"Mom, are you kidding me?" tanya Arabella tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Maria–Wanita paruh baya yang ia panggil Mom itu.
"No, honey. I'm not kidding" Jawab sang mama santai sambil menatap kearah putrinya yang menampilkan wajah kesal setengah mati. Maria yakin, putrinya saat ini berusaha keras untuk mengontrol emosinya agar tidak dilampiaskan padanya. "Lagi pula ini amanat dari mendiang papamu agar kau harus sudah menikah sebelum ulang tahunmu yang ke 27 tahun, dan ingat hari itu hanya tinggal 2 bulan lagi" lanjut Maria tersenyum puas saat melihat ekspresi kekalahan dari putri tunggalnya itu.
Wanita paruh baya itu sangat tau kelemahan putri tunggalnya. Arabella tidak akan pernah membantah jika itu sudah menyangkut mendiang papanya, karna memang Arabella lebih dekat dengan mendiang papanya dibandingkan dirinya, mama kandungnya sendiri.
Pernah dengar ungkapan, kalau seorang putri akan lebih dekat dengan ayahnya? Nah... hal itulah yang terjadi pada Arabella dan mendiang papanya.
"Tapi Mom... ini tinggal 2 bulan lagi... dimana Arabella akan menemukan calon suami dalam waktu yang sangat singkat ini?" tanya Arabella frustasi. Hell... dimana dia bisa menemukan calon suami secara kilat seperti ini? Bahkan saat ini Arabella sedang tidak dekat dengan pria mana pun.
"Kamu tenang saja, Mama sudah punya calon suami yang sangat pantas buat kamu. Tugas mu hanya menerima semua yang telah mama persiapkan" jawab Maria santai.
"Bahkan Mama sudah menyiapkan calon suami buat Ara tanpa mendiskusikannya sedikit pun dengan Ara? Good job Mom, you're Amazing" ucap Arabella Sarkas dengan segala kegilaan yang sedang direncanakan oleh mama tersayangnya itu tapi sangat menyebalkan di waktu yang bersamaan.
"Pokoknya Mom ngga mau dengar bantahan apa pun dari kamu, awal bulan depan kamu harus menikah dengan pilihan Mom" ucap Maria yang saat ini telah menampilkan raut seriusnya, tidak ada lagi sikap santai seperti tadi.
"Oke... Ara akan terima pernikahan ini, tetapi Ara juga punya syarat yang HARUS disetujui, jika tidak. Maka tidak akan pernah ada pernikahan apa pun" putus Ara akhirnya menyetujui permintaan, bukan.. lebih tepatnya perintah Mamanya untuk segera menikah dengan calon pilihan sang mama tercinta yang menyebalkan.
"Kamu tidak dalam situasi yang bisa mengajukan Syarat apa pun" Sergah Maria tidak mau menyetujui persyaratan apa pun yang akan di ajukan oleh putrinya itu.
"Ya... atau tidak sama sekali?!" tantang Arabella pada mamanya.
Maria menghela nafas berat dan dengan terpaksa mengangguk dengan tidak relanya. "Baiklah... katakan apa persyaratannya?!" ucap Maria terpaksa.
Arabella tersenyum puas melihat ke tidak relaan mamanya untuk mendengarkan persyaratan yang akan ia ajukan. "Ara akan setuju untuk menikah dengan syarat..." Arabella sengaja menggantung kalimatnya untuk melihat ekspresi cemas pada raut wajah mamanya. "Tanpa ada publikasi apa pun, media atau pun orang luar tidak boleh tau tentang pernikahan Ara, karna Ara tidak suka kehidupan pribadi Ara menjadi konsumsi publik" lanjutnya yang membuat Maria sampai tidak bisa berkata-kata lagi setelah mendengar persyaratan yang diajukan oleh putri tunggalnya itu.
"Maksud kamu, kamu tidak mau kalau sampai pernikahanmu bocor ke publik?" tanya Maria memastikan dan di angguki oleh Arabella " itu artinya kamu tidak akan mengadakan resepsi atau pun menyebar undangan?" tanya Maria lagi dan lagi-lagi mendapat anggukan pasti dari sang putri. "Berarti mama tidak bisa memamerkan acara pernikahan kamu pada teman-teman sosialita mama? Bagai mana jika nanti mereka mengetahui pernikahan kamu dari orang lain dan mengatakan kalau mama sudah jatuh miskin sampai-sampai tidak bisa mengadakan resepsi pernikahan yang pantas untuk putri tunggal mama?" tanya Maria tambah frustasi memikirkan apa yang akan geng sosialitanya katakan pada keluarga mereka. Selama 8ni Maria telah membangun reputasinya di kalangan para jetset di New York dengan sangat baik dan tiba-tiba putrinya ingin menghancurkannya begitu saja? Tuhan... bunuh saja dia.
