Seunghoon memberanikan diri mengetuk pintu ruangan presdir Choi. Mendengar pintu ruang kerjanya terketuk, presdir Choi menyuruh orang yang berada di seberang untuk masuk. Ia masih tak mengalihkan pandangannya dari dokumen-dokumen yang tengah diperiksanya.
"Presdir." sapa Seunghoon gugup.
Presdir Choi mengalihkan pandangannya dan melihat Seunghoon berdiri di hadapannya, "kupikir Kang Daesung yang akan datang lebih dulu ternyata putranya yang lebih dulu datang." gumamnya.
"Masuklah, Seunghoon." Sambungnya.
Seunghoon tiba di hadapan presdir Choi, "Apa aku benar-benar tidak boleh menemui Seunghi?"
"Jika ayahmu belum datang padaku itu artinya dia masih belum menyadari kesalahannya. Aku tidak mau mengambil resiko, Seunghi, adikmu harus benar-benar menjalani perawatan sampai sembuh tanpa gangguan dari siapapun." Jelas presdir Choi yang terdengar lebih tenang tidak seperti tempo hari di rumah sakit.
Seunghoon menghela napasnya berat setelah mendengar penjelasan presdir Choi, ia cukup kecewa.
"Kang Seunghoon." Panggil presdir Choi saat Seunghoon akan berjalan keluar dari ruangannya. Presdir Choi berdiri dan mendekat ke Seunghoon. Ia menepuk pelan bahu Seunghoon dan mengajaknya duduk di sofa.
"Kalau kau tidak keberatan, ceritakan semuanya padaku." presdir Choi tersenyum layaknya seorang bapak kepada anaknya. Seunghoon menatap lekat presdir Choi dan mulai berpikir bahwa ayah dari sahabatnya adalah orang yang baik meskipun memiliki tempramen seburuk Seungyoon.
Lima tahun yang lalu.
"Silho! Aku tidak mau dikurung, Ayah. Ibu, tolong aku. Oppa." teriak Seunghi saat presdir Kang menarik paksa dirinya menuju sebuah ruangan yang akan digunakan untuk mengurungnya.
"Masuk!" paksa presdir Kang.
"Ayah, kenapa kau melakukan ini? Lepaskan Seunghi, Ayah. Ini tidak benar." Isak Seunghoon yang saat itu berusia 21 tahun, ia berusaha menghalang ayahnya dengan tubuhnya.
"DIAM!" bentak presdir Kang sambil menyingkirkan tubuh Seunghoon dari hadapannya.
Presdir Kang tetap menarik paksa Seunghi masuk ke dalam ruangan itu sementara Seunghoon yang jatuh karena presdir Kang tak menyerah untuk menyelamatkan Seunghi. Presdir Kang menyuruh pengawal yang juga berada di sana menarik Seunghoon dan menahannya bahkan memberikan perintah memukul Seunghoon jika memberontak. Dalam berontaknya, Seunghoon dipukul oleh pengawal namun para pengawal presdir Kang melakukan kesalahan, mereka memukul kepala Seunghoon hingga darah segar mengalir di sisi wajahnya dan membuatnya pingsan. Seunghi yang melihat keadaan Seunghoon hanya bisa menangis tanpa suara, lututnya bahkan terlalu lemah membuat presdir Kang lebih mudah menarik tubuhnya masuk ke dalam ruangannya dan tubuh lemah Seunghoon menghilang dari pandangan Seunghi seiring pintu yang ditutup oleh presdir Kang.
Keesokan harinya, Seunghoon mencuri kunci ruangan dimana Seunghi berada dari ruang kerja presdir Kang. Dengan kepala yang masih diperban, Seunghoon membuka pintu dan meraih tangan Seunghi untuk mengajaknya keluar. Namun ucapan Seunghi menghentikan langkahnya.
"Aku akan menunggu, Oppa. Aku akan menunggu sampai Ayah mau menerimaku lagi." ucapnya dengan mata yang sudah basah karena air mata. Ia melakukan ini bukan tanpa alasan, Seunghoon adalah alasan utama Seunghi memutuskan ini, terlebih saat ini Seunghoon masih memakai perban untuk menutup luka di kepalanya.
