Hanya selang beberapa menit, Presdir Choi bersama keempat presdir lainnya sudah berdiri di hadapan anak-anak mereka. Tatapan kelima presdir itu tampak serius sedangkan kelima anak mereka menatap dengan tatapan yang menggelikan cenderung menyebalkan.
"Aiissh, sebenarnya ada apa kalian datang ke sini dan menyuruh kami tidak bergerak." Protes Seungyoon yang membuyarkan ketegangan diantara ayah mereka.
Mereka saling menatap, "Aku tidak tahan lagi. Ayo hyung kita pergi." ajak Seungyoon kepada teman-temannya. Saat Seungyoon beranjak, suara presdir Choi menghentikan langkahnya, "Tunggu!"
"Ada yang harus kami cari tahu dari kalian. Ini adalah hal yang serius." ucap presdir Choi.
"Berikan Kiss Note yang kalian pegang kepadaku." lanjut presdir Choi yang membuat anak-anak itu membulatkan mata dan berusaha menyembunyikan keterkejutan mereka.
"Kiss Note? Aku tidak mengerti maksud anda presdir Choi. Ahaha. Iyakan? Hahaha." Tawa Jinwoo jelas terpaksa, ia mencoba berbohong.
"Lee Jinwoo!" tegur presdir Lee.
"Kami tidak tahu apa itu Kiss Note, presdir." Sangkal Mino.
"Mino!" tegur presdir Dong. Kedua presdir itu menegur seakan tahu anak mereka tengah berbohong dan kembali seperti Jinwoo, Mino pun terdiam mendengar teguran ayahnya.
"Begini—"
-BRUGG-
Ucapan Taehyun terhenti dan ia terbelalak saat melihat buku berwarna merah muda dilempar ke atas meja. Bukan hanya Taehyun, ketiga sahabatnya bersama para presdir juga terkejut melihat Kiss Note ada di hadapan mereka. Yang satu terkejut karena Seungyoon mengeluarkan Kiss Note, yang lainnya terkejut karena buku sakral itu sudah mereka tinggalkan dalam waktu yang lama tapi sekarang anak-anak mereka memegang bukuitu, buku yang terlihat seperti sebuah ancaman untuk mereka bahkan terlihat seperti malaikat maut yang mereka hindari.
"Ya! Choi Seungyoon!" teriak Jinwoo.
"Kenapa? Tidak ada gunanya membohongi dan membuat marah ayahku, hyung." jawab Seungyoon. Jinwoo kembali diam, Seungyoon benar bila kembali melihat bagaimana presdir Choi menangani kasus Seunghi kemarin.
"Lagipula, apa kalian tidak penasaran, bagaimana mereka bisa tahu tentang buku itu? orang lain mungkin akan biasa saja saat melihat buku ini karena buku ini tampak seperti buku biasa, tapi mereka. Mereka tampak terkejut melihat buku ini, artinya ada sesuatu antara mereka dan buku inikan." jelas Seungyoon setelah memperhatikan ekspresi wajah kelima presdir itu, bahkan presdir Lee sampai reflek selangkah mundur karena terlalu terkejut.
"Bagaimana bisa?" bisik presdir Lee.
"Ayah." panggil Seungyoon yang menyadarkan presdir Choi dari ketertegunannya.
"Aku akan mengambil buku ini." presdir Choi sudah melangkah maju dan mengulurkan tangannya untuk mengambil buku itu tapi ia kalah cepat dengan Seungyoon. Putranya lebih dulu mengambil buku itu.
Presdir Choi mengangkat wajahnya dan menatap Seungyoon, "Berikan buku itu, Seungyoon-ah. jebal!" pintanya, namun Seungyoon menggeleng pelan sambil tetap menggenggam buku itu.
"CHOI SEUNGYOON!" bentak presdir Choi.
"Percuma, ayah. Mau kau teriak sekencangapapun, buku ini takkan berpindah tangan. Kecuali kau mau berbagi cerita hubungan kalian dengan buku ini pada kami." Tawar Seungyoon yang membuat para ayah itu terdiam.
"Atau.... haruskah kutanyakan pada Kiss Note tentang ini?" goda Seungyoon.
"Tidak perlu!" cegah presdir Lee spontan.
"Hyung, mereka sudah terlanjur memegangnya. Ceritakan saja pada mereka." pinta presdir Lee kepada presdir Choi yang dibalas helaan napas darinya.
"Buku itu bukan teman bermain atau bersenang-senang, Seungyoon-ah." buka presdir Choi yang terdengar pasrah.
