"Ada apa, dokter Dong?" tanya Eunsoo yang sudah berada di ruangan Mino. Ia semakin bingung saat melihat Mino tak melepas senyumnya.
"Selamat!" ucap Mino.
"Se-selamat? Untuk apa?" tanya Eunsoo bingung.
"Sudah kuduga kau tidak tahu tentang ini." ucap Mino dengan senyum usilnya.
"Apa maksudmu, dokter Dong? Aku tidak tahu tentang apa? Apa ini berhubungan dengan kecocokan ginjalku dengan presdir Kwon?" Eunsoo benar-benar clueless dengan ucapan selamat yang diberikan Mino.
"Ada janin berumur tiga minggu dalam perutmu. Kau hamil, Eunsoo-ssi!" Mino terlihat puas setelah memberikan kejutan pada Eunsoo.
"Ha—mil? Aku?" tanya Eunsoo.
"Bukankah itu hampir tidak mungkin? Kami hanya melakukannya sekali." Eunsoo masih tidak percaya dengan kabar yang Mino berikan.
"Bahkan meski hanya sekali, tidak menjamin kau tidak mungkin hamil. Apa sebelum melakukannya, masa periodemu baru selesai atau baru akan mulai?" selidik Mino.
Eunsoo mengingat-ingat lagi, setelah menemukan ingatannya, hanya helaan napas panjang yang terdengar berikutnya.
"Woaaahh. Aku tidak pernah menyangka Taehyun akan lebih dulu menjadi seorang ayah di antara kami." Mino akhirnya mengucapkan kata-kata yang ditahannya dari tadi setelah mendengar helaan napas Eunsoo.
* * *
Beberapa waktu lalu putra bungsu keluarga Choi membuat kesalahan. Seungyoon tengah dalam perjalanan menuju tempat yang sudah sangat lama ia kunjungi. Ia ingin menyiapkan kejutan untuk ke empat sahabatnya karena akhir-akhir ini hidup mereka penuh dengan tekanan.
Saat Seungyoon sedikit menekan pedal gasnya karena jalanan yang sepi, seorang pria tua berjalan mendorong gerobak yang dipenuhi hasil kebun keluar dari hutan dan Seungyoon tak dapat menghindari kecelakaan. Mobilnya membentur gerobak cukup keras dan Seungyoon langsung menekan pedal rem dengan sangat keras hingga membuat kepalanya terbentur sedikit.
Tak butuh waktu lama, Seungyoon segera sadar dengan yang terjadi lalu bergegas keluar dari mobil untuk melihat keadaannya, kaki pria tua itu tertimpa gerobak yang berat dan tak bisa bergerak. Seungyoon langsung mengangkat gerobak dan melihat kaki pria tua yang terdapat lebam keunguan dan bengkak. Tanpa banyak bertanya Seungyoon membawanya ke rumah sakit terdekat. Dokter dan perawat IGD yang melihat Seungyoon memapah kakek tadi langsung menghambur dengan ranjang rawat.
"Apa ada yang terluka, tuan muda? Anda baik-baik saja?" seorang dokter yang mengenalinya sebagai anak dari presdir Choi langsung bertanya dengan wajah khawatir dan mata yang memeriksa setiap inci tubuh luar Seungyoon. Bukan tanpa alasan dokter itu mengenali memanggil Seungyoon sebagai tuan muda. Rumah sakit ini didirikan presdir Dong dan memajang foto semua anggota inti dari Bigbang Corp di sebuah ruangan dimana para dokter dan perawat takkan mungkin melewatinya tanpa memandang wajah-wajah anggota inti Bigbang Corp.
"Tidak. Aku baik-baik saja. Kau tangani saja pria tua yang kupapah tadi. Pastikan tidak ada yang terlewat." Jawab Seungyoon dengan wajah yang tak melepaskan pandangannya dari pria tua yang tengah ditangani pengobatannya.
"Baik, tuan muda. Sebaiknya anda beristirahat karena meski anda terlihat baik-baik saja, saya akan tetap melakukan observasi untuk memastikan anda benar-benar baik-baik saja." ucap dokter Heo Seojin – terlihat dari nametag –
"Arraseo. Cepat kau tangani dia, dokter Heo." Perintah Seungyoon, "Ah! dokter Heo!" panggil Seungyoon.
