Chereads / Senja Kian Memudar / Chapter 24 - Episode 24

Chapter 24 - Episode 24

*****

Pov Layinah

Bunda ini paling bisa menggoda seseorang lihat sekarang kak Lutfi tersipu malu, iya kali orangnya seserius ini harus gue tolak. Gue yakin tanpa gue kasih tahupun kak Lutfi tahu perasaanku terhadapnya enggak berubah sedikitpun.

Kalau di tanya seberapa cintanya gue sama kak Lutfi pasti gue jawab sangat amat mencintai dia. Katakanlah gue ini bucin tapi entah mengapa memang begitu adanya. Kata orang cinta itu anugrah dan dia engga akan pernah tau untuk siapa hatinya berlabuh.

"Iya masih Bunda." Gue menganggukkan kepala.

Bunda mencolek daguku "Cie yang masih cinta sama mantannya nih yee, gimana nih Yah? di acc dong ya? kalau Ayah tolak nanti anak kita nangis setahun loh". Gue menatap tajam Bunda yang lagi cengar-cengir enggak jelas

"Sekali lagi Om tanya sama kamu nak Lutfi apa kamu yakin menikahi putri manja Om ini?" tanya Ayah penuh dengan penekanan

"Bismillah dengan izin Allah saya yakin sekali untuk menjadikan Layinah sebagai istri saya Om"

Ayah mengeluarkan ponselnya sambil mengetikkan pesan, "Oke! Hari ahad depan bawa orang tua kamu datang kemari nak Lutfi, Om engga mau lama-lama menunda pernikahan kalian."

What! Ini beneran kan gue enggak mimpi bukan? Ya Allah alhamdulillah akhirnya Engkau pertemukan gue sama kak Lutfi kembali. Gue seketika memeluk Ayah dan Bunda, tanpa terasa air mata turun membasahi mimpi. Bukan air mata kesedihan tapi ini air mata bahagia.

"Alhamdulillah terima kasih banyak Om dan Tante, saya akan bawa orang tua saya minggu depan." Kak Lutfi tersenyum lirih kepadaku.

*****

Pov Andra

Flashback

Minggu pagi saatnya untuk melanjutkan tidur panjang namun sedari tadi gue mau tidur lagi rasanya susah banget. Oke lebih baik olahraga aja daripada balik tidur bikin kepala pusing.

Pukul 06.00 pagi gue memutuskan buat jogging, gue lihat tante Ika sedang beberes rumahnya. Tumben! Ada acara apa di rumahnya tante Ika.

"Asslamu'alaikum tante Ika tumben nih bersihin rumahnya semangat banget" tanyaku sembari lari di tempat.

"Kamu juga tumben nak Andra jam segini udah bangun biasanya bangun siang"

"Iya engga tahu nuh Tan lagi pengin bangun pagi aja." tawaku pelan

"Ouh ya nanti ada tamu bukan tamu sih lebih tepatnya calon mantu."

"Hah! M-maksudnya calon mantu apa Tan?" gue syok dong, perasaan engga ada laki-laki yang bertamu beberapa hari ini di rumahnya Layinah. Atau tamunya ke sini pas gue masih ngajar. Allah semoga dugaanku ini salah.

"Ada laki-laki yang mau meminang Layinah nak, kamu sih nak Andra engga gerak cepet jadi ke duluan kan."

"Hehehe iya Tan mungkin memang belum jodohnya, siapa laki-laki itu Tan?"

"Namanya Lutfi guru PPL Layinah dan sekaligus juga mantan pacarnya. Tante awalnya syok sih tapi ya gimana lagi ya nak Andra." Gue tahu sekali di balik perkataan tante Ika terhadapnya menyimpan sebuah kekecewaan berharap yang melamar putrinya adalah gue bukan laki-laki yang bernama Lutfi.

Seketika perasaan yang baru gue sadari luruh tak tersisa, kecewa, patah hati, tapi gimana lagi sudah terjadi. Gue hanya bisa mengikhlaskan dia memang bukan jodohku, semoga kamu bahagia dengan pilihanmu anak kecil.

Flashon

Laki-laki itu sudah keluar dari rumahnya Layinah dengan wajah berbinar-binar. Gue yakin kalau pinangan dia di terima sama Om Hermawan. Begitupun juga dengan Layinah yang mengantarkan laki-laki itu dengan malu-malu. Kenapa hati ini rasanya ngilu banget ya! padahal harusnya gue seneng dong akhirnya Layinah mendapatkan laki-laki yang baik.

