Hari ini adalah hari dimana Bigbang Corporation pertama kali berdiri. Malam ini adalah perayaan puncak dua puluh tujuh tahun berdirinya Bigbang Corporation. Semua tamu undangan sudah mulai berdatangan, hall yang disediakan untuk lima ribu undangan perlahan penuh. Dekorasi yang mewah menunjukkan kelas perusahaan multinasional ini, setiap detilnya mengundang pujian dan decak kagum tamu undangan terlebih perayaan ini menarik semua perhatian media nasional dan internasional.
Seluruh keluarga dari kelima perusahaan grup yang tergabung dalam Bigbang Corporation turut hadir. Keindahan gaun yang digunakan para istri presdir mengundang pujian sekaligus rasa iri wanita-wanita yang hadir di pesta itu. Setelan tuksedo yang dikenakan presdir menambah kegagahan mereka ditambah gelas wine yang ramping bak anak perawan membuat mereka semakin terlihat mempesona.
Hal yang sama terjadi dengan kelima putra mahkota tiap grup, mereka tampak memerankan kehidupan bak putra mahkota secara alami. Sedikit berbincang, sedikit menyapa tamu undangan dan menjaga attitude untuk mendapatkan rasa segan dari tamu undangan. Kearoganan yang dipelajari dari keluarga masing-masing membuat mimik wajah mereka sedingin es, mereka bahkan dijuluki ice princes. Pria-pria seumur mereka yang turut hadir diam-diam menyimpan dendam dan iri meski wajah mereka mengukir senyum di hadapan kelima putra mahkota itu. Sementara para wanita yang hadir, tak henti menebar godaan untuk mereka. Ada yang secara terang-terangan menyatakan keinginan mereka, ada yang hanya diam-diam memperhatikan tapi kemudian menjadikan kelima putra mahkota topik pembicaraan di media sosial dan pann selama sebulan.
Kelima anak muda itu mengerti apa yang dipikirkan para tamu undangan tapi mereka tak bisa berbuat apa-apa. Mereka dikontrak seumur hidup untuk berperan menjadi putra mahkota di pertengahan abad 20 ini. Ingin atau tidak, suka tak suka, kenyataannya mereka lahir di tengah keluarga terkaya di Seoul. Lahir dengan sendok emas mampu membuat orang berpikir bahwa kehidupan mereka akan selalu mulus dan indah tapi tidak ada yang tahu seberapa buruk kehidupan mereka di dalam. Mereka selalu mengatakan muak akan hidup yang mereka punya tapi tetap menjalankannya. Sangat mudah bagi mereka untuk menipu orang lain, terlihat bahagia dan menyembunyikan semua kemuakan mereka.
Mata presdir Kwon mulai menyisir sisi hall dimana ia bisa melihat wanita-wanita muda yang datang, bukan untuk mencari pengganti nyonya Kwon melainkan untuk mencari wanita yang bisa ia jadikan istri untuk putranya, Taehyun. Tiba-tiba ia tertarik dengan kejadian yang baru saja terjadi antara Taehyun dan seorang wanita muda yang tanpa sengaja menumpahkan minuman di pakaian mahal Taehyun.
"Omo! Maaf. Sungguh aku minta maaf." Wanita muda itu segera mengambil tisu dari tasnya dan membesihkan tumpahan jus di jas Taehyun.
"Tidak apa. Kau bisa pergi." Taehyun tak melihat wajah wanita yang awalnya panik karena tumpahan jusnya mengenai Taehyun namun belakangan raut wajahnya terlihat berubah.
"Ck. Dasar anak sombong." Cibir wanita tadi ke Taehyun yang melewatinya begitu saja.
"Kalian tunggu di sini, aku akan mengganti bajuku dulu." Taehyun meninggalkan teman-temannya dan berjalan menuju lift khusus yang ada di hall.
Presdir Kwon yang memperhatikan dari jauh tidak memalingkan pandangannya pada wanita yang bertabrakan dengan Taehyun, hingga membuat presdir Choi yang daritadi berbicara menghentikan pembicaraannya dan memandang ke arah yang sama dengan presdir Kwon tapi tak tahu apa yang dipandang sahabatnya itu.
"Apa yang kau lihat, Kwon Jiyong?" tanyanya.
Presdir Kwon tak menjawab. Sekali lagi presdir Choi mengikuti arah pandang presdir Kwon, kali ini lebih seksama. Ia memperhatikan setiap orang yang mungkin sedang dipandang oleh presdir Kwon, hingga ia menemukan seseorang dengan wajah yang tak asing. Seorang wanita dengan wajah yang mirip Yoon Eunhye tengah duduk diantara tamu undangan lainnya.