"Ya, tuan muda?" dokter Heo segera kembali ke hadapan Seungyoon.
"Jangan laporkan tentang ini pada presdir Dong atau ayahku. Kau tahu seperti apa mereka dan betapa repotnya berurusan dengan mereka, bukan?"
Dokter Heo mengangguk dan segera berlari menuju pria tua yang tengah ditangani dokter magang lalu mengambil alih tindakan seperti keinginan Seungyoon.
Pria tua yang dibawa Seungyoon sudah pindah ke ruang perawatan. Dokter Heo menjelaskan jika luka lebam keunguan dan bengkak pada kaki pasiennya tidak sepenuhnya disebabkan kecelakaan, juga menjelaskan tidak ada keretakan pada tulang. Seungyoon masuk dan mellihat pria tua itu sedang istirahat. Ia duduk dan memutuskan untuk menunggu hingga pria tua itu sadar.
Saat pria tua itu sadar, "Bagaimana perasaan anda, pak?" tanya Seungyoon dengan wajah khawatir.
"Oh-ah… Aku tidak apa-apa, tuan muda. Maaf sudah merepotkan anda." Jawab pria tua itu kikuk. Ia terkejut melihat Seungyoon masih berada di sini, saat mendapat perawatan pria tua itu diberitahu bahwa orang yang menyelamatkannya adalah tuan muda dari Bigbang group. Pria tua itu tahu Bigbang group adalah grup perusahaan yang berpengaruh di Korea Selatan.
"Jangan. Jangan memanggilku tuan muda. Aku hanya beruntung saja, dan lagi, aku tidak merasa direpotkan. Akulah yang harusnya minta maaf karena menabrak gerobak anda." Seungyoon meraih punggung tangan pria tua itu dan menggenggamnya erat.
"Ah iya, boleh saya bertanda pada anda, pak?" tanya Seungyoon kemudian.
"Kakek Go, panggil saja aku kakek Go, tuan muda. Tentu anda boleh bertanya." Jawab kakek Go.
"Dokter menjelaskan bahwa lebam keunguan pada kaki kakek sudah berlangsung cukup lama, bukan hanya karena kecelakaan. Bagaimana bisa kakek mendapatkannya?" tanya Seungyoon dengan wajah serius dan penasaran.
Kakek Go mengubah posisinya, ia mencoba untuk duduk dan Seungyoon dengan sigap langsung membantu, "Saya seorang petani. Hari-hari saya berada di pertanian, menanam, merawat dan memanen. Setiap kali tanaman bisa dipanen, saya langsung menjualnya ke penadah. Rumah penadah berada di desa seberang, maka saya harus mendorong gerobak dan menyeberang untuk bisa sampai di sana. Karena saya melakukannya seorang diri, di umur yang tidak muda lagi, seringkali saya terjatuh dan tidak pernah tahu bahwa ada lebam di kaki." ungkapnya.
Seungyoon mengiba mendengar cerita kakek Go, "Apa tidak ada yang membantu kakek? Anak atau… cucu mungkin?" tanya Seungyoon lagi dengan perlahan, takut pertanyaannya menyinggung.
"Istriku sudah lama meninggal dan putera satu-satunya pun telah menyusul ibunya…" suara kakek Go tertahan. Seungyoon merasa bersalah karena menanyakan tentang itu.
Seungyoon berpikir sejenak.
"Apa boleh aku memindahkan kakek ke rumah sakit lain?" tanya Seungyoon kemudian.
"Ha? Kenapa anda ingin melakukannya? Aku baik-baik saja. Dokter bilang dalam tiga hari aku sudah bisa pulang." kakek Go sedikit panik mendengar pertanyaan Seungyoon.
"Aku ingin memastikan kakek benar-benar dalam kondisi yang baik, ini tidak akan memakan waktu lama. Aku berjanji, setelah memastikan kondisi kakek, aku akan langsung mengantar kakek kembali ke rumah." tawar Seungyoon.
"Tapi, pertanianku…" ucap kakek Go ragu.