"Tepat... Ara hanya akan mengadakan pernikahan di gereja dekat rumah, hanya dihadiri dari keluarga masing-masing tanpa tamu undangan" ucap Arabella yang tambah membuat Maria semakin shock. Seumur hidup, wanita paruh baya itu tidak pernah membayangkan akan menikahkan putrinya di gereja dan bukannya di hotel mewah.
"Kamu yakin untuk melangsungkan pernikahanmu hanya di gereja dekat rumah?" tanya Maria memastikan, bisa saja kan tad8 dia salah dengar dengan lokasi pernikahan yang disebutkan oleh putrinya itu.
"SANGAT yakin" jawab Arabella singkat yang membuat Maria harus membuang jauh-jauh impiannya untuk menikahkan putrinya dengan konsep megah dan mewah.
*****
Sedangkan ditempat lain, seorang pria tampak kacau setelah tadi pagi mendengar perintah dari kedua orang tuanya yang mengatakan bahwa di awal bulan depan yang itu artinya tinggal 3 minggu dari sekarang ia harus menikah dengan pilihan mereka. Dan yang lebih parahnya lagi Samuel atau lebih akrab disapa Sam– nama pria tersebut tidak tau menahu akan sosok yang akan dinikahkan dengannya.
"Aarrggg....." Sam mengacak rambut ya yang sudah berantakan itu tampak semakin berantakan.
Sam memutar kembali pembicaraan mereka di meja makan tadi pagi.
"Sam, ada yang ingin mama bicarakan sama kamu" Sandra–Mama Sam membuka pembicaraan.
"Soal apa?" tanya Sam mengerutkan keningnya. Tidak biasanya mamanya meminta izin dulu sebelum mengatakan sesuatu. Biasanya dia langsung mengatakan apa yang ingin mamanya itu katakan tanpa meminta persetujuan dari orang lain.
"Mama mau awal bulan depan kamu HARUS menikah dengan wanita pilihan mama dan papa" ucap Sandra tanpa basa-basi. Sam yang mendengar nada perintah dari mamanya itu seketika menoleh kearah dimana mamanya duduk.
"WHAT???... Mama becandakan?" tanya Sam dengan raut yang sangat shock.
"Mama ngga bercanda sama sekali, dan kamu harus melakukannya" jawab Sandra tegas. Dan Sam tau bahwa mamanya saat ini memang serius.
"Tapi Mah... kenapa harus tiba-tiba seperti ini? Lagian Sam ngga kenal sama sekali sama wanita itu" ucap Sam masih tidak terima. "Pah..." Sam menoleh ke arah papanya meminta bantuan. Namun sayang, bantuan yang diharapkan Sam dari papanya tidak pernah datang.
"Ini bukan keputusan yang tiba-tiba, kami sudah merencanakan hal ini jauh sebelum kamu lahir" jawab Sandra dengan santai.
Sam menggeleng tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh mamanya ini.
"Lagian, kamu sudah cukup bersenang-senangnya dengan berbagai wanita. Kamu mau terjangkit virus mematikan itu jika terus-terusan celup sana celup sini?" timpal Mikhael–papa Sam dengan kata-kata vulgarnya.
Sam terdiam tidak sanggup membantah ucapan papanya yang memang tepat sasaran. Sam memang dikenal sebagai Playboy kelas kakap yang sering berganti-ganti pasangan setiap bulannya. Entah sudah berapa wanita yang pernah bersamanya, Sam sama sekali berniat mengingatnya.
.
.
.
Sam menatap sebuah kartu nama yang tergeletak di atas meja kerjanya yang diberikan oleh mamanya sebelum ia berangkat ke kantor. Kata mamanya itu adalah kartu nama wanita yang akan menjadi istrinya nanti.
Sam meraih kartu nama tersebut dan menatar nama serta kontak yang bisa dihubungi.
"Arabella" Sam menggumamkan nama tersebut. "Aku harus menghubunginya untuk meminta bertemu dengannya agar bisa mengambil langkah selanjutnya dan pernikahan ini.
Sam mengetik pesan pada Arabella untuk meminta bertemu dengannya, dan ia sudah menunggu selama 10 menit namun belum ada tanda-tanda pesannya terbaca oleh wanita itu.
"Sial... baru kali ini ada orang yang mengabaikan pesan yang ku kirim" rutuk Sam menatap Ponselnya yang tergeletak tak berdaya di atas meja kerjanya
Setelah 30 menit menunggu, akhirnya ponsel Sam bergetar menandakan adanya pesan masuk. Sam segera menyambar ponselnya diatas meja kerjanya dan memeriksa pesan tersebut.
[OK] Sam tercengang saat melihat balasan yang dikirimkan oleh calon istrinya itu.
Hanya dua huruf pemirsa, dan Sam sangat tidak mengharapkan balasan seperti itu.