"Aku tahu." Jawab Seungyoon datar, seperti bukan itu jawaban yang ingin didengarnya.
"Dia bisa saja memberi keberuntungan atau kesialan." Lanjutnya.
"Aku juga tahu itu." jawab Seungyoon masih dengan nada datar. Presdir Choi kembali menghela napas, ia bisa menduga anak-anak mereka sudah tahu banyak tentang buku itu.
"Buku itu juga bisa menempatkanmu dalam keadaan yang berbahaya. Jadi, berikan buku itu padaku. Kami akan menghancurkannya, oke?" bujuk presdir Choi.
"Kami ingin melakukannya sejak kami menemukannya 5 tahun lalu. Hanya saja kami tidak pernah bisa menghancurkannya. Buku itu tidak bisa dibakar, dirobek atau dibuang, karena buku itu akan kembali kepada kami dalam keadaan utuh." Jinwoo akhirnya angkat bicara.
"Lima tahun? Kalian sudah menggunakannya selama lima tahun?" tanya presdir Lee tak percaya.
"Itu buku sakral, Seungyoon-ah. Sangat sakral, itu sebabnya hukum buku itu—"
"Timbal balik." Taehyun memotong ucapan presdir Choi.
"Ini tidak bisa dibiarkan. Mereka tahu terlalu banyak, Seunghyun-ah." protes presdir Kwon mencengkeram bahu kanan presdir Choi.
"Lalu kau pikir aku bisa apa? Putraku bahkan sedang menggenggam buku itu." jawab presdir Choi sambil tak melepaskan pandangannya pada Seungyoon.
"Baiklah. Berikan buku itu padaku sekarang dan hentikan permainan kalian dengannya." perintah presdir Choi.
"Tidak bisa." celetuk Mino pelan.
"Apa katamu?" ucap presdir Dong tak percaya.
"Kiss Note seperti permainan ular tangga. Jika kami belum sampai di kotak finish maka permainan akan diteruskan oleh keturunan kami kelak. Oleh sebab itu, kami tidak bisa berhenti begitu saja. Kami bahkan tidak tahu posisi kami saat ini dan dimana kotak finishnya." Jelas Mino.
Presdir Choi pun diam dan terlihat berpikir tentang ucapan Mino. Tiba-tiba, "Ada orang di luar?" tanya presdir Choi. Dua orang yang berada di luar masuk memenuhi panggilan presdir Choi dan menunggu perintah selanjutnya.
"Bawa Seungyoon pulang. Sekarang!" perintah presdir Choi.
Kedua penjaga itu berjalan menghampiri Seungyoon, "Jangan sentuh aku!" teriaknya.
"Ayah." Seungyoon mencoba menyentuh presdir Choi namun ditepis.
"Buat dia pingsan jika dia menolak!" perintah presdir Choi lagi.
Kedua penjaga itu memegang lengan Seungyoon dan mulai menarik Seungyoon, namun pria itu meronta hingga salah satu penjaga memukul Seungyoon diantara bahu dan leher yang membuatnya pingsan lalu membawa Seungyoon keluar dari ruangan itu.
"Apa kalian ingin seperti Seungyoon?" tantang presdir Kwon mewakili ketiga presdir yang lain.
Jinwoo, Seunghoon, Mino dan Taehyun tak melawan. Meski terpaksa, mereka mengikuti perintah para ayah mereka untuk pulang.
* * *
Kelima anak muda itu dikurung di kamar masing-masing. Para ayah bahkan mengganti sandi pintu rumah untuk mencegah kaburnya anak-anak itu. Bahkan mereka memperketat dengan menambah jumlah penjaga lebih dari biasanya. Tidak ada jalan keluar untuk saat ini selain menuruti kemauan ayah mereka. Seungyoon menghubungi keempat sahabatnya dengan sambungan pribadi yang tidak diketahui ayah mereka. Sambungan pribadi yang terhubung dengan TV LED hingga mereka bisa melihat kondisi masing-masing saat ini.
"Bagaimana kabar kalian? Apa ayah kalian juga mengurung kalian?" Tanya Seungyoon.
Jinwoo, Mino dan Taehyun mengangguk, "Tentu saja, ayahku ahli dalam hal ini." jawaban Seunghoon membuat yang lain tertawa termasuk Seungyoon.
"Choi Seungyoon, bicaralah pada ayahmu. Presdir Choi adalah pilar utamanya, jika dia mengizinkanmu keluar maka kami juga bisa keluar dari sini. Aku ada operasi nanti malam." Bujuk Mino.