"Maafkan aku sebelumnya, selagi menunggu kakek di IGD tadi, aku sudah meminta beberapa pegawai untuk menyelesaikan pekerjaan kakek yang tertunda karena kecelakaan. Jika kakek setuju, mereka akan terus berada di pertanian kakek sampai kakek kembali ke sana." jawab Seungyoon dengan lembut.
Meski Seungyoon terlihat keras di luar, namun pada kenyataannya, Seungyoon lebih mudah iba pada orang lain yang terlihat kesusahan dan hati yang pengiba itu didapatnya langsung dari sang ayah, presdir Choi.
Pernah suatu hari, Sohee harus menunggu selama tiga jam dan melewatkan tiga penerbangan kembali dari Jepang seorang diri karena suami dan anak-anaknya, presdir Choi, Jiho dan Seungyoon, berada di sebuah kedai ramen kecil pinggir jalan untuk membantu seorang wanita tua yang sendirian berjualan karena hari itu Jepang tengah melakukan ujian universita dan anak yang seharusnya membantu sedang ujian.
Kakek Go setuju untuk pindah setelah Seungyoon kembali meyakinkannya. Seungyoon memindahkan kakek Go ke rumah sakit Ildong, rumah sakit rekanan Bigbang group. Seungyoon sengaja memilihnya untuk menghindari laju cerita tentang kecelakaan yang terjadi hari ini.
Rumah sakit rekanan ini tidak langsung berada di bawah Bigbang group karena ini adalah rumah sakit kerjasama dengan beberapa perusahaan lain.
* * *
Hari kelima setelah kakek Go dirawat di rumah sakit Ildong. Seungyoon kembali menjenguk setelah beberapa hari terakhir ia tak menjenguk.
"Bagaimana keadaan kakek?" tanya Seungyoon sambil menaruh parsel buah yang dibawanya.
"Oh, kau datang? Aku sudah sangat baik, nak Seungyoon. Aku ingin segera kembali ke rumah." pinta kakek Go.
Seungyoon tersenyum. Hari ini dirinya mendapat laporan kesehatan kakek Go dan sepertinya kakek Go harus dirawat sedikit lebih lama dari perkiraannya.
"Sepertinya kakek belum bisa pulang dengan cepat. Dokter Ahn yang merawat kakek baru saja bilang padaku kalau mereka harus melakukan pemeriksaan lanjutan pada kakek, tapi kakek tenang saja. Pegawaiku akan tetap berada di pertanian kakek sampai kakek kembali. Hasil penjualan hasil pertanian kakek juga sudah masuk ke rekening bank kakek." Jelas Seungyoon.
"Begitukah? Apa aku sakit parah?" tanyanya penasaran.
"Kita harus menunggu lebih pasti, Kek. Maaf karena aku baru datang lagi, ayah temanku sedang sakit jadi selama beberapa hari terakhir ini aku menemaninya." Seungyoon tersenyum tidak enak sembari membuka parsel buah yang dibawanya lalu membuka salah satu apel yang ada di sana.
"Lalu bagaimana keadaan ayah temanmu?" tanya kakek Go.
"Dokter terhebat yang kukenal menanganinya dengan baik. Makanlah, Kek." Seungyoon memberikan apel yang telah terkupas kulitnya kepada kakek Go.
Seungyoon kembali memulai cerita tentang hal-hal yang ditemukannya seolah ia tengah bercerita dengan kakeknya.
* * *
Ketiga sahabatnya sudah berada dalam ruangannya. Mereka duduk menunggu Mino buka suara tentang alasan mereka dipanggil di tengah kesibukan yang menderu mereka.
"Apa alasannya kau menyuruh kami datang, Mino-ya?" tanya Seunghoon kemudian.
"Kita tunggu Taehyun, dia juga harus mendengar soal ini." jawab Mino.
Mereka masih menunggu kedatangan Taehyun dengan menyibukkan diri berbincang tentang yang terjadi akhir-akhir ini. setengah jam berlalu dan Taehyun belum muncul diantara mereka juga.
"Aissh, kemana anak itu?" keluh Mino. Ia mengambil ponselnya untuk menghubungi Taehyun lagi. Masih menekan tombol untuk menghubungi Taehyun, tiba-tiba pintu ruangannya terbuka.