"Mirip sekali. Kwon Jiyong, dia mirip sekali dengannya."
"Aku tahu, karena itu aku akan mencari tahu tentangnya." Presdir Kwon berlalu, ia berjalan menuju wanita muda yang dilihatnya sedari tadi. Presdir Kwon bahkan mengabaikan panggilan presdir Choi.
Presdir Kwon telah berada tepat di depan wanita muda tadi. Sementara yang tamu undangan lain sedikit menundukkan kepala menyapa sopan kepadanya, wanita muda yang mengalihkan perhatiannya sejak tadi tidak menyadari keberadaannya.
"Permisi, nona." Sapa presdir Kwon sopan.
"Eh?" wanita itupun menoleh dan menemukan presdir Kwon –yang asing baginya- berdiri dekat dengannya.
"Bisakah kita bicara berdua sekarang?" tanya presdir Kwon masih dengan kesopanan yang ia miliki.
"Maaf, tapi saya tidak mengenal anda. Bisa kita bicara di sini saja?" wanita muda itu menolak dengan halus, ia tidak mengenal presdir Kwon tapi ia bisa melihat dari gelagat pria yang lebih cocok jadi ayahnya ini bukanlah pria tua yang jahat.
"Oh, tidak apa. Boleh kutahu namamu?" Presdir Kwon tidak bisa mendapatkan keinginannya dengan segera, ia mencoba menahan dirinya dan mimik wajahnya untuk tidak berubah.
"Eunsoo. Namaku Yoon Eunsoo."
* * *
Setelah kejadian itu, presdir Kwon tak lagi tenang. Ingatannya tentang Eunhye kembali berputar di kepalanya. Sampai di satu titik, presdir Kwon meminta salah satu orang kepercayaannya mencari tahu tentang wanita muda yang memiliki kemiripan dengan Yoon Eunhye –mantan kekasihnya-.
Kekuasaan dan uang menunjukkan kemampuannya, hanya dalam hitungan jam semua informasi yang dicarinya sudah terkumpul dalam satu amplop cokelat. Tak butuh waktu lama untuk berpikir, presdir Kwon sedang dalam perjalanan menuju kediaman sang wanita muda yang dimaksudnya.
Presdir Kwon mengetuk pintu apartemen dengan perlahan. Satu kali tidak ada jawaban. Dua kali. Saat presdir Kwon akan mengetuk untuk ketiga kalinya, terdengar bunyi pintu yang terbuka. Sebuah kepala menyembul keluar melihat tamu tak diundangnya.
"Maaf, anda siapa?" wanita muda itu bertanya pada presdir Kwon.
"Saya Kwon Jiyong. Apakah orangtuamu ada di rumah?" presdir Kwon balik bertanya pada wanita muda itu.
Sebelum akhirnya membuka pintu, mata wanita muda itu melirik ke jajaran pria berjas hitam di sebelah kiri presdir Kwon. Ia berjalan masuk setelah mempersilakan presdir Kwon masuk ke dalam apartemennya.
"Eomma, Appa, ada tamu untuk kalian."
Seorang wanita paruh baya muncul lebih dulu dari dapur untuk melihat tamu yang dimaksud wanita muda tadi, "Siapa?"
"Tuan Kwon Jiyong." jawab Eunsoo tenang.
"Siapa?" tanyanya sekali lagi. Ia merasa salah mendengar nama. Saat melihat wajah presdir Kwon, ada dentuman keras yang menghantam tubuhnya.
"Yoon Eunbi?" presdir Kwon tak kalah terkejut melihat wanita yang dikenalnya puluhan tahun silam ada di hadapannya.
"Jiyong oppa? Ba-bagaimana bisa…" lirihnya.
"Siapa yang datang, yeobo?" suara pria terdengar. Pria tinggi dengan tubuh berisi berjalan mendekat ke Yoon Eunbi berdiri.
"Oh, ini suamiku, Yoon Seunggoo. Yeobeo ini Kwon Jiyong, ah maksudku presdir Kwon Jiyong." Yoon Eunbi memperkenalkan suami dan presdir Kwon.
Yoon Seunggoo sedikit terkejut setelah mendengar embel-embel presdir di depan nama Kwon Jiyong hingga ia sedikit kikuk untuk membungkuk memberi salam.
