sisi kaisar Gao Zhong dan kekaisaran Song karena keberadaan mereka seperti parasit yang akan merusak kedamaian kehidupan di Song.
Namun tujuan pertama Yue Fei untuk ia singkirkan adalah tabib Wang Weiyi dan muridnya yang secara tak langsung telah membantunya menderita selama ia berada di dalam penjara karena Jia-Sheng ditugaskan untuk mengantar berbagai racun ke penjara untuk menyiksanya.
"Aku ... hidup kembali ... di dunia novel?!" Batin Jia-Sheng setelah ia mendapatkan ingatan tentang dirinya di kehidupannya saat ini dan saat mengingat kehidupan sebelumnya.
Jia-Sheng masih ingat dengan buku novel fiksi sejarah yang pernah ia baca di tengah kekosongan hidupnya setelah ditinggal pergi kekasihnya.
"Hei!. Kau membawa obat untuk jendral Yue?. Kenapa hanya diam disana?. Cepat masuk!" Ucap seorang prajurit yang menjaga pintu menuju sel tahanan khusus jendral Yue.
Jia-Sheng terkejut dan berhenti berfikir dengan refleks lalu memasuki pintu sel tahanan. Sebelum sampai ke sel tahanan yang masih ada di ujung lorong. Jia-Sheng melihat seorang pria yang nampaknya tengah menunggunya. Itu adalah kanselir kaisar, yakni tuan Qin Hui.
"Kau bawa obatnya?" Ucap pria itu pada Jia-Sheng.
"Ah, ya. Ini ..." ucap Jia-Sheng. Ia terlihat seperti orang yang baru saja bangun dari tidurnya dan masih terlihat linglung, jadi Jia-Sheng hanya menuruti semua perkataan yang datang untuknya begitu saja.
Setelah memberikan kantung berisi obat itu kepada Qin Hui. Jia-Sheng hanya terdiam di tempat sambil memikirkan lagi, apa yang terjadi padanya.
Jia-Sheng kemudian ingat jika dari novel fiksi sejarah yang ia baca, seharusnya saat ini ia tengah mengantarkan racun!.
Deg!
ARGH!
Jia-Sheng terkejut ketika ia mendengar suara jeritan yang terdengar sangat menyakitkan dari dalam ruangan sel disana.
Insting Jia-Sheng sebagai seorang dokter masih ada dan secara refleks ia berlari masuk untuk melihat suara seseorang yang nampaknya tengah disiksa menggunakan racun yang baru saja ia bawa tadi.
Begitu ia melihat sosok yang mendekam di dalam sel tahanan, hati Jia-Sheng merasa retak. Ia langsung tau jika sosok yang di dalam tahanan itu adalah sosok karakter utama pria dalam novel.
Itu adalah jendral Yue Fei dan kanselir Qin Hui yang tengah menyiksanya dan memaksanya untuk membuat Jendral Yue mengakui kesalahannya jika ia adalah pengkhianat. Jia-Sheng tentu sangat familiar dengan kisah novel ini karena karakter utamanya menggunakan refrensi pahlawan di dunia nyata yang begitu di hormati warga Tiongkok.
Tapi ini bukanlah soal kisah novel ataupun sejarah yang telah terjadi di masa lalu. Setidaknya untuk Jia-Sheng.
Hal yang sangat membuatnya terkejut dan membuat dadanya sakit adalah ketika ia tak menyangka jika jendral Yue Fei memiliki rupa yang sangat mirip dengan tunangannya dulu, terutama di bagian matanya. Dan sekarang apa yang ada di hadapannya adalah pemandangan yang membuat jiwa kemanusiaannya bergejolak, terlebih sosok itu begitu mirip dengan almarhum tunangannya di masa lalu yang gagal ia selamatkan nyawanya.
Secara alami, Jia-Sheng keluar dari plot cerita novel dimana karakter Huang Jia-Sheng seharusnya adalah gadis yang tidak peduli dan kurang empati, liar, dan merupakan murid yang hanya bisa patuh pada gurunya. Semua perkataan gurunya akan ia turuti tanpa bertanya apakah itu benar atau salah.
Namun Jia-Sheng yang saat ini bukanlah murid dari tabib bajingan yang membantu kanselir istana untuk menyiksa dan membunuh jendral Yue. Jiwa dari Jia-Sheng saat ini adalah jiwa yang mulia yang akan tergerak ketika ia melihat sesuatu yang membuat hatinya sakit. Jadi, Jia-Sheng tidak bisa mengabaikan kekejaman yang terjadi di depan matanya.
Tidak peduli dengan plot novel dan takdir langit. Ia masihlah seorang dokter meski di kehidupan sebelumnya ia telah menyerah dan menyetel status untuk dirinya sendiri sebagai seorang dokter sampah. Status itu ia sematkan dalam dirinya berdasarkan perasaan penyesalan dan rasa bersalah karena tidak dapat menyelamatkan kekasihnya dari kematian.
Jia-Sheng sadar sepenuhnya jika ia tidak bisa melawan takdir langit, namun saat ini ia merasa langit memberinya kesempatan lagi sehingga tanpa banyak berfikir, Jia-Sheng mendorong masuk pintu sel dan pergi mendorong kanselir Qin Hui yang culas dan kejam itu. Ia tidak ingin melihat pemandangan seperti di kehidupan sebelumnya karena kekasihnya meninggal sehingga dalam kepalanya kini hanya tertulis satu perintah.
"Selamatkan Jendral Yue!"