Seungyoon menggigit bibirnya dan tampak berpikir.
* * *
Ponsel Mino bergetar, sebuah pesan masuk tertera di layarnya. Pesan suara.
"Profesor Dong, aku sudah menemukan orang-orang yang tepat. Kau bisa menemui mereka. Hubungi aku segera."
DEG.
Pesan itu membuat keinginan Mino untuk keluar dari kamarnya semakin besar, "Aku harus keluar dari sini."
* * *
Beberapa hari setelah anak-anak mereka dibawa pulang dan dikurung, kelima presdir kembali bertemu untuk membicarakan kelanjutan dari hal tadi.
"Sssshhhh, aku hampir gila setiap hari mencari buku itu di taman kota tempat aku meninggalkannya 27 tahun yang lalu. Aku ingat persis meninggalkannya di atas bangku taman waktu itu, lalu Jinwoo mengatakan Taehyun dan Seunghoon menemukan buku itu di bangku taman yang sama. Kenapa aku tidak bisa melihatnya saat itu dan mereka bisa?" omel presdir Lee.
"Mungkin Kiss Note memang menunggu untuk ditemukan oleh mereka, haaa." presdir Kang menghela napas.
"Lalu, apa yang akan kita lakukan sekarang pada mereka dan buku itu, Hyung?" tanya presdir Dong.
Presdir Choi hanya diam dan diamnya presdir Choi membuat presdir Kwon geram, "Kenapa kau diam saja, huh?"
"Aku bahkan tidak mampu membuat lidahku bertanya seperti yang kalian lakukan. Hatiku tidak dapat menerima kenyataan Seungyoon sudah berkomunikasi dengan buku itu, bahkan mengancamku dengan buku itu." cara Seungyoon bicara padanya sambil menggenggam buku itu masih jelas tergambar dalam kepalanya.
"Kalian ingat apa yang dikatakan Mino?" pertanyaan presdir Choi membuat keempat sahabatnya tertegun.
"Kiss Note seperti permainan ular tangga. Jika kami belum sampai di kotak finish maka permainan akan diteruskan oleh keturunan kami kelak."
"Aku merasa sepertinya kita telah menyelesaikan semuanya pada Kiss Note saat itu, tapi kenapa buku itu malah muncul kembali di tangan anak-anak kita? Jika Kiss Note selalu bersama mereka, pasti ada yang kita lewatkan. Tapi, aku tidak tahu. Aku benar-benar tidak tahu. Ppfftt." Presdir Choi memijit dahinya memikirkan korelasi antara mereka, Kiss Note dan anak-anaknya.
* * *
"AYAH!!" teriak Seungyoon dari dalam kamarnya. Presdir Choi baru saja masuk ke rumah saat Seungyoon berteriak memanggilnya. Ia mendatangi pintu kamar Seungyoon dan memerintahkan penjaga yang berjaga untuk pergi.
"Ayah, kumohon jangan seperti ini. Kita bisa bicarakan ini. Tolong bukakan pintunya." Gedor Seungyoon. Saat gedoran ketiganya, Seungyoon terkejut mendengar sandi dimasukkan, ia mundur untuk menunggu pintu terbuka sempurna dan menampilkan presdir Choi yang berdiri di depan pintu.
"Ayah." katanya pelan.
"Duduklah." Ucap presdir Choi.
Seungyoon berjalan menuju pinggir ranjangnya untuk duduk, diikuti presdir Choi yang duduk di sofa single bergaya eropa yang berada di sisi kiri ruang kamar Seungyoon. Mereka berdua saling menatap satu sama lain, Seungyoon menunggu presdir Choi bicara dan presdir Choi tengah bersiap bicara pada anaknya.
"Haaa. Seungyoon-ah, kau tahu kenapa buku itu sangat sakral?" presdir Choi mulai bicara dengan nada yang lembut. Ketika sang ayah bersikap lembut, Seungyoon tak memiliki kemampuan untuk menjawabinya dengan kata-kata, ia menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban.
"Kiss Note berasal dari jaman Joseon, tiga abad yang lalu." lanjut presdir Choi.