"Apa yang ingin kalian bicarakan?" Taehyun masuk membuka pintu ruangan lalu masuk bersama Eunsoo.
"Bukan kami, tapi dia." Jawab Seungyoon sambil menunjuk Mino.
"Taehyun-ah, selamat! Yaa~ kau benar-benar lelaki sejati." Mino menghampiri Taehyun sambil mengulurkan tangannya ke Taehyun, membuat teman-temannya termasuk Taehyun sendiri bingung.
"Eh? Eunsoo-ssi, kau belum memberitahunya?" tanya Mino yang kecewa karena uluran tangannya tak disambut Taehyun.
"Belum." Jawab Eunsoo pelan sambil menunduk malu.
"Aish. Taehyun, kau akan menjadi ayah!" ucap Mino.
"MENJADI AYAH?" Taehyun, Jinwoo, Seunghoon dan Seungyoon mengulang bersamaan dengan wajah terkejut.
"Jadi? Eunsoo hamil?" tanya Seungyoon lagi.
"Kalau bukan Eunsoo, siapa lagi? Aku?" sinis Mino.
"Wooaah, daebak!" seru Seunghoon.
"Jadi, anak yang pertama lahir dari keluarga maknae lagi? Seperti aku." Ledek Jinwoo.
Entah merasa malu atau takut dengan reaksi Taehyun, Eunsoo memilih keluar dari ruangan itu. Meninggalkan kelima pria yang mulai berisik karena kabar kehamilan Eunsoo.
"Coba, jelaskan padaku." potong Taehyun yang masih speechless sembari mencerna kabar yang diberikan Mino.
"Eunsoo mengandung anakmu, Kwon Taehyun, Usianya memasuki tiga minggu." Jelas Mino.
Taehyun akhirnya mengerti, ia bergegas menyusul Eunsoo. Namun Mino menghentikan langkahnya sesaat, "Kau harus benar-benar menjaganya karena kandungannya cukup lemah, Taehyun-ah."
Taehyun keluar setelah mendengar pesan Mino terkait kandungan Eunsoo. Melihat ke kanan dan kiri namun tak melihat tanda-tanda keberadaan Eunsoo. Ia berjalan menyusuri lorong rumah sakit, memperluas pandangannya untuk menemukan Eunsoo. Langkahnya terhenti saat melihat sosok yang dikenalnya tengah berdiri di depan showcase minuman otomatis. Taehyun tak bisa menahan senyumnya saat melihat Eunsoo menundukkan wajahnya dengan tangan yang mengelus perutnya lembut.
Taehyun mendatangi Eunsoo dan memberikannya backhug, "Apa dia benar-benar—"
"Anakmu?" Eunsoo melepas tangan Taehyun yang melingkar di pinggangnya. Ia maju selangkah.
"Kau ragu apakah dia benar anakmu, kan?" sambung Eunsoo.
"Aigoo, kyeopta." Ucap Taehyun melihat tingkah Eunsoo yang menjadi sensitif.
"Heh?" celetuk Eunsoo yang tak percaya mendengar 'kyeopta' dari Taehyun.
"Kau sangat lucu." ulang Taehyun.
Mendengar itu, Eunsoo berbalik menatap Taehyun heran.
"Untuk apa aku mempertanyakan hal seperti itu padamu? Kau pikir aku tidak bisa membedakan mana wanita baik-baik, mana wanita murahan? Dia anakku, aku tahu itu." ucap Taehyun sambil tersenyum lembut pada Eunsoo.
"Lalu tadi?" tanya Eunsoo.
Masih dengan senyumannya, "Tadi aku ingin bertanya, apa dia benar-benar ada dalam perutmu? Apa kau sudah bisa merasakan kehadirannya? Kenapa kau tidak memberitahuku soal ini lebih dulu?" cecar Taehyun yang membuat Eunsoo menggigit bibir bawahnya karena malu.
"Sekarang, kau harus lebih banyak istirahat karena anakku butuh ibu yang sehat untuk tumbuh dengan baik. Kau juga sudah menemani ibukudi sini selama dua hari. Pulang dan beristirahatlah. Jangan beritahukan orang tuamu dulu, aku akan mengatakannya sendiri." Taehyun membelai lembut kepala Eunsoo.
