Chereads / My love story in Paris / Chapter 8 - 6.Full time

Chapter 8 - 6.Full time

Esoknya.

Hanny bangun pagi-pagi sekali, ia bingung.

Aku bingung harus melakukan apa.

Hanny berbolak-baklik entah memikirkan apa, yang pasti ia sedang bingung memikirkan, apakah hari ini ia akan full time?.

Hanny mengambil handponenya duduk di pinggir kasur.Hanny menanyakan apakah Dare itu harus benar-benar di lakukan?.

Shelsea

Shelsea apakah dare nya benar-benar harus di lakukan?.

Tentu saja, Rey saja benar-benar melakukannya.

Aku bingung harus berbuat apa

Memangnya berbuat apa?, lo tinggal full time dengan Lee

Itu masalahnya, bagaimana aku bisa full time dengannya?

Bentar..kenapa jadi gak baku bahasa kamu?

Tentu saja bisa, lo bisa mengirim pesan dengannya, dan janjian di mana tempatnya. Wkwk gapapa kan lo-gue?

Aku tidak punya nomornya., tidak apa-apa

Gue akan mengirimnya.

Shelsea mengirim no Lee ke Hanny yang sudah di kasih Rey. Tenang saja chattannya hanya sampai di situ. Rey benar-benar melakukannya. Tidak

menghubungi Shelsea sama sekali.

Sekarang Hanny bingung lagi, bingung haru berkata apa.

Leevon.

P

Belum ada balasan Hanny menunggu dengan sabar.Akhirnya balasan muncul. Ada sedikit rasa senang di hati kecil Hanny.

Siapa?

Aku, Hanny

Oh, lo knp?

Kita jadi full time?

Oh, lo pngn full time sm gue?, Ya?

Apasih, dare loh ya.

Gue tahu, ketemuan dimn?

Bukan, kalau emang kamu tidak bisa yaudah tidak papa

Gue bisa. Jngn bilng lo mau ngindar.

Nggak, aku nggak ngindar.

Ydh lo mau ketemuan di mn?.

Terserah kamu.

Gue gk tahu. Lo aj yg cari.

Di cafe aja.

Cafe mn?, yg jls dong.

Freegan Pony.

Ydh, gue smpe sn lo hrs ud ad.

Iya

Aku berangkat sekarang?

Iylh.

Oke

percakapan mereka berhenti di situ. Hanny bergegas untuk mandi, dia belum mandi sedari tadi.

Selesai mandi, dan selesai berpakaian, Hanny langsung bergegas mengambil Handpone nya.

Leevon.

Aku sudah siap.

Ydh brngkt bruan, gue mau ngeluarin motor.

Oke.

Hanny mengunci kamarnya bergegas kebawah.

Hanny terkejut melihat kedua orang tuanya sedang sarapan pagi. Tumben sekali Mama tidak memanggil Hanny.

Aku merasa bersemangat sekali hari ini. Entah lah..

"Sayang, Mama baru ingin ke kamar, ayo makan." seru Mama mengajak Hanny duduk.

Lagi-lagi ada Cam di samping kursi ku.

Menyebalkan. Bahkan maid di rumah ini saja yang sedari aku kecil tidak pernah Mama Papa mengajaknya makan bersama. Tapi Cam?.

Hanny mulai memakan sarapannya.

Selesai makan.

"Mama, Papa aku ingin pergi bersama Shelsea" bohong Hanny

"Pergi kemana sayang?" tanya Mama

"Entah lah Ma.. Shelsea yang mengatur" jawab Hanny

"Kalau begitu kamu di antar Cam" seru Papa.

"Tidak perlu Pa.."

"Harus Hanny"

"Tapi Pa.. aku hanya ingin bermain dengan Shelsea tidak kemana-mana kok."

"Papa Mama tidak perlu khawatirkan aku. Aku bisa jaga diri sendiri. Aku berangkat." Hanny bangkit dari kursinya pergi menuju pintu keluar. Tidak memperdulikan orang tuanya yang memanggilnya.

Kesal. Aku bukan anak kecil yang harus apa-apa di antar jemput.

-❤-

"Cam, bersabar lah.. Besok Tante akan menyuruh Hanny untuk bepergian denganmu. " seru Mama

"Iya Cam, kita akan menyuruh Hanny untuk full time dengan mu besok." seru Papa

"Sampai kapan Om?Tante?" tanya Cam tak sabar.

"Bersabarlah Cam" seru Papa takut Cam marah.

-❤-

Hanny membuka handpone nya dia mencari nomor Shelsea.

Shelsea

Shelsea

Ya?