"Saat itu ada sepasang kekasih yang saling jatuh cinta di jaman perebutan kekuasaan. Sang pria berasal dari fraksi Barat dan wanitanya berasal dari fraksi Selatan. Tentu saja perbedaan fraksi membuat mereka tidak bisa berhubungan secara terang-terangan, karena itulah mereka berkomunikasi melalui sebuah buku yang dikirim lewat orang kepercayaan mereka. Buku itu terus berpindah dari orang kepercayaan si pria ke orang kepercayaan si wanita untuk menyampaikan pesan yang mereka tulis di dalamnya, tapi semua tak berlangsung lama. Kedua keluarga mereka mengetahui, orang kepercayaan sepasang kekasih itu dipenggal." Cerita presdir Choi.
"Lalu sepasang kekasih itu?" tanya Seungyoon serius.
"Mereka berdua lari bersama, berjanji bertemu di sebuah pohon hendak keluar dari ibu kota. Namun belum sampai perbatasan, sang pria terkena anak panah beracun dari fraksi Selatan dan wanitanya terkena anak panah milik fraksi Barat. Meski keduanya terkena panah tapi tetap berusaha mencapai pohon tempat mereka pertama kali bertemu. Pohon itu juga merupakan tanda perbatasan kekuasaan fraksi Barat dan fraksi Selatan. Keduanya meregang nyawa di sana sambil berpegangan tangan. Saat itu, sang wanita lebih dulu meninggal karena kehabisan banyak darah. Menyaksikan sang wanita meninggal, sang pria menuliskan sumpahnya pada Kiss Note menggunakan darah mereka yang bercampur." Sambung presdir Choi bercerita.
"Sumpah?" ulang Seungyoon.
"Benar, dia bersumpah dalam buku itu. Bunyi sumpah itu adalah 'Aku bersumpah atas darah kami yang bercampur, jiwa ini akan abadi bersama buku ini. Buku ini akan menjadi saksi ketidak-adilan dunia pada kami. Jiwa ini akan menjadi jiwa pendendam yang akan terus menghantui orang-orang yang menyakiti kami bersama seluruh keturunannya. Rasa dendam yang terus hidup akan semakin hidup ketika ada salah satu keturunan mereka menyentuh buku ini hingga merubah warnanya. Maka orang itu dan sekitarnya tidak akan pernah lepas dari pengawasan kami. Sampai kami dengan suka rela melepaskannya.'" Presdir Choi menirukan sumpah yang diucapkan pria itu. Seungyoon cukup terkejut mendengar isi sumpah itu. Ia mulai menyambungkan semua kejadian yang mereka alami.
"Setiap keberuntungan yang kalian dapatkan berasal dari fraksi Selatan yang saat itu memegang kekuasaan, dan kesialan yang kalian dapatkan berasal dari ketidakberuntungan fraksi Barat yang kala itu berada di bawah fraksi Selatan. Itulah yang disebut timbal-balik, saat kalian mendapatkan keberuntungan, maka kesialanpun sedang mengikutimu di belakang. Bukan hanya itu, mereka atau buku itu juga meminta pengganti saat kau tidak sanggup memenuhi tantangan yang tertulis di sana." lanjut presdir Choi membuat Seungyoon menelan salivanya sendiri mendengar cerita sang ayah.
"Tapi, bagaimana bisa kau tahu sedetil ini ayah?" tanya Seungyoon.
"Karena aku dan ayah dari teman-temanmu yang menemukan buku itu 27 tahun silam." Jawab presdir Choi. Seungyoon membulatkan matanya.
Presdir Choi melanjutkan ucapannya, "Kupikir ini semua sudah berakhir karena kami pikir hubungan antara kami dan Kiss Note sudah terputus sejak Seungri tak bisa menemukan buku itu. Karena tak menemukannya, kami mengira buku itu sudah melepaskan kami. Saat kalian lahir, Bigbang Corp yang baru kami rintis, tiba-tiba melesat naik menjadi perusahaan yang diperhitungkan pebisnis negeri ini. Kesuksesan Bigbang Corp menjadi keberuntungan terbesar yang diberikan Kiss Note hingga kami tak menyadari bahwa kalian juga bisa terlibat setelahnya, dan benar, permainan dengannya masih berlanjut.
"Lalu apa yang harus kami lakukan, Ayah?" tanya Seungyoon yang mulai menunjukkan raut kekhawatiran di wajahnya.
"Melanjutkan permainan yang sudah dimulai, karena benar kata Mino, kalian atau kami tidak bisa menghentikan permainan begitu saja. Kami akan mengawasi kalian. Selalu." Jawab presdir Choi berusaha menekan kekhawatirannya karena sudah lebih dulu menemukan kekhawatiran di wajah anaknya.