"Tidak mau. Aku ingin tetap bersamamu, di sini." tolak Eunsoo.
"Kau ingin bersamaku hari ini saja atau selamanya?" Goda Taehyun yang berhasil membuat Eunsoo merunduk malu.
"Jika kau ingin bersamaku selamanya, pulang dan beristirahatlah, nyonya Kwon." Lanjut Taehyun.
"Nyonya Kwon?" ulang Eunsoo dengan pipi yang merona.
"Hmm. Nyonya Kwon." Ucap Taehyun.
Saat keduanya larut dalam kebahagiaan kecil, Seungyoon datang dengan terburu-buru. Ia menatap Taehyun dengan wajah khawatir, "Tehyun-ah. Presdir Kwon. Ayahmu, muntah darah."
Tanpa pikir panjang, Taehyun memutar tubuhnya dan berlari meninggalkan Seungyoon yang menyusulnya dan Eunsoo yang juga menyusul Taehyun meski sedikit lambat karena ia harus menjaga kandungannya seperti pesan Taehyun tadi.
"Ayah, bertahanlah. Kumohon." Pinta Taehyun.
* * *
Taehyun tiba di depan ruang rawat presdir Kwon dan menghadang Mino yang baru keluar dari ruangan presdir Kwon, "Bagaimana keadaannya?" tanyanya.
"Operasinya harus segera dilakukan." Jawab Mino singkat.
"Bagaimana dengan hasil tesnya, dokter Dong?" tanya Eunsoo yang baru tiba.
"Apa ginjal Taehyun cocok?" tanya presdir Choi yang juga baru datang.
"Sayangnya tidak, tapi ada seseorang yang cocok." Jawab Mino.
"Siapa?" tanya presdir Choi lagi.
"Yoon Eunsoo." Jawab Mino singkat.
"Kalau begitu tunggu apalagi? Ayo kita lakukan operasinya." Ucap Eunsoo.
"Tidak bisa." tolak Mino.
"Eunsoo sedang mengandung. Kondisi kandungannya cukup lemah, dan lagi Eunsoo tidak akan bisa melahirkan dengan satu ginjal." Jelas Mino.
"Lakukan saja, kumohon. Lagipula usianya baru tiga minggu. Banyak orang yang berharap presdir Kwonberumur panjang." Ucap Eunsoo.
"Apa maksudmu bicara seperti itu? Kau pikir ayahku akan hidup bahagia setelah tahu, cucunya harus berkorban nyawa untuknya?" sinis Taehyun.
"Kau pikir dia akan berterimakasih padamu setelahnya?" sambung Taehyun.
"Tidak, Yoon Eunsoo! Ayahku bukan orang seperti itu. Aku akan mencari donor ginjal untuknya, pasar gelap China bisa memberikanku apa saja. Jadi, jangan pernah berpikir untuk melakukan operasi tanpa sepengatahuanku. Kau mengerti?" Taehyun meninggalkan Eunsoo bersama Mino, presdir Choi, dan Seungyoon untuk masuk ke kamar rawat presdir Kwon.
"Taehyun-ah." panggil Eunsoo.
Kemarahan Taehyun membuat semua orang bingung, meski merasa ide tentang pasar gelap ada benarnya tapi Mino tak ingin gegabah. Lebih baik mendapatkan donor dari orang terdekat lebih dulu.
* * *
Melihat presdir Kwon masih tidur karena efek obat yang disuntikkan membuat Taehyun tak bisa berpikir jernih. Haruskah ia benar-benar membeli organ dari pasar gelap? Terlebih setelah melihat nyonya Kwon tak berhenti menatap wajah suaminya sambil memegang tangan presdir Kwon.
Melihat Eunsoo yang rela mengorbankan dirinya apalagi bayinya untuk membuat presdir Kwon tetap hidup membuatnya sedikit protes kenapa ginjalnya tak sama dengan presdir Kwon?
"Euung." erangan kecil yang keluar dari presdir Kwon membuat ketiga orang yang ada di ruangan itu mawas.