"Seunghi." ucap Seunghoon dengan nada lemah.
"Kumohon, Oppa. Kau harus mengerti perasaan Ayah, yang terjadi padaku memang hanya akan mempermalukannya." Seunghi mengatakannya dengan isakan yang tertahan dan hal itu semakin menyakitkan untuk Seunghoon.
"Hentikan, Seunghi." Ucap Seunghoon lembut.
"Kita ikuti saja keinginan A—"
"HENTIKAN, Kang Seunghi!" bentak Seunghoon. Ia memotong ucapan Seunghi.
Isakan Seunghi pecah, ia berlutut dan suaranya memenuhi ruangan, "Aku tidak mau melihat kau terluka seperti kemarin, Oppa. Kita ikuti saja keinginan Ayah. Aku mohon." Seunghi menyatukan kedua telapak tangannya. Gadis itu tengah memohon kepada Seunghoon.
Seunghoon terkejut melihat Seunghi berlutut sambil memohon kepadanya. Dadanya semakin sesak, tidak ada yang bisa menahan air matanya untuk tidak turun melihat pengorbanan Seunghi. Ia hanya bisa mematung. Melihat tidak ada tanggapan dari Seunghoon, Seunghi mengambil kunci yang tergantung di pintu bagian depan dan memindahkannya ke pintu bagian belakang lalu perlahan mendorong pintu hingga tertutup. Seunghi mengunci dirinya dari dalam. Terlambat bagi Seunghoon untuk menghentikan Seunghi, meski ia mencoba menggedor dan mendobraknya tapi tak menghasilkan hal yang diinginkannya.
"Buka pintunya, Seunghi-ya. Aku mohon, jangan seperti ini." Seunghoon menggedor pintunya dengan kuat hingga gedorannya menjadi lemah.
Baik Seunghoon maupun Seunghi hanya bisa menangis dari tempat masing-masing.
"Sejak itu, Ayah selalu menyuruhku mempelajari semua hal yang berhubungan dengan perusahaan. Ia menjadikan Seunghi sebagai alat untuk membuatku menuruti keinginannya dan aku tak punya kekuatan selain mengikuti keinginannya. Aku melakukan semua keinginannya hanya agar Seunghi bisa keluar dari sana, tapi sebesar apapun usahaku, aku bahkan tak bisa menandingi Kwon Taehyun. Karena itulah, Seunghi masih berada di dalam sana selama lebih dari tiga tahun. Semua itu karena kesalahanku, Presdir." Jelas Seunghoon. Ia tak bisa menahan air matanya karena semua kejadian itu masih jelas terekam dalam kepalanya.
"Presdir, tuan Kang Daesung ada di sini." suara dari telpon di meja kerja presdir Choi menghentikan isakan Seunghoon.
"Presdir, aku masih belum mau bertemu Ayah." ucap Seunghoon pelan.
"Lima menit lagi suruh dia masuk." Jawab presdir Choi pada sekretarisnya diluar.
"Kau, bersembunyilah. Ada sebuah pintu di dekat rak buku itu, masuk ke sana dan tunggu sampai Ayahmu keluar dari ruanganku."
Seunghoon mengikuti petunjuk presdir Choi, sementara presdir Choi kembali ke mejanya dan menunggu kedatangan presdir Kang sambil kembali memeriksa dokumen yang ada di atas mejanya.
"Hyung." sapa presdir Kang agak ragu saat memasuki ruangan presdir Choi.
Presdir Choi tak membalas sapaannya, ia hanya memberikan arahan kepada presdir Kang untuk duduk di sofa yang ada di ruang kerjanya. Saat presdir Kang sudah duduk, presdir Choi menghubungi sekretarisnya untuk menyiapkan teh bagi presdir Kang lalu menyusul duduk di sofa.
Suasana menjadi hening karena tidak ada satupun dari mereka yang memulai pembicaraan. Mungkin dia ingin aku yang memulainya – batin presdir Choi.
"Haaa! Sampai kapan kau akan bungkam, Kang Daesung? Dan. Apa yang kau pikirkan selama ini hah? Bagaimana kau bisa melakukannya pada anakmu sendiri?" Presdir Choi mulai bicara. Ia tak meninggikan suara seperti sebelumnya. Presdir Kang hanya tertunduk diam.