"Ingat! Jangan meminta atau menanyakan hal yang mustahil. Kalian tidak tahu hal berharga apa yang akan diambil Kiss Note sebagai gantinya dan buku itu pasti punya maksud lain jika pertanyaan itu sudah dijawab."
Peringatan dari presdir Choi akan menjadi catatan dalam ingatan Seungyoon, "Ceritakan pada keempat sahabatmu tentang ini. Jika mereka bersikeras menolak untuk diawasi, aku tidak akan segan meminta presdir yang lainnya untuk mengirim mereka termasuk dirimu ke negara berbeda dan memutus semua jaringan komunikasi kalian. Kau mengerti, Seungyoon?"
Presdir Choi mulai berdiri dan berjalan ke arah pintu kamar putranya. Seungyoon menghentikan langkah presdir Choi dengan memanggilnya, lalu menatap ragu pada ayahnya.
"Apa. Kau mulai mengkhawatirkanku?" tanya Seungyoon pelan. Ia berbicara sangat halus, jika presdir Choi tak mengerti dari raut wajah dan gerak bibirnya mungkin presdir Choi akan berlalu.
"Kenapa aku harus 'mulai'? Sejak aku melihat wajah merahmu ketika lahir dan mata kita bertemu, tidak sekalipun aku berhenti mengkhawatirkanmu." Presdir Choi tak tersenyum lembut saat menjawab pertanyaan Seungyoon, ia justru berbalik dan kembali berjalan meninggalkan Seungyoon yang tertegun mendengar jawaban presdir Choi.
* * *
Seungyoon kembali menghubungi keempat sahabatnya, menceritakan apa yang presdir Choi ceritakan termasuk kenyataan bahwa selama tiga hari masa kurungan mereka, para ayah hanya mengganti sandi kamar mereka selama satu hari saja dan mengembalikan sandi di hari berikutnya. Keempat sahabatnya mendesis kesal mendengar cerita Seungyoon, bahkan Mino melempar bantal dari ranjangnya karena ia hampir tidak bisa melakukan operasi malam ini.
Mino menjadi yang pertama memutus sambungan telpon mereka karena harus bersiap ke rumah sakit untuk mengejar waktu operasi malam ini. Mino mengabaikan semua panggilan telpon yang masuk termasuk panggilan telpon dari presdir Dong, ia hanya mengirimi pesan tak bisa menghubunginya saat ini.
Jinwoo menjadi yang kedua memutus sambungan telpon untuk segera ke rumah sakit memeriksa kondisi Seunghi setelah hari kemarin Jinwoo mendapatkan kabar mengenai adik Seunghoon itu namun sengaja menyembunyikannya agar tak membuat Seunghoon panik karena ia sendiri belum melihat langsung yang terjadi dengan Seunghi.
Seungyoon menikmati makan malamnya dengan lahap seperti orang yang tak pernah menikmati makanan enak hingga membuat Jiho berdecak heran, "Ya! Seungyoon! Makanlah pelan-pelan, nanti kau tersedak. Kau bertingkah seperti baru bebas dari penjara dan tak pernah makan enak padahal ibu selalu membuatkan makanan kesukaanmu selama kau dikurung ayah di kamar."
"Aku ingin menikmati ini seperti menikmati makan malam terakhir sebelum ayah mengurungku bertahun-tahun seperti Seunghi." Sahut Seungyoon sambil terus mengisi mulutnya dengan makanan hasil masakan ibunya.
"Memangnya apa kesalahanmu sampai ayah akan mengurungmu bertahun-tahun?" tanya Jiho dengan tatapan polos.
"Memperkosamu." Seungyoon mengedipkan sebelah matanya meledek kepolosan Jiho.
"YA!" teriak Jiho sambil memukul punggung Seungyoon hingga nasi di dalamnya menyembur keluar.
"HYUNG! Berantakan!" protes Seungyoon yang membuat Jiho dan ibunya tertawa bersama, sementara presdir Choi hanya menahan tawa sambil menggelengkan kepala melihat tingkah kedua putranya.
Lalu Seunghoon. Pria ambisius itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi di balik meja kerjanya, "kami terlalu meremehkan mereka sampai tidak sadar kami telah dibodohi mereka. Ckck."
Terakhir Taehyun. Pria itu kembali menghenyakkan dirinya di atas ranjang empuk dan menenggelamkan dirinya dalam selimut putih tebak layaknya seorang bayi yang tengah tidur nyenyak.
* * *
Tengah malam.....
Setelah operasi selesai, Mino menghubungi seseorang. "Pertemukan aku dengan mereka besok."
Bersambung....