Ketiganya duduk di sofa yang saling berhadapan. Suasana canggung cukup terasa. Wanita muda yang dipanggil Yoon Eunbi sebagai Eunsoo pun keluar membawakan minum dan sepiring cemilan untuk tamu mereka lalu kembali masuk ke kamar. Sesaat ia penasaran karena merasa pernah melihat presdir Kwon sebelumnya, sampai ia akan menutup pintu Eunsoo baru ingat bertemu presdir Kwon dimana.
"Bukankah kau di Kanada?" Presdir Kwon membuka suara memecah kecanggungan diantara mereka.
"Suamiku dimutasi ke Seoul tahun lalu." jawab Eunbi sekedarnya. Ada kekhawatiran yang menyergapnya saat mendapati presdir Kwon menatap ke arah kamar Eunsoo.
"Jadi, Yoon Eunsoo itu anakmu?" presdir Kwon kembali bertanya.
"Ya, dia anakku." Yoon Eunbi menjawab dengan tegas.
"Tidakkah dia mirip sekali—"
"Aku juga tidak mengerti kenapa wajah mereka sangat mirip, tapi dia bukan Eunhye eonnie. Dia putriku, oppa. Dia anakku." Yoon Eunbi memotong ucapan presdir Kwon. Rasa khawatir bercampur dengan takut sesuatu yang tidak pernah dibayangkannya mungkin saja terjadi setelah ini hanya karena kemiripan wajah dua wanita yang lahir berbeda era.
"Aku tahu." Presdir Kwon tersenyum seolah mengerti kekhawatiran Yoon Eunbi.
"Lalu kenapa kau datang ke sini?" meski suaranya terdengar tenang, namun getar kekhawatirannya masih terasa.
"Aku ingin menjadikannya menantu." Singkat presdir Kwon.
Bukan saja Yoon Eunbi dan suaminya yang terkejut mendengar ucapan presdir Kwon. Eunsoo yang ternyata daritadi sengaja menguping pun terkejut. Menantu katanya? batin Eunsoo.
* * *
Bagaimana bisa dua orang dari era berbeda memiliki wajah yang sangat mirip? Ini sebuah kebetulan atau keajaiban? Atau bagian dari reinkarnasi? Batin presdir Kwon saat perjalanan pulang setelah bertamu ke rumah Yoon Eunbi –adik dari Yoon Eunhye mantan kekasihnya-.
"Sekretaris Song, besok jemput Eunsoo jam 8 di rumahnya dan bawa ke rumah. Aku akan memperkenalkannya dengan Taehyun." Ucap presdir Kwon datar.
"Se-secepat ini, tuan?" tanya sekretaris perusahaan Song terbata.
"Sejak kapan kau mulai mempertanyakan perintahku?" sindir presdir Kwon.
"Chwesonghabnida."
Di apartemen keluarga Eunsoo.
Eunsoo masih tak habis pikir, bagaimana kedua orang tuanya bisa tak berkata apa-apa saat presdir Kwon mengatakan akan mengambilnya sebagai menantu? Meski perusahaan tempat ayahnya bekerja adalah salah satu perusahaan presdir Kwon, tapi apa presdir Kwon tidak bersikap keterlaluan?
"Jadi, setelah semua yang dilakukannya pada keluargaku, pada akhirnya ia ingin menjadikanku menantu sebagai permintaan balas budinya? Aaiissh! Yang benar saja?! Beruntung sekali hidup Kwon Taehee, Kwon Taeyoh, Kwon Taehyun atau siapapun itu! Aku akan melihatnya, kehidupan sempurna putra presdir Kwon yang akan merampas hal terpenting dalam hidupku." Eunsoo tak berhenti menggerutu di dalam kamarnya setelah mendapat berita bahwa besok ia akan bertemu dengan calon suaminya.
* * *
Pagi telah tiba, Kwon Taehyun bangun seperti hari-hari sebelumnya. Ia harus melakukan pemeriksaan ulang pekerjaan di ruang kerjanya, setelah selesai ia akan berpindah ke perpustakaan terbuka di rumahnya untuk membaca novel.
"Dia terlihat… manis." Eunsoo yang baru tiba di kediaman keluarga Kwon langsung melihat Taehyun yang tengah menyimpulkan senyum, senyum yang tak pernah dilihat oleh orang lain termasuk keempat sahabatnya.
Sekretaris Song yang melihat itu, bersikap sopan dengan meminta Eunsoo kembali jalan menuju ruang pertemuan. Di ruang pertemuan itu sudah menunggu presdir Kwon yang menyambutnya dengan senyuman hangat, sedikit membuat rasa gugup Eunsoo menghilang.