"Kau sudah sadar? Kau baik-baik saja? Kau harus hidup, Ayah. Karena dia pasti ingin sekali melihatmu." Cecar Taehyun saat melihat presdir Kwon mulai membuka mata dan mencoba mengenali mereka dengan tatapannya.
"Dia? Eunsoo?" lirihnya.
"Bukan, presdir Kwon." Eunsoo menggeleng kecil lalu tangannya memegang perutnya. Presdir Kwon mengikuti arah pandangan Taehyun dan Eunsoo.
Awalnya presdir Kwon dan nyonya Kwon terlihat bingung kemudian mereka menyadari bahwa yang dimaksud putranya dan calon menantunya adalah janin yang sedang tumbuh dalam perut Eunsoo. Menerima kenyataan itu membuat presdir Kwon tak bisa berkata apa-apa selain air mata yang mulai jatuh. Presdir Kwon menatap putranya, tentu saja Taehyun menjawabnya dengan anggukan pelan.
"Benar, aku harus hidup untuk bisa melihat cucuku lahir dan tumbuh." Lirih presdir Kwon sambil menggenggam erat tangan nyonya Kwon.
"Kau melihatnya kan, Eunsoo? Betapa ayahku ingin melihat cucunya. Kau malah ingin menyuguhkan kematian cucunya sebagai ganti umurnya yang memanjang. Apa dia akan rela?" bisik Taehyun kepada Eunsoo yang hanya bisa menunduk.
Taehyun keluar, meninggalkan Eunsoo dan orang tuanya untuk bertemu dengan sahabat-sahabat dan ayah mereka. Seorang pengawal keluarga Choi menghampiri dan berbisik ke telinga Presdir Choi.
"Apa?" Seru keterkejutan Presdir Choi yang membuat semua orang menatapnya.
"Ada apa, Hyung?" Tanya presdir Lee yang menghampiri.
"Kelompok Yakuza yang ditaklukan Jiyong kemarin datang berbondong bersama Dragon club. Mereka ada di bawah sekarang." Jawab presdir Choi dengan wajah bingung.
"Mau apa mereka kesini?" Tanya presdir Kang.
"Berdebat dan berlomba mendonorkan ginjal mereka untuk tuannya." Jawab presdir Choi singkat.
"Ini bisa saja menimbulkan keributan. Kau tunggu saja disini, biar aku yang tangani, Hyung." Tawar presdir Lee.
Presdir Lee turun ke lobi untuk menemui orang-orang yang presdir Choi maksud. Keluar dari lift, presdir Lee sudah disambut dengan pemandangan pria-pria berkemeja hitam berdiri berhadapan dengan pandangan yang tajam.
"Kalian pikir kalian yang pantas menjadi pendonor. Ginjal milik Yakuza seperti kalian tidak mungkin sehat. Tuan Kwon harus hidup lama bukan hidup sebentar karena ginjal kalian. Cih." Ejek pria berkemeja hitam yang berdiri paling depan seolah pemimpin.
"Apa bedanya dengan kalian? Kalian pikir, pengawal seperti kalian sehat? Siapa yang tahu apa saja yang masuk dan melukai ginjal kalian." Ejek balik pria di sisi lain dengan bahasa korea yang terbata.
"Apa kalian sedang memperebutkan mainan? Apa kalian pikir ini taman bermain?" presdir Lee berjalan mendekat ke kerumunan. Pertanyaannya mengalihkan pandangan kedua kelompok itu. Kelompok pria berkemeja hitam langsung membungkuk saat melihat presdir Lee, sedang yang lainnya masih berdiri lalu pemimpin kelompok yang membungkuk langsung menarik tangan pemimpin lainnya untuk membungkuk.
"Kembalilah." Sambung presdir Lee. Kedua kelompok pria itu berdiri setelah memberi hormat.
"tapi presdir—"
"Apa kalian pikir, kalian memiliki ginjal yang sehat semua? Apa kalian ingin presdir Kwon cepat mati dengan memakai ginjal kalian?" ucap presdir Lee sarkas.
"Kami akan menghubungi kalian jika memang membutuhkan ginjal kalian, jadi pulanglah sekarang. Tidak ada gunanya berdebat di sini." perintah presdir Lee.