Jika orang tuaku bertanya aku ada di mana, kau jawabnya asal saja. Aku bilang pada mereka, aku bermain dengan mu. Aku tidak mungkin mengatakan sejujurnya, orang tuaku nampak tidak suka jika aku dekat dengan Leevon.

Oke. Percaya ama gue.

Terimakasih Shelsea

Sama-sama

Hanny menutup chatnya, lalu dia memasuki taxi.

-❤-

Hanny sudah sampai di Cafe.

Ia sangat senang, itu jelas di wajahnya.

Tiba-tiba datang seorang lelaki di hadapannya. Dia, Leevon.

"Lo udah dari kapan?" tanya Leevon.

"Tidak lama, aku baru sampai" jawab Hanny.

Hanny terus menatap wajah Leevon. Dia benar-benar tampan. Pasti banyak yang menyukainya.

"Lo ngeliatin gue terus, kenapa? Gue ganteng?" tanya Leevon sadar jika ia terus di tatapi.

"Eng..nggak!" Hanny bersemu merah, dan malu.

Lee tersenykecil, cuma di tanya seperti itu, sudah baper.

"Lo pesen minuman aja dulu, gak lucu kalo kita ke sini cuma numpang janjian." seru Leevon.

"Oke"

-❤-

"Jadi lo mau kita ke mana?" tanya Leevon.

"Terserah kamu"

Lee menghela nafas. "Kita Basilika Hati Kudus aja, terus kemana lagi?, lo yang pikirin!" seru Lee.

"Emm, sorenya kita ke Jardin du Luxembourg?" usul Hanny

"Terserah!" Lee menyeruput minumnya.

"Malemnya?" tanya Hanny

"Gue rekomend 2 tempat, lo yang pilih" seru Lee. Hanny menganguk.

"1.Museum Louvre//2.Menara Eiffel "

"Museum Louvre saja!" Seru Hanny bersemangat

Lee manganguk mengiyakan. Yaudah ayo berangkat.

-❤-

Basilika Hati Kudus.

Hanny dan Leevon berjalan-jalan di sekatarnya. Pemandangannya indah-indah sekali.

Rumput-rumput hijau memanjakan mata siapa saja yang melihatnya. Wangi bunga-bunga mekar sangat tercium.

"Lee kau ingin berfoto?" tanya Hanny.

"Gak, lo aja." jawab Lee.

"Emm..Lee" panggil Hanny ragu, ia terus menggengam handpone nya.

"Apa?"

"Tolong fo--"

"Sini gue fotoin." Lee mengambil handpone yang ada di tangan Hanny.

Hanny tersenyum lalu dia mulai berlari ketempat yang ingin dia foto.

Hanny mulai berpose mulai dari hanya tersenyum, jari v, tangan berbentuk love, dan lain-lainnya.

Selesai berfoto, Hanny mengecek hasil fotonya, bagus, Lee sangat bagus me-fotonya.

"Lee, bukankah kita harus berfoto bersama sebagai bukti?" tanya Hanny mengingat.

Oh ya, Lee hampir lupa dengan itu.

"Bilang aja lo mau foto ama gue." Lee asal.

Hanny terkejut. Tidak, dia hanya mengingat kata-kata Shelsea.

Lee menghampiri orang yang ada di dekatnya.

"Excuse me, can you take a picture of us both?" tanya Lee

(Permisi, bisakah Anda mengambil foto kami berdua?)

"Oh, yes"

"You guys are dating right? why awkward? close together."

Lee dan Hanny tercengang, di saat Hanny ingin menjelaskan, di tahan oleh Lee.

"Yes." seru Lee dia menarik pingang Hanny untuk berdekatan.

"Let it be more aesthethic for the woman to put her hand around the neck of the man."

Hanny dan Lee mulai foto bersama, namun sedikit canggung. Lalu orang asing tadi menyuruh Hanny dan Lee sedikit berdekatan, mau tak mau Hanny dan Lee menjadi berdekatan.

Dan Hanny mengalungkan tangannya di leher Lee seperti orang itu katakan.

"Good." ucap orang tersebut. Perempuannya pun ikut senang. "Is really good."

Cekrik.

Cekrik.

Hanny dan Lee mengucapkan terimakasih pada orang tadi. Lalu Hanny dan Lee melanjutkan jalannya.

Lee menatap Hanny sebentar lalu meluruskan kembali pandangannya. Kenapa Hanny tidak terasa pegal?, ketika sudah berjalan lumayan jauh?, apa dia berpura-pura tidak pegal?.

"Kita duduk di sana saja dulu, istirahat sebentar" seru Lee tanpa menoleh, Hanny menganguk.

"Huh..capek juga ya?" tanya Hanny

"Hmm"

Hanny teringat sesuatu, di tas nya ada kue yang ia buat tadi malam. Apakah Lee menyukainya ya?