Tak berapa lama, Taehyun tiba di ruangan yang sama namun tak menyadari keberadaan Eunsoo. Ia langsung menghadap presdir Kwon, "Ayah memanggilku?"
"Kenalkan dia, Yoon Eunsoo." Presdir Kwon menunjuk Eunsoo dengan kelima jari yang mengarah langsung padanya.
Taehyun langsung mengikuti arah tangan presdir Kwon dan betapa terkejutnya ia melihat wajah Eunsoo yang terlihat mirip dengan wanita yang paling ia benci di dunia ini. Yoon Eunhye? Batinnya.
Eunsoo yang mendapatkan pandangan Taehyun menjadi salah tingkah. Ia tidak tahu maksud pandangan Taehyun tapi dari yang ia tebak, Taehyun seolah baru melihat hantu.
Bagaimana bisa? Wajahnya sangat mirip. Apa dia putrinya? Taehyun membatin dengan pandangan yang tak lepas dari Eunsoo.
"Eunsoo akan menjadi menantu keluarga ini, itu artinya dia akan menjadi istrimu." Tegas presdir Kwon.
"APA?" Taehyun terkejut mendengar ucapan presdir Kwon. Ia mengalihkan tatapannya ke presdir Kwon. Keningnya berkerut.
"Kenapa?" tanya presdir Kwon.
"Kenapa? Apa kau perlu bertanya 'kenapa?' saat ini, ayah?" Taehyun menyindir presdir Kwon.
"Apa kau benar-benar menikmati pertunjukkan ini, presdir Kwon? Mencampuri kehidupan putra yang selama ini tak pernah benar-benar kau anggap anak." sambungnya. Tak lagi memanggil ayah, Taehyun terlalu geram melihat tingkah presdir Kwon kali ini.
"KWON TAEHYUN!" bentak presdir Kwon.
Bentakan ini membuat Eunsoo terkejut. Tidak tahu harus bagaimana, Eunsoo menenggelamkan kepalanya dalam tundukan. Jantungnya berdegup kencang karena ini. Terjebak dalam perdebatan antara ayah dan anak adalah hal yang paling ia hindari.
"Aku sudah mengikuti semua keinginanmu. Bergabung dengan perusahaan, menjadikan perusahaanmu berada di big three dalam waktu singkat. Kau tahu, hanya orang yang tak memiliki akal yang mau melakukan itu. Perusahaanmu berada di ujung tanduk saat kau memintaku memperbaiki semua, aku melakukannya. Membuat perusahaan yang berada di ujung tanduk itu stabil bahkan melesat ke puncak dalam waktu satu tahun. Sekarang. Kau juga turut campur dalam memilihkan istri untukku? Apa kau pikir aku akan membiarkannya kali ini?" Taehyun berapi-api menjelaskan semua penat di hatinya. Ia tak berencana mengatakan semuanya tapi ide gila presdir Kwon melepaskan kontrol dirinya.
Presdir Kwon terdiam. Entah apa yang dipikirkannya, Taehyun bahkan tak bisa membacanya dan itu membuatnya panik.
"Kenapa kau diam, presdir Kwon? Apa kau begitu terkejut dengan semua perkataanku?"
"Taehyun-ah, sebagai ayah aku memiliki hak untuk memilihkan jodoh yang terbaik untukmu." Suara presdir Kwon melembut.
Taehyun terkejut mendengar nada bicara yang lembut dari presdir Kwon, "Ayah?"
"Apa aku harus merayakannya karena akhirnya kau menyebut dirimu 'ayah'?" Taehyun tertawa sinis.
"Jangan membuat semuanya terlihat jelas, presdir Kwon, ah maksudku ayah. Terbaik yang kau maksud tentu bukan untukku tapi untukmu." Jelas sekali Taehyun masih menyimpan kemarahan terhadap presdir Kwon.
"Aku hanya ingin melakukan apa yang semestinya seorang ayah lakukan. Tidak bisakah kau menghargainya sedikit?" presdir Kwon masih mencoba melunakkan Taehyun.
"HA! KAU INGIN DIHARGAI? HARUSNYA KAU MENGHARGAIKU DENGAN MENGAKUIKU SEBAGAI ANAKMU DULU!" Taehyun lepas kendali. Ia mengucapkannya dengan nada tinggi.
PLAK!
Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri Taehyun. Presdir Kwon terkejut dengan pemandangan yang ada di depannya, begitupun Eunsoo yang daritadi tak berkutik di belakang. Taehyun mengangkat kepalanya dan menemukan seseorang yang sangat dikenalnya berdiri di hadapannya dengan mata yang sudah basah.
"Eomma…" Taehyun terkejut melihat wajah Ibunya berada tepat di hadapannya dengan mata yang basah. Secara alami, air mata Taehyun telah menggenang.
"Sudah jelas kau adalah anaknya, kenapa kau masih butuh pengakuan? Untuk apa, Kwon Taehyun?" suara nyonya Kwon bergetar. Perih hatinya harus menampar satu-satunya sumber kekuatannya.
"Eomma…" sekali lagi Taehyun hanya mampu memanggil.
"Memang hanya aku yang membesarkanmu, hanya aku yang merawatmu, tapi pernahkah aku memintamu bersikap kasar pada ayahmu sendiri? Pernahkah aku menyuruhmu merusak kebanggaannya? Aku tidak menyadarinya bahwa aku gagal mendidikmu. Kau membuatku kecewa!" nyonya Kwon terhuyung ke bawah, lututnya terlalu lemah saat ini.
Taehyun terkejut, ia reflek menangkap tubuh ibunya dan ikut terduduk di lantai. Air matanya tak terbendung lagi, "Maafkan aku, ibu. Maaf."
Hati Taehyun terasa pilu melihat ibunya harus kembali mengorbankan perasaannya untuk suami yang bahkan tak tergerak melihat ibu dan anak yang tengah saling menguatkan. Ia tak berencana mengubah apapun yang telah ditetapkannya. Meski ada luka yang terbuka semakin lebar bahkan sebelum tertutup apalagi sembuh.
Taehyun membantu ibunya berdiri dan memapah, tidak, Taehyun menggedong ibunya –nyonya Kwon- ke luar dari ruang pertemuan. Sebelum keluar, ia berhenti tepat di depan Eunsoo dengan tidak memalingkan wajahnya.
"Aku tidak peduli dengan rencanamu atau rencana ayahku tapi kau tidak akan pernah mendapatkan apa yang kau mau. Kau mengerti?!" ancam Taehyun
* * *
Taehyun sudah tiba di depan sebuah rumah, ia mengetuk pintunya beberapa kali sampai seseorang membuka pintu dan terkejut melihatnya.
"Selamat pagi, eommonim." Taehyun menyapa hangat pada wanita paruh baya.
"Eommonim?" tanyanya heran.
"Perkenalkan saya, Kwon Taehyun." Taehyun memperkenalkan dirinya di hadapan wanita yang ia yakini adalah ibu dari Eunsoo.
"Aigoo, aku tidak mengenalimu. Kau mirip sekali dengan ayahmu." Yoon Eunbi –ibu Eunsoo- membukakan pintunya lebar-lebar tanda Taehyun diperbolehkan masuk.
"Benarkah? Kurasa aku lebih tampan darinya, benarkan eommonim?" goda Taehyun yang membuat ibunya Eunsoo tertawa kecil.
"Duduklah, akan kubuatkan minuman."
"Terima kasih, tapi aku tidak melihat Eunsoo daritadi…" Taehyun sengaja menggantung kalimatnya, memancing info dari ibunya Eunsoo.
"Sedang apa kau di sini?" Eunsoo muncul dari belakang, sedikit membuat Taehyun terkejut mendengar suaranya.
"Aku menjemputmu. Kau darimana pagi-pagi begini?" Taehyun tersenyum ramah. Ramah sekali, seperti senyum seorang kekasih kepada kekasihnya.
Belum sempat Eunsoo menjawab pertanyaan Taehyun, sebuah pelukan hangat diberikan Taehyun untuknya. Sesaat membuat Eunsoo terkejut.
"Aku merindukanmu." sambung Taehyun.
Napas Eunsoo tercekat mendengar pengakuan Taehyun. Sementara Taehyun mengeratkan pelukannya kepada Eunsoo seperti seseorang yang sangat merindukan dirinya. Eunsoo tak berkutik, ia setengah pasrah dan setengahnya lagi benar-benar tak bisa menggerakkan tubuhnya.
Taehyun mulai melonggarkan pelukannya dan melepaskan tautan kedua tangannya dari badan Eunsoo. Ia mengedipkan mata kirinya, "Mandi dan berdandanlah, kita akan berkencan hari ini. Pastikan dandananmu tidak terlalu cantik, oke?"