Gue masuk ke dalam rumah dengan perasaan kecewa, "Kamu lenapa sedih kayak gitu Dra?" tanya Mamah sambil menyantap cemilannya.

"Gapapa kok Mah, Andra mau ke kamar dulu."

"Mamah tahu kamu pasti kecewakan lihat pujaan hati kamu di pinang orang lain kan? makanya Dra kalau cinta itu bilang bukannya malah di buat jengkel tiap kali ketemu." Langkah kakiku berhenti sebentar "Udahlah Mah mungkin emang belum jodohnya Andra."

"Cinta kok tapi gengsi giliran udah di sikat orang baru sakit hati." cibir Mamah

Waktu tolong hentikan ini gue engga sanggup lihat dia jadi milik orang lain. Bunyi notifikasi ponselku mengalihkan kegiatan melamunku.

"Sayang nanti jadikan kita belanja di Paragon Mall Semarang? Aku tunggu kamu ya Ynag jangan sampai telat. Oke!"

Namanya Vivian temen kampus yang dari dulu ngejar cinta gue atas dasar kasihan gue terima aja. Kalau udah bosen juga nanti gue putusin buat apa lama-lama pacaran kalau engga ada cinta.

Dasar dimana-mana perempuan sama aja hanya memanfaatkan dompet gue semata. Gue tahu nanti di sana dia minta dibayarin belanjaannya. "Oke!" jawab pesanku dengan singkat.

Vivian perempuan yang mandiri dia sekarang bekerja di salah satu Bank Swasta. Dia kerja tapi kalau belanja harus gue yang bayarin. Gue sih engga masalah bayarin belanjaannya selagi engga sampai jutaan.

Vivian itu orangnya baik, supel, kalau sama orang lain juga ramah entah kenapa sampai sekarang gue belum cinta sama dia. Gue dan Vivian baru pacaran kurang lebih 2 bulan dan ini saatnya gue mulai mikir gimana cara mutusin dia.

Lebih baik sekarang gue bersiap-siap nemuin Vivian daripada di rumah galau mikirin anaknya orang. Membutuhkan waktu 5 menit gue membersihkan diri semua sudah rapi, hari ini gue pakai kaos santai dan celana panjang tak lupa menyemprotkan parfum di baju gue.

"Mah, Andra mau pergi sebentar ya." Mamah masak di dapur dengan hidmat "Iya hati-hati di jalan, jangan galau terus Dra."

"Iya Mah, Assalamu'alaikum Mah" gue mencium telapak tangan Mamah.

"Wa'alaikumsalam Dra"

*****

Andra memasuki garansi dan menyalakan motor kesayangannya, ouh ya satu kelebihan yang di miliki Vivian adalah engga pernah mengeluh tiap kali Andra bawa motor. Setiap di tanya Andra tentang kendaraanya "Kmau malu engga kalau saya bawa motor?" Vivian menggelengkan kepalanya "Engga sayang ngapain mesti malu, kamu terlihat keren kalau pakai motor."

Harusnya Andra bisa mempertimbangkan Vivian tapi ya namanya hati seseorang enggak bisa di paksa kan."

Andra dan Vivian menempuh kurang lebih 15 menit menuju di Paragon Mall Semarang. "Vi, boleh engga kalau kamu pergi sama saya kamu pakai jilbab. Kan sayang loh kamu udah pakai baju dan celana panjang tinggal pakai jilbab doang."

Vivian kaget karena baru kali ini pacarnya menunjukkan perhatiannya sama dia, "Iya Yang ini juga aku ngajak kamu karena mau beli jilbab kok nanti tolong pilihkan ya?"

Andra mengangguk "Iya"

Vivian nama yang ada di benak Andra saat ini bagimana caranya buat hubungan mereka renggang tanpa menyakiti satu sama lain. Jujur dari sekian banyak mantan pacar Andra baru Vivian ini yang sanggup menghadapi sifatnya. Vivian cantik, berkulit putih, tinggi 160cm, body goals bangetlah. Andai Vivian bukan perempuan yang matre mungkin Andra akan mempertimbangkan hubungan mereka.

...................................................................................

Hai guys maaf banget ya kalau akhir ini up nya sering molor. Bener apa kata orang lain ya guys kalau cinta sama seseorang cara pendekatannya pun beda-beda. Begitu juga dengan Andra kalau sudah seperti ini giliran Andra yang menyesel sendiri. Gimana menurut kalian tentang chapter ini?

Minta komen dan saran dari kalian semua ya temen-temen🤗