"Mengurungnya selama lebih dari tiga tahun. Apa yang membuatmu tega melakukan itu?" sambungnya, masih menekan emosi.
"Proyek Anyang." Singkat presdir Kang.
"Proyek Anyang? Proyek yang kita kerjakan enam tahun lalu?" Tanya presdir Choi bingung.
Presdir Kang hanya menjawabnya dengan mengangguk, ia mulai mengangkat kepalanya, "Aku memakai uang dari Proyek Anyang yang tersimpan di bank Swiss untuk membayar uang tutup mulut pada seorang Yakuza Jepang." Jelasnya.
"Bagaimana bisa kau berurusan dengan mereka?" Meski mencoba menelaah penjelasan presdir Kang, presdir Choi tak mengerti hubungan cerita Yakuza dengan Seunghi.
"Aku membunuh berandalan yang memperkosa Seunghi dan aku baru tahu dua diantara berandalan itu adalah keponakan dan cucu dari Watanabe, Pemimpin Yakuza terbesar di Jepang. Saat Watanabe mengetahuinya, ia meminta sejumlah uang sebagai ganti nyawa orang-orangnya." jawab presdir Kang. Nada kesal dan sesal jelas terdengar berpadu dalam suaranya.
"Kenapa kau bisa begitu ceroboh, Kang Daesung?!" Suara Presdir Choi meninggi.
"Aku tidak bisa membiarkan mereka melakukan hal buruk." Jawab presdir Kang.
"HAL BURUK APA? KAU ADALAH KEBURUKAN ITU!" Bentak presdir Choi.
"BUKAN HANYA KELUARGAKU YANG DALAM BAHAYA TAPI MEREKA AKAN MEMBUAT KALIAN DALAM BAHAYA. KELUARGAMU, KELUARGA YOUNGBAE HYUNG, KELUARGA JIYONG HYUNG, BAHKAN KELUARGA SEUNGRI." Suara presdir Kang tak kalah besar, wajahnya sudah basah karena air mata yang mengalir.
"Kalian tidak ada hubungannya dengan ini, lalu atas dasar apa aku membahayakan hidup kalian?" nada bicaranya kembali turun, presdir Kang merasa pilihannya saat itu adalah yang terbaik. Presdir Choi tak memberikan tanggapan, ia merasakan beban yang selama ini dibawa presdir Kang dan tak ia ketahui.
"Aku membesarkan Seunghi dengan susah payah, menjaganya dan memastikan dia tumbuh dengan baik bukan untuk dilecehkan anak-anak brengsek itu, Hyung. Karena itulah tak perlu berpikir dua kali untuk membunuh anak-anak brengsek itu." sambung presdir Kang dengan terisak.
Presdir Choi hanya diam melihat presdir Kang mengeluarkan beban yang dipendamnya selama ini seorang diri. Membiarkan presdir Kang menangis adalah hal yang bisa ia lakukan saat ini sambil memikirkan semua kenyataan yang baru ia ketahui dari sahabatnya.
Mengurung putrinya agar ia tetap bisa menjalankan bisnisnya demi membayar hutang kepada Bigbang Corp, karena jika aib ini terbuka maka tak ada grup Kang yang sekarang terlebih ia bukan hanya melindungi keluarga dan perusahaannya tapi juga melindungi keluarga sahabatnya. Hal itulah yang membuat presdir Choi tak kuasa menahan air mata yang daritadi berkumpul di pelupuk matanya, sama halnya dengan Seunghoon yang daritadi mendengarkan semua percakapan presdir Choi dan ayahnya.
* * *
Jangan anggap dirimu seorang sahabat jika setetes air matanya tak bisa kau pahami. Aku bukan sahabat mereka karena aku hanya mampu merengek perhatian dan pemahaman mereka tanpa belajar mengerti perasaan mereka. Jika kau temukan orang yang terlebih dahulu mengerti dirimu tanpa kau pinta, maka kau harus menggenggam orang itu, karena ia adalah orang yang akan menjadi sahabat terbaikmu.
– Presdir Choi Seunghyun –
Bersambung.....