"Eh? Kenapa?" Ibunya Eunsoo masih berdiri di tempatnya. Ia menjadi satu-satunya penonton drama cinta Taehyun dan Eunsoo yang sedang tayang.
"Aku tidak mau pria lain terlalu memperhatikannya, eommonim." Taehyun tersipu malu menjawab pertanyaan ibunya Eunsoo yang semakin membuat ibunya Eunsoo ikut tersipu malu. Sementara Eunsoo bingung dengan kejadian di hadapannya.
-cup-
Sebuah kecupan singkat mendarat ke kening Eunsoo, sekali lagi Eunsoo terkejut pun wajahnya memerah. Taehyun memberikan ciuman ringan kepada Eunsoo.
"Palli. Aku menunggu di mobil, oke?" Taehyun baru akan melangkahkan kakinya saat ibunya Eunsoo menahan Taehyun untuk tetap menunggu putrinya bersiap di sini.
Ibunya Eunsoo menarik sang putri masuk ke dalam kamar dan bersiap untuk pergi kencan dengan Taehyun. Dari luar, Taehyun bisa mendengar samar perbincangan antara ibu dan anak itu bahkan tawa ibunya Eunsoo bisa terdengar.
Tak berapa lama, Eunsoo dan ibunya keluar dari kamar. Eunsoo tampak manis dengan baju terusan berwarna salem yang dipadu dengan bolero senada, tangan kanannya menggandeng sebuah tas tangan kecil yang juga senada dengan sepatu yang dikenakannya.
"Bukankah sudah kubilang jangan terlalu cantik? Bagaimana jika semua mata pria tertuju padamu?" Taehyun kembali menggoda Eunsoo yang kali ini menyentuh pertahanan Eunsoo, ia mulai tersenyum malu.
Taehyun mengulurkan tangan, bersiap menggandeng Eunsoo berjalan keluar. Setelah berpamitan dengan ibunya, Eunsoo dan Taehyun mulai menuruni apartemen dan berjalan menuju parkiran. Dari kejauhan, Eunsoo sudah bisa melihat jejeran pria berjas hitam yang pernah dilihatnya saat presdir Kwon berkunjung menanti kedatangan Taehyun dan dirinya.
"Apa kau selalu membawa mereka kemana-mana?" bisik Eunsoo saat mereka semakin dekat dengan mobil.
"Tidak selalu sebanyak ini, paling hanya satu atau dua. Apa kau tidak nyaman dengan mereka?" Taehyun balik bertanya. Eunsoo mengangguk kecil. Ia tak terbiasa dengan pemandangan ini.
"Kau, bawa mereka kembali ke rumah. Katakan pada ayah, kalian membuat Eunsoo tidak nyaman jika terus mengekor." Ucap Taehyun santai.
Eunsoo masuk ke dalam mobil setelah Taehyun membukakan pintu untuknya, menyusul keberadaan Taehyun di belakang kemudi mobil dan membawa mobilnya menyatu dengan lalu lintas Seoul. Suasana canggung masih terasa, Taehyun mencoba memecah kecanggungan mereka dengan memutarkan musik yang terdengar nyaman. Perlahan kecanggungan mereka cair saat Taehyun sesekali membenarkan rambut Eunsoo yang berantakan karena tertiup angin.
"Maaf, aku harusnya memakai mobil dengan kap tertutup tapi aku ingin memperlihatkanmu pada dunia." Taehyun menggombal dan gombalannya berhasil membuat Eunsoo merunduk malu karena panas mulai menjalar ke wajahnya.
Taehyun mengarahkan mobilnya menuju pinggiran kota, pemandangan gedung sudah berganti menjadi pohon-pohon rindang dan udara pun mulai sejuk. Ia tengah dalam perjalanan menuju villa dimana keempat sahabatnya telah menunggu. Hari ini, mereka telah membuat janji untuk makan siang bersama di villa. Eunsoo terperangah melihat bentuk villa mewah yang semakin dekat. Taehyun memarkirkan mobilnya dan tersenyum saat melihat empat mobil lainnya sudah tiba. Ia membantu Eunsoo turun dan mengambil telapak tangan Eunsoo untuk digenggam. Mereka mulai berjalan masuk ke dalam villa.
Suara tawa mulai terdengar saat Taehyun dan Eunsoo menelusuri jalan di dalam villa menuju sumber suara. Mereka berdua muncul dan membuat semua yang sedang tertawa diam sambil menatap mereka.