"Kalian tahu kan tuan kalian tidak selalu bermain mulus. Bagaimana jika kehadiran kalian malah membuatnya tersandung sesuatu yang tidak seharusnya?" sambung presdir Lee.
Ucapan presdir Lee bukan cuma sembarang, ia tahu bahwa presdir Kwon memiliki dua jaringan bisnis dimana salah satunya adalah jaringan bawah. Maksudnya, presdir Kwon juga melalukan bisnis ilegal dengan nama lain G-Dragon. Bisnis yang dilakukan bukan cuma perdagangan ilegal domestik tapi juga internasional.
Kesetiaan pengikut berada di atas segalanya, mendengar ucapan presdir Lee tak butuh lama bagi kedua kelompok itu membubarkan diri.
Presdir Dong baru tiba saat melihat kelompok itu keluar, "Ada apa? Bukankah mereka? Kenapa mereka ke sini?" tanya presdir Dong saat tiba di depan presdir Lee.
Presdir Lee mengajak presdir Dong untuk berjalan bersama sambil menceritakan yang terjadi tadi. Keduanya tiba di lantai khusus yang hanya digunakan untuk mereka saja. Presdir Dong terkejut melihat Mino masih berada di ruang tunggu keluarga sedang seharusnya dokter itu berada di ruang tindakan bersama presdir Kwon.
"Oi, Mino! Kenapa kau masih di sini? Bukankah Jiyong harus segera dioperasi?" tanya presdir Dong pada puteranya.
"Satu-satunya ginjal yang cocok milik Eunsoo tapi ia sedang mengandung anak Taehyun jadi aku tidak bisa melakukan apa-apa selain menunggu donor ginjal yang cocok." Jawab Mino.
"Apa punya Taehyun tak cocok? Haruskah kupanggil pengikut Jiyong hyung lagi?" tanya presdir Lee yang bersiap menelepon.
"Kau mau Jiyong mati cepat? Lagipula sudah ada pendonor yang cocok dan mau memberika ginjalnya pada Jiyong." presdir Dong mencegah presdir Lee dengan ucapannya.
Mino tak melepaskan tatapannya ke presdir Dong. Ia terus menatap tanpa berkedip hingga presdir Dong balik menatap puteranya. Ada makna dalam tatapannya tapi presdir Dong menolak untuk memahami makna itu dan membuat Mino mengeluarkan suaranya, "Ayah."
Presdir Dong tersenyum, "Kenapa? Kau tidak mau ayah Taehyun selamat padahal ada ginjal yang cocok dengannya?"
Mino terkejut, ia tetap menatap presdir Dong. Ini bukan seperti Mino ingin presdir Kwon berumur pendek, hanya…
"Kenapa kau tidak mau memberitahu mereka? Apa kau takut kesalahan pada Haru akan terulang kembali?" sambung presdir Dong. Mendengar ucapan ayahnya, Mino langsung mengontrol emosi karena sang ayah membuka luka tentang Haru lagi.
"Sudahlah, Youngbae-ya." presdir Choi angkat bicara menengahi perseteruan ayah dan anak itu,
"Sudah lama kau ingin membunuhku karena telah menyalahkanmu membunuh Haru kan? Bukankah ini kesempatan yang bagus? Kau bisa membuka tubuhku, mengambil ginjalku untuk Jiyong lalu tinggalkan saja, sama seperti yang kau lakukan saat mengoperasi Haru." Lanjut presdir Dong.
"HENTIKAN!" Setelah berteriak, Mino meninggalkan ruangan itu.
Taehyun bahkan tak bisa menyalahkan Mino dengan sengaja tidak memberitahukan bahwa presdir Dong juga memiliki ginjal yang cocok dengan ayahnya. Taehyun mengerti perasaan Mino saat ini dan saat itu, saat Haru meninggal di meja operasi oleh tangannya sendiri.
* * *
"Psikiater Lee, anda harus datang. Terjadi sesuatu pada pasien Kang Seunghi."
Jinwoo membaca pesan dari rumah sakit miliknya. Sekarang ia tengah bingung karena saat ini Mino membutuhkannya sebagai teman tapi di sisi lain, Seunghi membutuhkannya sebagai psikiater.
Bersambung...