"Oh ya, kau ingin kue Lee?" tanya Hanny membuka tempat kuenya. Lee menoleh, lalu menggeleng.

"Ini aku yang buat, kau tidak ingin mencoba?" tanya Hanny.

Lee menggeleng.

"Sedikit saja?"

Lee menggeleng.

"½ sendok?"

Lee menggeleng.

"Tidak mau ya?, padahal aku ingin kau mencobanya, walapun sedikit ." Hanny menatap nanar kuenya.

Aku ingin kau mencobanya walaupun sedikit. Tak peduli apapun komentarmu tentang rasanya, aku hanya ingin kau mencoba.

Lee yang iba pun menghela nafas. Dia jadi merasa bersalah.

"Sini berikan ." Lee mengambil kotak bekal yang berisi kue coklat dengan lava coklat yang lumer.

Hanny terkejut ketika kotak bekal nya yang dia pegang di rebut oleh Lee. Dia tersenyum senang.

Lee mencobanya dengan satu sendok makan. Hanny dag-dig-dug. Bagaimana jika Lee berkomentar tidam enak?..huh biarkanlah Hanny itu pemula.

"Gak terlalu buruk, lo pandai bikun kue ya?" tanya Lee sekarang sudah sendok kedua. Dia terus memakan memang lezat kuenya.

"Kau.. menyukainya?" Hanny tak percaya

Aku senang sekaligus tak percaya.

"Kenapa?, kue buatan lo enak, gue suka. Oh iya gue lupa, lo gak makan?" tanya Lee entah sudah keberapa sendok yang pasti kuenya tinggal sedikit, namun Lee baru menyadari Hanny belum memakannya.

"Ni makan!" Lee menyodorkan sendok yang berisi kue, ke depan mulut Hanny.

Hanny terkejut. Mereka saling bertatapan tanpa membuka suara.

Lee menatap Hanny intens.

"Sampe kapan lo liatin gue?, tangan gue pegel" seru Lee

Hanny terkejut,

Lalu dia menganga, membuka mulut.

Ternyata kue buatanku tidak terlalu buruk.

Lee memakan sampai habis, lalu menutupnya, dan di kembalikan ke Hanny.

"Ayo jalan lagi." seru Lee berjalan terlebih dahulu.

Hanny menyusul Lee dengan berlari kecil.

-❤-

Sore pun tiba.

"Ayo kita ke-.."

"Jangan Lee.. Kita jalan-jalan saja, tidak usah ke Jardin du Luxembourg" seru Hanny, Lee menatapnya sebentar lalu mengiyakan.

Mereka berdua menaiki motor. Di jalan Hanny terus saja berbicara membuat Lee kesal karna Hanny begitu bawel.

"Lee kenapa kita naik motor? Orang-orang banyak yang berjalan kaki." seru Hanny melihat keseliling.

"Lo mau jalan cafe tadi ke sana? Kaki lo gak jontor?"

Hanny tertawa mendengar Lee memakai bahasa gaul.

"Ya, kenapa gak memakai mobil? Kenapa harus motor? Pake motor tuh kayak gimana gitu hihihi" Hanny tertawa kecil.

"Kalo gue ga ada mobil?" tanya Lee membuat Hanny tercengang. Hanny sama sekali tidak tahu seperti apa keluarga Lee.

"Maaf" lirih Hanny bersalah.

"Hmm iya. Tapi gue punya mobil." seru Lee tertawa kecil, Hanny ikut tertawa dan tersenyum.

"Lee pelan-pelan" Hanny berseru

"Kenapa?"

"Takut jatuh. Omg!!. Lee!!." Hanny refleks mencengkram jaket Lee karena Lee semakin mempercepat.

"Lee!. Kita ingin kemana?"

"Gue gak tahu, ke Cafe aja yuk, gue haus."

Hanny mangut-mangut setuju ia juga haus. "Yuk"

Di Cafe.

Hanny memesan secangkir coklat panas. Udaranya dingin dan coklat membuat mood Hanny bangkit.

Sedangkan Lee entah memesan minun apa yang mungkin coklat panas juga.

Mereka berbincang.

"Lo kalo jalan-jalan malem jangan sendirian. Bahaya." Lee penuh penekanan.

"Kenapa? Lee kau mengkhawatirkan ku?" Hanny bertanya tersenyum.

Lee terkejut namun berusaha cool. "Apaan-"

"Makasih" Hanny memotong omongan Lee, dia tersenyum tulus.

"Aku gak akan berjalan sendiri." seru Hanny.

"Terserah lo. Gue cuma kasih tau aja. Idont care."