"Eheii… Lihat, siapa yang membawa wanita ke sini?" Mino membuka suara, ia berdiri dan berjalan menuju Taehyun lalu melayangkan kepalan kecil ke dada kiri Taehyun. Membuat Eunsoo menunduk malu dan Taehyun tersenyum kecil.
"Annyeonghaseyo, Yoon Eunsoo ibnida." Eunsoo memperkenalkan dirinya di hadapan keempat sahabat Taehyun. Ia menundukkan tubuhnya sedikit untuk kesopanan kepada orang yang pertama kali ditemuinya.
"Mereka adalah sahabatku. Yang di sebelahku ini Dong Mino, yang itu Choi Seungyoon, di sebelahnya Lee Jinwoo hyung dan yang di sana Kang Seunghoon. Kau tahu Bigbang Corporation? Mereka dan aku adalah pewarisnya." Meski terdengar angkuh namun Eunsoo tak mempermasalahkannya karena sudah seharusnya seorang yang terlahir dengan sendok emas bersikap seperti itu.
"Silakan kau pilih duduk dimana, aku akan menyiapkan minum. Kau mau apa? Teh hijau, kopi atau cokelat panas?" tanya Taehyun sambil mengantar Eunsoo duduk di sebuah single sofa.
"Aigoo, uri Taehyun-ie membuat hatiku meleleh. Dia memperlakukan wanitanya dengan sangat manis. Aku tidak tahan." Seunghoon menggoda Taehyun dan Eunsoo yang kembali tersipu malu.
"Cokelat panas." Jawab Eunsoo singkat dan pelan.
Taehyun menerima permintaan Eunsoo dan berjalan ke sudut ruangan dimana terdapat sebuah mini bar yang mereka gunakan untuk meracik minuman mereka sendiri. Eunsoo yang ditinggal Taehyun bersama keempat pewaris Bigbang Corporation merasa sedikit salah tingkah sementara ke empat lainnya yang sudah duduk berdekatan memandang Eunsoo dari atas ke bawah lalu saling berbisik.
"Wajahnya terlihat tak asing, ya kan hyung?" Seungyoon berbisik ke Jinwoo.
"Hm… Aku rasa dia mirip dengan mendiang Yoon Eunhye." Jawab Jinwoo.
"Maksudmu mantan kekasih presdir Kwon? Wanita yang—" Mino tak melanjutkan ucapannya karena Jinwoo memberinya tanda. Tentu saja mereka tahu kisah pahit yang dialami Taehyun.
"Apa kalian membicarakan tentang kemiripanku dengan Yoon Eunhye? Apa kalian mengenal bibiku?" Eunsoo angkat bicara karena mendengar nama Yoon Eunhye yang menjadi pembicaraan keempat pria yang duduk tak begitu jauh darinya.
"Eh? Yoon Eunhye itu bibimu?" tanya Seunghoon yang dijawab anggukan oleh Eunsoo.
"Pantas wajah kalian sangat mirip. Aku hampir mengira bibi Yoon Eunhye hidup kembali." celetuk Mino.
"Bibi Yoon Eunhye? Kau bahkan belum diciptakan saat itu, Dong Mino. Hahaha." Seunghoon berhasil membuat Mino mengatup bibirnya dan meliriknya tajam.
"Whoaa, daebak!! Dunia sangat kecil ya?!" Seungyoon menepuk kedua tangannya.
"Ini, pelan-pelan. Ini benar-benar panas." Taehyun memberikan cangkir yang berisi cokelat panas kepada Eunsoo. Ia masih berdiri di dekat Eunsoo sambil memperhatikan gerakan wanita muda itu.
"Aigoo… Aigoo… Kau membuatku ingin cepat-cepat berlari ke Aeri." Ledek Mino.
Setelah memastikan Eunsoo telah memegang cangkir cokelat itu, Taehyun merendahkan tubuhnya agar matanya sejajar dengan mata Eunsoo. Ia tersenyum melihat Eunsoo, begitu pun Eunsoo. Keempat orang lainnya terlihat serius memperhatikan sepasang muda-mudi di depan mereka, menunggu tindakan selanjutnya setelah saling memberikan senyuman.
"Setelah secangkir cokelat panas, apa lagi yang akan kau minta dariku, nona Yoon Eunsoo?" tanya Taehyun.
Pertanyaan Taehyun bukan hanya membuat Eunsoo terkejut tapi keempat pria di belakang Taehyun pun terkejut. Bagaimana bisa Taehyun bertanya sekasar itu kepada Eunsoo? Bukankah mereka sedang dimabuk asmara?
"Apartemen mewah? Mobil mewah? Kapal pesiar? Pulau pribadi ibuku? Atau saham di perusahaan ayahku?" sambung Taehyun dengan sinis. Matanya terlihat nanar menatap Eunsoo, sedang mata Eunsoo mulai tergenangi air mata.
"Yak! Kwon Taehyun." Tegur Mino.
"Jadi ini maksud dari sikap manismu hari ini?" Suara Eunsoo terdengar bergetar, ia tengah menahan tangis dan gejolak dalam dirinya. Eunsoo menggenggam erat cangkir cokelat panas dan tak peduli panas yang mulai menjalar.
"Apa kau pikir, aku akan benar-benar menyukaimu? Bangunlah dari mimpimu!" Taehyun terdengar sarkastik, ia bahkan tersenyum sinis ke Eunsoo. Air matanya tak terbendung lagi, bulir-bulirnya telah turun membasahi pipi Eunsoo.
"Hentikan, Taehyun-ah." Jinwoo mencoba menghentikan Taehyun agar tak kelewatan dalam berbicara karena ia tahu Taehyun adalah satu-satunya orang yang bisa menggunakan kata-kata menyakitkan tanpa memikirkan ulang dampak pada kondisi kejiwaan lawan bicaranya.
Bukan Taehyun bila ia masih mendengarkan ucapan orang lain saat sedang emosi, "Aku sudah mengingatkanmu tempo hari. Tidak peduli dengan rencanamu atau ayahku, kau tidak akan mendapatkan apapun dariku."
"Kwon Taehyun, hentikan! Tidakkah kau keterlaluan?" Seunghoon ikut bersuara.
"Teruslah menangis, nona Yoon. Atau kau ingin pergi sekarang untuk mengadu padanya? Pergilah. Adukan semua yang kukatakan padamu, dengan begitu dia akan semakin senang mengacuhkan dan melukai ibuku. Setelah itu, aku akan semakin bersikap manis, lebih manis dari hari ini kepadamu." Taehyun tersenyum sinis. Ia mengabaikan semua ucapan sahabat-sahabatnya karena yang ada di kepalanya saat ini adalah bagaimana membuat Yoon Eunsoo menderita. Sama menderitanya dengan ibunya.
"Orang yang bersikap kasar masih jauh lebih baik dari orang yang bersikap manis hanya untuk menyakiti orang lain sepertimu." Eunsoo menatap Taehyun tajam diantara bulir air mata yang masih mengalir.
"Aku tidak peduli pendapatmu. Setiap manusia memiliki sisi munafik dalam hidupnya, seperti kau yang menerima perjodohan ini segera tanpa mempertimbangkan apapun. Aku juga akan menunjukkan sisi munafikku dengan bersikap manis seolah semua berjalan sesuai rencanamu dan ayahku." Taehyun menegakkan tubuhnya dan menatap Eunsoo yang tak bergerak dari tempatnya.
"Jika bukan karena ibu yang meminta, aku takkan segan melawan presdir Kwon supaya perjodohan ini batal. Sayangnya karena ini permintaan ibu maka akan kupastikan kau lah yang akan merengek pada presdir Kwon untuk membatalkan perjodohan ini." Taehyun menjadi dan Seungyoon akhirnya berdiri, berjalan mendekat ke Taehyun.
"Sudahlah, Taehyun. Hentikan." Seungyoon mengulurkan tangannya untuk meraih bahu Taehyun, namun Taehyun kembali merendahkan tubuhnya untuk bisa bertemu mata dengan Eunsoo.
"Entah kau benar Yoon Eunsoo atau reinkarnasi Yoon Eunhye, bagiku kau tetaplah wanita paling brengsek di dunia yang menghancurkan hidup ibuku selama ini." tutup Taehyun.
-byur-
Wajah Taehyun memerah karena Eunsoo baru saja menghempaskan isi cangkir cokelat panas ke wajahnya. Hanya hal itu yang bisa Eunsoo lakukan saat ini. Setelah menyiram Taehyun dengan cokelat panas, Eunsoo bangun dan berjalan keluar dari ruangan ini. Tak pernah ada dalam bayangannya akan melalui hari yang seperti ini.
* * * * * *
"Mereka yang disekitarmu bisa saja berubah menjadi orang yang munafik. Pahami dulu sebatas mana kau bisa bersikap munafik, dengan begitu kau bisa membedakan siapa saja yang tengah bersikap munafik kepadamu" – Kwon Taehyun
Bersambung .....