Hanny menganguk. "Lee, Rey itu siapa kamu?"

"Sahabat gue dari kecil."

"Ohh gitu, sejak dini sudah bareng ya?"

"Iya."

"Lee, apa alasanmu ke Paris?"

"Nerusin usaha Ayah gue."

"Ohh gitu.."

"Kalo lo?"

Hanny tersenyum Lee bertanya balik.

"Entah aku juga gak tahu, tiba-tiba kedua orang tuaku menyuruh ku untuk menetap di Paris. Tiba-tiba saja aku mempunyai bodyguard dan supir bernama Cam."

"Bagus. Biar jagain lo."

"Aku gak suka Lee. Entah kenapa, feeling aku gak enak."

"Yeah, it's not wrong we have bad feelings towards people."

"Ya, Lee."

"Oh iya Lee. Jangan di biasakan memakai earphone saat berjalan atau menyebrang. That no good."

Lee teringat ketika ia menyebrang, jika saja tidak ada Hanny mungkin ia sudah tertabrak oleh mobil tersebut.

"Yes. Thankyou and sorry."

Hanny menganguk. "No problem"

Mereka terus melanjutkan perbincangannya.

Hanny memutus kan untuk berfoto lagi dengan Lee.

Begitu senang bersama dengan mu Lee. Sadar akan waktu, sudah banyak yang terbuang.

Hari sudah sore. Mereka berdua pergi ke Museum Louvre.

"Wow, is Really good." seru Hanny terkagum.

"Gak kalah bagus sama menara Eiffel."

Mereka berdua memasuki ke dalam melihat semuanya yang begitu indah..

Sampai larut malam.

Setelah mereka berdua keluar dari sana, Lee dan Hanny memesan minum haus dan makanan.

Mereka ke Cafe lagi.

"Kamu capek? Aku juga." Seru Hanny.

"Iyalah. Gue laper."

"Sama."

"Hmm."

Setelah mereka makan. Mereka pun pergi untuk pulang.

Di perjalanan.

"Lee makasih, aku begitu senang."

"Hmm."

"Dingin."

"Siapa suruh gak make jaket?"

"Aku gak tahu."

Lee menghentikan motornya dan turun Hanny yang masih duduk di motor pun kaget.

"Lee kenap-.."

Lee memasangkan jaketnya ke tubuh Hanny.

"Pegang."

"Lee tidak usah."

"Its okay."

"Thank you Lee."

~•~•~

Lee berhenti jauh dari gerbang rumah Hanny. Ia tahu kedua orang tuanya Hanny tak suka dengannya.

Hanny turun ia mengembalikan jaketnya, di terima oleh Lee dan di pakekannya lagi.

Hanny mengucapkan terimakasih, lalu pergi. Lee menunggu Hanny benar-benar memasuki gerbang.

Sebelum Hanny membuka gerbang, ia menoleh ke belakang dan tersenyum.

Terimakasih Lee..

Aku sangat senang kita menghabiskan waktu bersama.

Terimakasih

Lee memutar balik motornya dan pergi setelah Hanny sudah masuk ke rumahnya.

Di rumah Hanny.

Hanny membuka pintu masuk. Terlihat Cam, Mama, dan Papa.

Hanny kesal.

"Abis dari mana aja kamu? " tanya Papa.

"Abis dari rumah Sheshea." jawab Hanny bohong.

"BOHONG!. PAPA GAK PERNAH MENGAJARKAN PADAMU BERBOHONG HANNY!!." bentak sang Papa.

"JUJUR DARI MANA AJA KAMU?"

Hanny tersentak, kedua kalinya Papa mebentaknya. Ia pun ingin menangis.

"Ha-Hanny.. Hanny pergi.."

PLAKK!.

Hanny terkejut. Ia menangis ketika Papanya menamparnya.

Airmatanya membasahi pipinya. Ia memagang pipinya yang terasa sakit.

"MENGHABISKAN WAKTU DENGAN LELAKI ITU HAH?. GARA-GARA DIA KAMU JADI BOHONG SAMA PAPA. MANA ANAKNYA."

Papa Hanny keluar pintu mencari Lee.

"PAPA!!!!!!. " Hanny menarik tangan Papanya.

"Dia udah pergi pa.. Hiks.."

"KAMU!." Papanya habis kemarahan.

"HANNY!. MASUK SEKARANG KE KAMAR." bentak Mamanya.

Hanny pergi ke atas sambil memegangi pipinya.

Sakit.

Apa yang salah dengan mu Lee?

Kau begitu baik. Apa kau berpura-pura baik padaku? Kau tidak seperti itu kan?

Lee.

Kenapa?

Aku benci Mama Papa.